Kasus Kekerasan Terhadap Perempuan di NTT, Psikis 339 Kasus, Fisik 411 dan Kekerasan Seksusal 348

Kasus Kekerasan Terhadap Perempuan di NTT, Psikis 339 Kasus, Fisik 411 dan Kekerasan Seksusal 348

FOTO BERSAMA - Kepala DP3A NTT, Iien Adriany foto bersama Merry Mardiana dan dua lainnya dalam kegiatan Orientasi Klaster PP KBG PP di Hotel Swiss Belcourt Kupang, Rabu 15 November 2023. 



Setapak Rai Numbei (Dalan Inuk)Antisipasi menghadapi dampak bencana di Nusa Tenggara Timur, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Anak (DP3A) NTT menyoroti kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak.

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Provinsi NTT, Iien Adriany menyampaikan, usai bencana dibutuhkan perhatian khusus dari berbagai pihak terkait upaya untuk memberi perlindungan terhadap perempuan dan anak.

"Dengan kondisi dan pengawasan yang terbatas, banyak terjadi hal yang tidak diinginkan, pelecehan dan sebagainya. Kita harus sepakat dan komit satu hati satu kata, standarnya seperti apa," kata Iien Adriany dalam kegiatan Orientasi Sub Klaster Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Berbasis Gender dan Pemberdayaan Perempuan (PP KBG PP) di Hotel Swiss Belcourt Kupang, Rabu 15 November 2023.

Menurutnya, sering terjadi kepanikan ketika sementara bencana berlangsung, padahal harusnya perlindungan anak dan perempuan harus dipersiapkan sejak awal. Hal itu terbukti dengan fasilitas pengungsian yang tidak tersedia dengan baik.

Misalnya, lanjut dia, tenda pengungsian yang harus dibuat terpisah antara perempuan dan laki-laki, kondisi toilet atau jamban yang sesuai dan nyaman digunakan, serta penerangan yang mencukupi.

"Manajemen di lapangan harus diperhatikan, bencana sudah diatasi, tapi dampak ikutan setelah bencana ternyata ada hal-hal lain," ujarnya.

Iien menyebutkan, kasus kekerasan yang menimpa perempuan cukup besar. Berdasarkan data kekerasan SIMFONI PPA Tahun 2023, di NTT terdapat 339 kekerasan psikis, 411 kekerasan fisik dan 348 kekerasan seksual.

Menurutnya, potensi kekerasan berbasis gender berpotensi besar terjadi ketika bencana, karena itu ia berharap ada pencegahan yang lebih intensif dengan menggandeng mitra lainnya.

"Saya bersyukur tahun ini semua OPD sudah lakukan perencanaan responsif gender. Jadi kita libatkan semua mitra untuk sama-sama mencegah hal itu terjadi," ungkapnya.

Sementara itu, Perencana Ahli Madya Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Merry Mardiana menyebutkan, kekerasan berbasis gender tersebut membahayakan fisik dan psikologi.

Menurutnya, kerentanan kekerasan yang terjadi ketika bencana diakibatkan oleh tenda yang masih digabung antara perempuan dan laki-laki.

"Lokasi air yang jauh atau bahkan kadang kesulitan air, sedangkan perempuan mempunyai keperluan tertentu. Toilet yang kurang dan dalam kondisi yang memprihatinkan," katanya.

Selain itu, tambahnya, penerangan yang masih kurang. Dalam keadaan gelap, rentan terjadi kekerasan seksual dan memberatkan perempuan karena tidak mengetahui siapa pelakunya.

"Kami dari Kementerian juga telah fokus melihat kebutuhan yang lebih spesifik ketika bencana, yakni ketersediaan pembalut bagi perempuan," ungkapnya.

Sementara itu Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi NTT, Ambrosius Kodo mengatakan NTT berada dalam daerah rawan bencana.

Yang mana, berdasarkan data Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, NTT memiliki 25 gunung api. Data tersebut berbeda dengan yang dimiliki BPBD NTT, yaitu 15 gunung berapi.

"Di catatan kita 15 gunung api, berarti data kita harus diupdate," kata Ambros.

Ambros menyampaikan, gunung api tersebar dari Alor hingga Flores, yang suatu waktu dapat erupsi dan mengancam kehidupan di NTT.

Menurutnya, meskipun di Timor dan Sumba tidak ada gunung api, namun Ambros menegaskan bahwa dampak erupsi juga dapat dirasakan.

"Timor dan Sumba walaupun tidak ada gunung api, tapi tidak aman karena apabila erupsi kuat, maka bisa terdampak abu vulkanik juga," katanya.

Ambros pun meminta agar seluruh masyarakat dapat selalu waspada, sebab erupsi gunung berapi sulit diprediksi.

Disamping itu, kata dia, NTT juga diapit oleh dua zona penyebab gempa besar, yakni di utara dan selatan. Di bagian utara, yakni Flores ada potensi gempa 7,5 SR. Sementara di selatan, Sumba ada potensi 8,5 SR.

"Gempa tersebut tidak dapat diprediksi, namun berpotensi memicu tsunami. Apabila di Flores kekuatannya kecil, namun episentrumnya dekat dengan darat sehingga jauh beresiko. Sedangkan, di Sumba sendiri episentrumnya jauh ke laut, karena itu berpotensi tsunami," ungkapnya.

"Rawan lainnya adalah kita di ekuator, jadi NTT juga rawan bencana hidrometeorologi," tambahnya.

Dia menjelaskan, bencana hidrometeorologi sendiri adalah bencana yang diakibatkan oleh aktivitas cuaca seperti siklus hidrologi, curah hujan, temperatur, angin dan kelembaban. Bahkan, sesuai data tahun 2022, terdapat 176 kejadian bencana, dimana diantaranya hidrometeorologi, berupa banjir sebanyak 59 kali, tanah longsor 45, cuaca ekstrem 21 kali dan kejadian lainnya.

"Di tahun 2023 sampai Oktober ini ada 117 kejadian dan bencana hidrometeorologis dominan 75 persen," sebutnya.

Selain itu, lanjutnya, ada pula bencana kekeringan yang mengancam NTT yang menimbulkan kerugian tidak kecil.

"Bencana yang paling berdampak merusak lingkungan adalah banjir, sedangkan yang memakan korban jiwa terbanyak ada gempa bumi dan tsunami," sebutnya.

Ambros menyebutkan, bahkan kerugian yang tercipta apabila terjadi bencana dapat mencapai Rp 30 triliun. Apabila APBD NTT yang hanya Rp 5 triliun, maka sekali bencana dapat menyulitkan keuangan daerah selama 5-6 tahun mendatang.

"Dalam upaya memperhatikan perempuan dan anak ketika bencana, kami telah berupaya untuk terus memposisikan perempuan dan anak secara baik dan benar, dengan terus berkoordinasi dengan mitra terkait," tutupnya. (cr20). ***



Suara Numbei

Setapak Rai Numbei adalah sebuah situs online yang berisi berita, artikel dan opini. Menciptakan perusahaan media massa yang profesional dan terpercaya untuk membangun masyarakat yang lebih cerdas dan bijaksana dalam memahami dan menyikapi segala bentuk informasi dan perkembangan teknologi.

Posting Komentar

Silahkan berkomentar hindari isu SARA

Lebih baru Lebih lama