Lebrina Amnesi saat menunggu Ganjar di rumah makan
Selera, Jalan Suprapto, Kecamatan Oebobo. (Yufengki Bria/detikBali). |
Saat hari pertama berkampanye di NTT, seorang wanita
lanjut usia (lansia) terlihat menunggu Ganjar hingga berjam-jam di emperan
salah satu rumah makan di Jalan Suprapto, Kecamatan Oebobo, Kota Kupang. Lansia
yang membawa hasil bumi itu kecewa lantaran tak bisa bertemu Ganjar.
Tak hanya itu, pertemuan antara Ganjar dengan tokoh
adat di Kupang, juga sempat diwarnai dengan aksi mengamuk dari sejumlah raja
Pulau Timor, NTT. Musababnya, ia tidak diberi kesempatan berbicara langsung
dengan Ganjar. Berikut ulasannya.
Lansia Penjual
Hasil Bumi Kecewa Ganjar Tak Jadi Datang
Lebrina Amnesi duduk berjam-jam di emperan rumah makan di Oebobo, Kupang.
Lansia wanita berusia 72 tahun ini terlihat membawa sejumlah hasil bumi untuk
dijual. Dia mengaku ingin menawarkan barang dagangannya itu kepada Ganjar.
"Saya duduk tunggu Pak Ganjar di sini sudah dua
jam," ujar Lebrina, Jumat.
Lebrina membawa pisang, cabai, sayur-sayuran, tomat,
hingga kacang-kacangan. Dia datang dari rumahnya di Kelurahan Belo, Kecamatan
Maulafa, Kota Kupang, dengan berjalan kaki sekitar tujuh kilometer sambil memikul
barang dagangannya itu.
Sayangnya, Ganjar yang dijadwalkan makan siang di
Rumah Makan Selera, tidak jadi datang. Sebab, agenda Ganjar dari Masjid Agung
Kupang langsung ke kantor Sinode GMIT.
"Saya kecewa padahal saya hanya mau bertemu dan
jabat tangan dengannnya," ungkap Lebrina.
Raja
Pulau Timor Ngamuk
Ganjar Pranowo saat melakukan pertemuan dengan para
tokoh adat dan tokoh agama di Kupang, NTT, Jumat (1/12/2023). (Simon
Selly/detikBali)
Rangkaian kampanye Ganjar juga diisi pertemuan
dengan tokoh adat dan sejumlah raja Pulau Timor di Kupang, Kupang, Jumat malam.
Salah satu raja, Raja Liurai Malaka ke-15 Dominicus Kloit Rey Seran, mengamuk
dan kecewa lantaran tidak diberi kesempatan berdialog langsung dengan Ganjar.
"Saya tidak senang, kami ini diundang resmi
oleh raja nusantara," tegas Raja Malaka tersebut di sela-sela pertemuan
dengan Ganjar di Sotis Hotel.
Ela menyebut kehadirannya itu berdasarkan undangan
langsung dari Ganjar Pranowo. Namun, mereka justru tidak diberikan ruang oleh
panitia untuk menyampaikan aspirasinya secara langsung.
"Yang datang ini bukan orang, tapi setan,
karena tahun lalu Pak Ganjar undang kami ke Borobudur, foto dan undangannya
ada," ujarnya.
Ia pun menyayangkan, sikap master of ceremony (MC)
yang dinilai tidak menghargai kehadiran para raja yang sudah menunggu
berjam-jam di Hotel Sotis. "Saya Dominicus Kloit Seran, Liurai (Raja),
tertinggi di Timor. Saya datang di undang bukan duduk-duduk saya datang.
Setelah saya datang, MC ini tidak peduli sama kami," sesalnya.
Untuk diketahui, pertemuan Ganjar di Hotel Sotis itu
dilakukan secara tertutup. Acara itu dihadiri oleh sejumlah tokoh adat, agama,
para suster, dan lainnya.
Ganjar
Tebar Janji untuk Guru Agama di NTT
Ganjar Pranowo usai pertemuan dengan pengurus
Sinode GMIT, pose bersama pengurus Sinode GMIT di depan Gedung Sinode GMIT.
Foto: Simon Selly / detikBali.
Ganjar Pranowo usai pertemuan dengan pengurus Sinode
GMIT, pose bersama pengurus Sinode GMIT di depan Gedung Sinode GMIT. Foto:
Simon Selly / detikBali.
Dalam rangkaian kampanye tersebut, Ganjar Pranowo juga menebar janji akan
memerhatikan kesejahteraan guru agama di NTT jika terpilih menjadi presiden.
Hal itu diungkapkan Ganjar di gedung Sinode GMIT, Kupang.
"Khususnya guru agama. Menurut saya guru agama,
berperan penting dalam mendidik generasi muda demi kemajuan Indonesia,"
ujar Ganjar seusai bertemu dengan Ketua Sinode GMIT Pendeta Mery Kolimon,
Jumat.
"Bantuan ini diberikan kepada guru agama dari
lima agama yang berbeda, yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu hingga
Budha," sambung Ganjar.
Menurut Ganjar, pendidikan agama sejak dini sangat
penting. Untuk itu, kesejahteraan guru agama juga menjadi perhatian. Ganjar
mencontohkan ketika menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah dua periode, ada dana
hibah sebesar Rp 270 miliar setiap tahunnya untuk kesejahteraan guru agama.
"Kami sebelumnya telah menghitung secara
nasional bantuan dana hibah untuk guru agama sebesar Rp 4 triliun dan ini
sebagai bentuk perhatian serius kepada guru agama. Saya mencontohkan ketika di
Jateng, kami berikan dana sebesar Rp 270 miliar secara hibah melalui
Kementerian Agama untuk dibagi-bagi," beber Ganjar.
Uskup Agung
Kupang Minta Ganjar Perhatikan Kelangkaan BBM
Uskup Agung Kupang Mgr. Petrus Turang meminta Ganjar
untuk memperhatikan kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) di Kabupaten Rote Ndao,
NTT, bila terpilih menjadi presiden. Ia menyebut pesan itu disampaikan langsung
oleh warga Rote.
"Saya baru pulang dari Rote tadi pagi, dan
pesan mereka di Rote untuk sampaikan, Pak kalau jadi presiden tolong perhatikan
kelangkaan BBM dan harganya mahal," ujar Uskup Petrus saat menerima
kunjungan silaturahmi Ganjar di Keuskupan Agung Kupang, Jumat.
Menanggapi permintaan Uskup Petrus, Ganjar mengaku
sudah mendapat banyak masukan terkait persoalan di berbagai daerah. "Oia,
saya senang tadi Uskup Petrus sampaikan kepada saya beberapa kendala di daerah,
kelangkaan BBM dan mahal harganya," kata Ganjar.
Selain kelangkaan BBM di Rote Ndao, Ganjar juga
mendapat masukan agar lebih memerhatikan sektor pertanian, peternakan, hingga
tambang rakyat. "Kalau saya boleh menyimpulkan, Uskup Petrus tadi
menyampaikan, ini daerah perlu mendapatkan prioritas perlu adanya tindakan
afirmasi," pungkasnya.