Kamar tidur Paus Yohanes Paulus II di Seminari Tinggi Ritapiret, Kabupaten Sikka, NTT yang saat ini menjadi objek wisata rohani |
Dalam
lawatan kegembalaannya ke Indonesia, Oktober 1989, Paus Yohanes Paulus II
menyinggahi Yogyakarta, Medan, Surabaya, Maumere, dan Dili. Di Maumere, Paus
asal Polandia itu tiba 10 Oktober 1989, dan keesokan harinya melanjutkan
perjalanan ke Dili.
Romo
Petrik Dharsam Guru selaku Pembina Frater Seminari Tinggi Ritapiret dan Dosen
IFTK Ledalero, menyebut alasan kenapa Ritapiret dipilih sebagai Vatikan Semalam
bagi Kepala Negara Vatikan sekaligus Pimpinan Tertinggi Agama Katolik itu.
"Berlatar
belakang Seminari Interdiosesan terbesar serta keinginan Paus untuk menginap
pada satu seminari yang akan mempersiapkan calon pemimpin agama Katholik, maka
dipilihlah Seminari Ritapiret sebagai tempat persinggahan Paus Yohanes Paulus
II di Maumere," ujarnya kepada Liputan6.com, Rabu 1 Mei 2024.
Ia
mengatakan, kamar tidur Paus Yohanes Paulus II kini menjadi salah satu
destinasi wisata rohani yang diminati banyak orang. Romo Petrik Dharsam Guru
yang juga adalah pengelola kamar Paus menyebut situs religi ini ramai didatangi
pengunjung, baik itu peziarah lokal maupun mancanegara.
Dalam
satu minggu, rata-rata minimal 20 orang berkunjung ke Kamar Paus. Para peziarah
tidak saja sekedar berwisata biasa. Tapi ada juga yang datang berdoa dengan
intensi khusus untuk mendapatkan pengalaman religi tersendiri.
Keajaiban Setelah Doa
Dari
banyak kesaksian, kata dia, peziarah yang berdoa di kamar Paus, sering
mengalami keajaiban sebagaimana intensi doa yang didaraskan di tempat sakral
ini.
Di
kamar Paus, terdapat banyak foto tentang kisah hidup Paus yang bernama asli
Karol Jozef Wojtyła. Ada juga banyak foto tentang kunjungan Sri Paus ke Maumere.
Jejak
sejarah yang tidak kalah penting di Kamar Paus yakni 2 relikui atau peninggalan
bersejarah Paus Yohanes Paulus II. Dua relikwi dimaksud yakni bercak darah Paus
Yohanes Paulus II serta baju jubah yang dia kenakan.
"Dalam
Iman Katolik Relikwi dihormati sebagai bagian dari diri Orang Kudus
tersebut," tutur Romo Petrik Dharsam Guru.
Uskup
Agung Metropolitan Krakow Kardinal Stanislauas Dziwisz yang memberikan relikwi
kepada Seminari Ritapiret pada 27 September 2017, setelah sebelumnya Praeses
Ritapiret Romo Philip Ola Daen menyampaikan permohonan tertulis kepadanya.
Hadiah
terindah itu diberikan melalui Pater Tadeusz Gruca, SVD dan diterima Romo
Patrik Dharsam Guru, yang saat itu mewakili Praeses Ritapiret.
Kardinal
Dziwisz, yang pada saat Paus berkunjung ke Maumere juga hadir dan menjadi
Sekretaris Paus, berharap agar relikwi tersebut dapat membantu para frater
Ritapiret dalam menapaki panggilan mereka.
Dia
juga berharap agar umat yang berdoa melalui bantuan Santo Yohanes Paulus II di
depan relikwi, dapat memperoleh rahmat Ilahi.
"Berdasarkan
kesaksian dari mereka yang datang dan berdoa, diketahui bahwa doa atau devosi
yang disampaikan bersama Santo Yohanes Paulus II di kamar Vatikan Semalam
selalu terkabulkan," ujarnya.
Dalam
pengelolaan Kamar Paus, Romo Petrik Dharsam Guru mendapatkan biaya perawatan
dari dana rutin Seminari Ritapiret. Pengelola juga menyiapkan peti kolekte,
setidaknya untuk mendapatkan sumbangan sukarela dari pengunjung.