Memanggil Kembali RA Kartini yang Sudah Pergi

Memanggil Kembali RA Kartini yang Sudah Pergi



Suara Numbei News - Kiranya saya khawatir jika generasi saat ini tidak mengenal betul siapa kartini itu, coba saja tanyakan siapa nenek meraka, pasti meraka tidak tahu. Apa lagi sebuah perjuangan besar dari para perempuan hebat terdahulu. Genarasi hari ini dimimpikan oleh negara sebagai generasi emas yang akan menentukan apakah 2045 itu menjadi bonus demografi atau malah sebaliknya menjadi bencana demografi?.

Saya mendengar “perempuan” dibeberapa desa masih dipandang sebelah mata. Misalnya saja dalam hal pendidikan perempuan terbelakang. Kemudian dalam hal menikah, masih saja ada pemaksaan menikah atau perjodohan yang tidak diinginkan oleh anak. Diskriminasi ini sudah bertahun-tahun bukannya menghilang kini makin marak dan menjamur kebeberapa peran perempuan seperti kepemimpinan dan wanita karir.

Mari kita mundur sedikit melihat sejarah kita semua, tidak sedikit bukan pahlawan perempuan yang menjadi kunci perjuangan kemerdekaan Indonesia. Memang jika kita melihat pemberian gelar pahlawan lebih banyak kepada laki-laki daripada perempuan, namun bukan berarti tidak ada pahlawan perempuan.

Perempuan adalah kunci.

Berbicara perempuan tentu tidak hanya kartini, kita perlu mengenal lebih banyak pejuangan perempuan sepertiNyai Khoiriyah merintis sekolah khusus putri atau madrasah lil banat yang menjadi madrasah perempuan pertama di Makkah masa itu sekitar tahun 1942 Masehi.

Siti Walidah (Nyai Ahmad Dahlan), Pada tahun 1914, Nyai Ahmad Dahlan mendirikan Sopo Tresno, sebuah perkumpulan gadis-gadis terdidik di sekitar Kauman. Dia bertekad memperjuangkan hak-hak perempuan. Pengajian untuk kalangan perempuan ini tidak hanya diisi dengan pengetahuan tentang agama, tetapi juga mengajarkan tentang arti pentingnya pendidikan bagi masyarakat. Kemudian, pada 19 Mei 1917, perkumpulan Sopo Tresno berubah menjadi Aisyiyah.

Fatmawati Soekarno, Nyi Ageng Serang, Martha Christina Tiahahu, Cut Nyak Dien, Rohana Kudus, Ratu Kalinyamat dan Raden Adjeng Kartini. Adalah beberapa perempuan yang menjadi kunci dari sejarah kemerdekaan negera kita.

Kardinah (adik kartini) mendirikan sebuah rumah sakit pada tahun 1927 yang dinamakan Kardinah Ziekenhuis atau Rumah Sakit Kardinah. Latar belakang pendirian rumah sakit itu karena rasa simpatinya pada kesehatan masyarakat miskin di Tegal. Dana pembangunan rumah sakit ini pun dari royalti penjualan buku-bukunya dan ditambah dari hasil penjualan kerajinan tangan murid-murid Wisma Pranowo.

Raden Sosrokartono, karirnya sebagai intelektual dan politiknya luar biasa, sebagai wartawan selalu mendapatkan berita yang pertama, ia memiliki ilmu kebatinannya tinggi. Ia juga terkenal dapat menyembuhkan orang dengan air rajah huruf alif. Kakanya inilah yang memberikan berbagai informasi dan berita berita kepada kartini.

Kartini sebagai sosok perempuan cerdas, peka, Kritis, pemberani karena lahir dilingungan kolonialisme, patriarki , feodal, ia tidak pernah berhenti memikirkan kesejahtraan rakyat, kesehatan maupun pendidikan. Ia tak penah lelah sedikiitpun untuk mengajarkan betapa pentingnya berpikir kritis terhadap ketidakadilan yang dilakukan oleh siapa pun dan dengan alasan apa pun

“Seorang gadis jawa adalah sebutir permata, pendiam, tak bergerak-gerak seperti boneka kayu; bicara hanya bila benar-benar perlu dengan suara berbisik, sampai semut pun yak sanggup mendengarnya; berjalan setindak demi setindak seperti siput; tertawa halus tanpa suara, tanpa membuka bibir; sungguh buruk nian kalau giginya tampak seperti luwak” (kartini, surat kepada Ny. Abendanon. Agustus 1900).

Kita Semua Adalah Kartini Masa Kini

Kartini, Nyai Khoiriyah, Siti Walidah dan perjuang perempuan lainnya tidak pernah memilih berjuang untuk siapa, apa perjuangan meraka hanya untuk sesama perempuan, tentu tidak. Meraka semua berjuang dengan tujuan yang sama demi kemerdekaan manusia atas kebodohan yang melanda barangkali hingga kini.

Sudah selayaknya siapa pun kita melanjutkan estafet perjuangan itu terutama di hari kartini ini. para perempuan dimana pun kamu berada beberapa hal yang harus diperjuangakan adalah.pertama, jangan mendeskriminiasi diri sendiri dengan memaksa cantik dengan segala perawatan hingga berhutang kepada kawan. Ingat kartini cantik dengan prestasinya bukan kecantikan fisik.

Kedua, stereotipe negatif atas kecakapan, kepemimpinan perempuan, prasangka yang melanggengkan praktik diskriminasi masih terasa hingga kini. ini penjajahan yang terus ada dari zaman kartini hingga kini yang perlu kita perangi bersama, misal dalam hal karir seorang perempuan yang masih saja sulit untuk malaju pesat. Ada diskriminasi jika perempuan memimpin terhalang dengan kelemahan, emosional, dan perempuan hanya digunakan sebagai pemikat pelanggan laki-laki saja. Ini ketempangan dalam dunia kerja.

Yang terakhir, kita masih saja melihat kekerasan terhadap perempuan dan anak masih menjadi agenda rutin setiap bulannya di negeri ini. Kita lihat saja data beberapa bulan ini sudah berapa perempuan dan anak perempuan yang mengalami kekerasan bahkan kekerasan seksual.

Mari kita hidupkan kembali kartini dan berjuang bersamanya melawan berbagai kontruksi sosoal, politik bahkan agama yang masih mendeskriminasi perempuan sebagai manusia nomor dua di negeri ini. Tentu atas tujuan bersama “ menuju Indonesia emas 2045”

 


Suara Numbei

Setapak Rai Numbei adalah sebuah situs online yang berisi berita, artikel dan opini. Menciptakan perusahaan media massa yang profesional dan terpercaya untuk membangun masyarakat yang lebih cerdas dan bijaksana dalam memahami dan menyikapi segala bentuk informasi dan perkembangan teknologi.

Posting Komentar

Silahkan berkomentar hindari isu SARA

Lebih baru Lebih lama