Pater Markus Solo
Kewuta merupakan putra kelahiran Lewouran, Kabupaten Flores Timur, NTT, 4
Agustus 1968. Imam Serikat Sabda Allah (SVD) itu kini menjabat sebagai Anggota
Dewan Kepausan untuk Dialog Antaragama Takhta Suci Vatikan.
Di lingkungan Tahta
Suci Pater Markus Solo Kewuta seringkali disapa dengan sapaan akrab Padre
Marco. Pendidikan dasarnya diselesaikan di kampung halamannya di SDK Lewouran,
selanjutnya SMPK Ile Bura Lewotobi dan SMAK Seminari San Dominggo Hokeng Flores
Timur.
Pater Markus Solo
Kewuta bergabung dengan Serikat Sabda Allah (SVD) dan masuk Novisiat Serikat
missionaris tersebut di Nenuk, Timor pada 1988.
Padre Marco
menyelesaikan studi Filsafat di Sekolah Tinggi Filsafat Katolik Santo Paulus
Ledalero, Maumere, Flores sekarang berubah menjadi Institut Filsafat dan
Teknologi Kreatif (IFTK). Ia kemudian dikirim bersama seorang teman
seangkatannya, Mariano Grace Da Silva untuk meneruskan studi Teologi di Sekolah
Tinggi Teologi Katolik Sankt Gabriel di Mödling, Wina, Austria tahun 1992.
Ditahbiskan di Austria
Usai menyelesaikan
studi teologi di Sekolah Tinggi Teologi Katolik Sankt Gabriel di Mödling, Wina,
Austria, Padre Marco kemudian menjalankan Praktek pastoral (Diakon) selama 6
bulan di Paroki Pischelsdorf, Steiermark, Austria.
Pada 3 Mei 1997, ia
ditahbiskan menjadi imam katolik di Rumah Misi SVD Sankt Gabriel, Wina,
Austria. Ia kemudian bekerja sebagai Pastor Pembantu di Paroki Santo Maximilian
Bischofshofen, Salzburg, Austria.
Berdasarkan keputusan
pimpinan Serikat SVD di Austria, ia ditugaskan untuk berkarya di Bischofshofen
pada tahun 1999 dan memulai studi Doktoral di bagian Teologi Fundamental di
Universitas Leopold Franzens di kota Innsbruck, Austria.
Meskipun melanjutkan studi,
ia tetap berkarya sebagai Pastor di Paroki Schwaz dan Paroki Sankt Jodok dan
Schmirn di Propinsi Tirol.
Padre Marco meraih
Gelar Doktornya pada tahun 2002 dengan predikat Summa cum Laude dengan thesis
“Der ostflorinesische Gott und Gott Jesu Christi” – Die Suche nach
theologisch-spirituellen Grundsätzen für den Dialog).
Pada tahun yang sama
(2002) ia melanjutkan studi Bahasa Arab Klasik pada Dar Comboni Institute di
Zamalek, Kairo, Mesir. Ia meraih gelar Licensiat pada tahun 2005 pada Institut
Kepausan untuk Studi Bahasa Arab dan Islamologi (Pontifical Institute for
Arabic and Islamic Studies, PISAI) di Roma, Italia.
Setelah menyelesaikan
studinya di Roma, Padre Marco kembali ke Wina, Austria dan mendapat kepercayaan
dari Kardinal Christoph Schönborn untuk memajukan dialog antara umat Katolik
dan umat Islam di kota Wina. Pada saat yang sama ia diberi tugas menjadi Pastor
Pembantu di Paroki SVD di Alxingergasse di Distrik X kota WIna.
Tahun 2006 Kardinal
Schönborn mengangkat Pastor Markus menjadi Rektor Institut Internasional
Asia-Afrika (Afro-Asiatisches Institut, AAI) di kota Wina. (POS KUPANG.COM)
Dipanggil oleh Tahta Suci Vatikan
Padre Marco mendapat
tugas dari Takhta Suci Vatikan untuk menjadi staf Penasehat pada Dewan Kepausan
untuk Dialog Antar Umat Beragama (Pontifical Council for Interreligious
Dialogue, PCID) di Vatikan.
Padre Marco resmi
bergabung dengan Dewan Kepausan tersebut dan menangani Desk Dialog
Katolik-Islam di Asia dan Pasifik pada bulan Juli 2007.
Pada tahun 2015, Padre
Marco menjadi orang Indonesia pertama di Kuria Tahta Suci Vatikan ini, selain
menangani Desk Islam di Asia dan Pasifik, juga dipercayakan sebuah tugas lain,
yakni sebagai Wakil Presiden Yayasan Nostra Aetate yang bertugas untuk
memajukan Pendidikan Perdamaian dan Pembentukan Duta-duta Perdamaian dari
berbagai agama non-Kristiani bertempat di kota Roma dan Vatikan.
Di luar dari
tugas-tugas Dialog keagamaan tersebut, Pastor Markus yang memiliki hobby di
bagian musik dan olahraga. Sejak tahun 2015, Pastor Markus juga menjadi seorang
Cerimonial liturgi dari Paus Fransiskus di Vatikan.*