banner Ombudsman RI Perwakilan NTT: Kejahatan Asusila Marak, Butuh Solusi Nyata
Cek harga di Blibli
Cek harga di Lazada

Ombudsman RI Perwakilan NTT: Kejahatan Asusila Marak, Butuh Solusi Nyata

Kejahatan Asusila Marak, NTT Butuh Solusi Nyata ( Foto : Ombudsman NTT )


Suara Numbei News - Nusa Tenggara Timur (NTT), provinsi yang dikenal religius, menyimpan kenyataan pahit di balik citra tersebut. Sebanyak 75 persen penghuni lembaga pemasyarakatan (lapas) di NTT adalah pelaku kejahatan asusila, dengan mayoritas pelaku berasal dari kalangan yang dekat dengan masyarakat—ayah, paman, tetangga, hingga aparat. 

Ironisnya, orang-orang yang seharusnya menjadi pelindung malah berperan sebagai pemangsa. Kepala Ombudsman RI Perwakilan NTT, Darius Beda Daton, menyatakan bahwa masalah ini bukan hanya persoalan hukum, tetapi juga luka moral yang dalam. 

"Ini bukan sekedar persoalan hukum semata,  ini luka moral yang menganga," ujarnya.

Darius menegaskan bahwa kejahatan seksual di NTT bukan disebabkan oleh faktor ekonomi. Menurutnya, mayoritas pelaku kejahatan ini memiliki pekerjaan tetap, posisi yang dihormati, bahkan beberapa di antaranya berada dalam posisi terhormat di masyarakat.

"Mayoritas pelaku bukan orang kelaparan. Mereka punya pekerjaan, punya posisi, bahkan ada yang terhormat di mata masyarakat," katanya.

Menurut Darius, walaupun NTT mayoritas beragama Kristen, religiusitas tampaknya tidak cukup membentengi masyarakat dari perilaku menyimpang. Pengaruh konten digital, budaya permisif, dan lemahnya kontrol sosial menjadi faktor utama yang turut memperburuk situasi. 

"Nilai adat dan ajaran agama yang seharusnya menjadi pegangan hidup mulai tergeser oleh hal-hal tersebut.Sehinga penting upaya dan  langkah konkret untuk mengatasi masalah ini," ujar Darius. 

Menurutnya, pendidikan seksual yang tepat, sistem pelaporan yang aman dan cepat, serta penegakan hukum yang tidak takut pada isu ‘nama baik’ sangat diperlukan. Anak-anak, menurut Darius, perlu dibekali keberanian untuk berkata “tidak,” bahkan kepada orang-orang terdekat yang bisa saja menjadi pelaku kekerasan.

"Paradoks ini tak bisa diselesaikan hanya dengan doa. Harus ada keberanian untuk melihat, berbicara, dan bertindak. Tanpa tindakan nyata, NTT akan terus dibayangi oleh kekerasan dan ketidakadilan yang berlarut-larut," katanya tegas. *** rri.co.id



 

Suara Numbei

Setapak Rai Numbei adalah sebuah situs online yang berisi berita, artikel dan opini. Menciptakan perusahaan media massa yang profesional dan terpercaya untuk membangun masyarakat yang lebih cerdas dan bijaksana dalam memahami dan menyikapi segala bentuk informasi dan perkembangan teknologi.

Posting Komentar

Silahkan berkomentar hindari isu SARA

Lebih baru Lebih lama