Pada kenyataannya,
lambat laun telah terjadi distorsi sosial akibat perkembangan bahasa yang
begitu signifikan dan cenderung kebablasan membuat pesan yang ada dalam suatu
proses komunikasi menjadi kabur dan rancu. Hal seperti ini sangat tampak dalam
tataran elite politik. Bagi para elite politik bahasa bukan hanya semata-mata
digunakan sebagai alat komunikasi, tetapi bahasa juga dapat digunakan dalam
proses sosial politik yang dapat membentuk tema-tema wacana tertentu yang
bertujuan untuk menutupi suatu realita, mengkritisi lawan politik atau untuk
melanggengkan kekuasan (Evert Vedung : 1982: 131).
Akhir-akhir ini,
fenomena eufisme tersebut bahkan seolah-olah sudah menjadi konsumsi dan
komoditas para elite politik sebagai pola bahasa yang sudah melembaga di setiap
instansi elite politik untuk menutupi suatu fakta dan menjaga image yang baik
di mata masyarakat.
Akhirnya, telah terjadi
dikotomi kekuasaan serta tarik menarik kepentingan antara elite politik dengan
masyarakat luas yang berbenturan dengan kepentingan golongan tertentu. Seperti
yang dikatakan oleh pernyataan ini menunjukkan bahwa bahasa digunakan sebagai suatu
proses dominasi dan penggunaan kekuasaan sebagai sarana utama politik,
penggunaan bahasa dapat merefleksikan bagaimana kekuasaan itu digunakan.
Eufemisme adalah suatu
bentuk ungkapan yang digunakan untuk meredam atau menyamarkan makna yang kurang
menyenangkan, keras, atau kontroversial dengan menggunakan kata-kata yang lebih
lembut atau diplomatis. Dalam konteks politik, elite politik seringkali menggunakan
eufemisme untuk mengubah cara suatu konsep atau kebijakan diungkapkan agar
terdengar lebih positif atau lebih dapat diterima oleh masyarakat.
Contoh eufemisme dalam bahasa politik:
"Pemotongan Anggaran"
untuk "Efisiensi Anggaran"
Sebuah kebijakan
pengurangan belanja pemerintah dapat diungkapkan dengan lebih positif
menggunakan istilah "efisiensi anggaran" untuk mengurangi dampak
negatifnya.
"Reformasi Pendidikan"
untuk "Pemotongan Dana Pendidikan"
Jika pemerintah mengurangi
anggaran pendidikan, mereka mungkin menggunakan istilah "reformasi
pendidikan" untuk menyampaikan kebijakan tersebut dengan nuansa yang lebih
positif.
"Penyesuaian Tarif" untuk
"Kenaikan Pajak"
Kenaikan pajak dapat
diringankan dengan menggunakan istilah "penyesuaian tarif" agar
terdengar lebih halus.
'Pertukaran Pendapat' untuk
'Konflik Diplomasi"
Dalam hubungan
internasional, pertukaran pendapat dapat digunakan untuk merujuk pada konflik
diplomatik antara negara-negara.
Penggunaan eufemisme
oleh elite politik dapat memainkan peran penting dalam membentuk opini publik
dan meredam ketegangan sosial. Namun, pada saat yang sama, beberapa kritikus
berpendapat bahwa penggunaan eufemisme dapat menyesatkan atau mengaburkan fakta
sesungguhnya. ***