Banyak pelajaran yang
tentunya dapat dirasakan oleh kaum pembelajar, bahwa pemilu 2024 sarat akan
strategi. Ada yang mempertahankan idealismenya sembari mencerahkan masyarakat,
ada pula yang menganalisis pola yang disukai masyarakat hingga menyentuh gaya
berinteraksi di media sosial.
Dua strategi yang
sebenarnya berbeda sisi tersebut menurut hemat penulis bisa dilakukan oleh
semua paslon. Namun yang menjadi pembeda adalah pada sebuah pertanyaan, apa dan
bagaimana tujuan politik mereka?
Jika ingin meninggikan
elektabilitas, memahami hal-hal yang disukai masyarakat adalah kunci. Membuat
gimmick, atau sesuatu yang dianggap bukan hal yang biasa dilakukan politisi,
yang mana langsung menyentuh pada topik-topik yang relevan dengan keseharian
masyarakat, terlebih bisa menyentuh sisi empati masyarakat, pasti lonjakan
elektabilitas tidak terbendung.
Kemudian menarik jika
tujuan politik tidak semata-mata terpilih, akan tetapi juga mendidik
masyarakat. Ruang-ruang diskusi kritis dibuka lalu adu argumen dan gagasan,
tentunya secara tidak langsung akan melatih cara dan daya berpikir masyarakat
dalam memahami suatu hal. Terlebih yang perlu diingat, bangsa ini berdiri kokoh
salah satunya karena adanya perang pemikiran, sehingga pondasi yang tercipta
tidak mudah tergoyahkan.
Pada akhirnya, semua
tergantung pada kandidat paslon, ingin hanya meraup suara atau sekaligus
meninggalkan bekas yang indah. Sejarah mencatat, masyarakat mengingat, semoga
semua ikhtiar pemilu tulus hanya karena rakyat.