![]() |
Kejahatan Asusila Marak, NTT Butuh Solusi Nyata ( Foto : Ombudsman NTT ) |
Ironisnya, orang-orang
yang seharusnya menjadi pelindung malah berperan sebagai pemangsa. Kepala
Ombudsman RI Perwakilan NTT, Darius Beda Daton, menyatakan bahwa masalah ini
bukan hanya persoalan hukum, tetapi juga luka moral yang dalam.
"Ini bukan sekedar
persoalan hukum semata, ini luka moral yang menganga," ujarnya.
Darius menegaskan bahwa
kejahatan seksual di NTT bukan disebabkan oleh faktor ekonomi. Menurutnya,
mayoritas pelaku kejahatan ini memiliki pekerjaan tetap, posisi yang dihormati,
bahkan beberapa di antaranya berada dalam posisi terhormat di masyarakat.
"Mayoritas pelaku
bukan orang kelaparan. Mereka punya pekerjaan, punya posisi, bahkan ada yang
terhormat di mata masyarakat," katanya.
Menurut Darius,
walaupun NTT mayoritas beragama Kristen, religiusitas tampaknya tidak cukup
membentengi masyarakat dari perilaku menyimpang. Pengaruh konten digital,
budaya permisif, dan lemahnya kontrol sosial menjadi faktor utama yang turut
memperburuk situasi.
"Nilai adat dan
ajaran agama yang seharusnya menjadi pegangan hidup mulai tergeser oleh hal-hal
tersebut.Sehinga penting upaya dan langkah konkret untuk mengatasi
masalah ini," ujar Darius.
Menurutnya, pendidikan
seksual yang tepat, sistem pelaporan yang aman dan cepat, serta penegakan hukum
yang tidak takut pada isu ‘nama baik’ sangat diperlukan. Anak-anak, menurut
Darius, perlu dibekali keberanian untuk berkata “tidak,” bahkan kepada
orang-orang terdekat yang bisa saja menjadi pelaku kekerasan.
"Paradoks ini tak bisa diselesaikan hanya dengan doa. Harus ada keberanian untuk melihat, berbicara, dan bertindak. Tanpa tindakan nyata, NTT akan terus dibayangi oleh kekerasan dan ketidakadilan yang berlarut-larut," katanya tegas. *** rri.co.id