banner Heboh! Tamu KBRI Dipermalukan, Biarawati dari Timor Leste Jalan Kaki 500 Meter di PLBN Motaain

Heboh! Tamu KBRI Dipermalukan, Biarawati dari Timor Leste Jalan Kaki 500 Meter di PLBN Motaain

Dua orang biarawati yang merupakan tamu KBRI dipermalukan di PLBN Motaain /Ricky Anyan



Suara Numbei News - Perlakuan tidak pantas dialami dua biarawati asal Timor Leste saat melintas di Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Motaain, Kabupaten Belu, Sabtu 24 Mei 2025.

Kedua biarawati tersebut, salah satunya Sr. Yesina, CB—tamu resmi dari Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Dili—dipaksa berjalan kaki sejauh sekitar 500 meter dari dalam kawasan PLBN hingga ke pintu keluar oleh sekelompok sopir rental lokal asal Desa Silawan.

Peristiwa ini memicu kecaman dari berbagai pihak, termasuk Kepala PLBN Motaain, Maria Fatima Rika, S.STP, yang menyayangkan tindakan oknum sopir rental tersebut.

Menurut laporan, para sopir rental melarang setiap pelintas batas, termasuk tamu resmi dan rohaniwan, untuk naik kendaraan yang bukan berasal dari kelompok mereka. Jika tidak menggunakan jasa mereka, para penumpang dipaksa turun dan berjalan kaki keluar dari kompleks PLBN.

“Ini sudah keterlaluan. Biarawati yang datang sebagai tamu negara, datang dalam misi damai dan pelayanan, diperlakukan seperti ini. Kami anggap ini sebagai bentuk premanisme dan pelanggaran hukum,” tambah Maria.

Sementara itu, Sr. Yesina, CB, yang enggan berkomentar panjang, hanya mengatakan bahwa dirinya tidak ingin keributan dan memilih menuruti perintah sopir karena takut terjadi kekerasan.

“Kami hanya ingin melanjutkan perjalanan dengan damai,” ucapnya singkat.

PLBN Motaain, yang menjadi pintu masuk utama dari Timor Leste ke Indonesia, saat ini tengah menghadapi tantangan serius dalam aspek keamanan dan pelayanan publik. Kurangnya personel keamanan akibat efisiensi anggaran dari pusat turut memperlemah pengawasan terhadap aktivitas-aktivitas liar di kawasan perbatasan.

Upaya mediasi telah dilakukan pihak PLBN bersama TNI, Polri, Dinas Perhubungan, dan Kesbangpol. Namun, perwakilan dari Desa Silawan dan kelompok sopir rental lokal hingga kini belum menunjukkan itikad baik untuk hadir dan berdialog. “Kami beri kesempatan untuk mediasi.

Tapi kalau tidak ada itikad baik, maka tindakan tegas dari aparat akan kami minta,” ujar Maria.

Kejadian ini tidak hanya menyinggung aspek kemanusiaan, tetapi juga berpotensi merusak citra hubungan diplomatik antara Indonesia dan Timor Leste.

PLBN Motaain menyerukan kepada semua pelintas batas yang mengalami perlakuan serupa agar segera melapor kepada pihak berwenang, disertai bukti foto atau video.

“Ini bukan semata urusan transportasi. Ini tentang wibawa negara dan perlindungan terhadap setiap orang yang melintas secara sah di perbatasan,” tutup Maria. *** mediakupang.pikiran-rakyat.com





Suara Numbei

Setapak Rai Numbei adalah sebuah situs online yang berisi berita, artikel dan opini. Menciptakan perusahaan media massa yang profesional dan terpercaya untuk membangun masyarakat yang lebih cerdas dan bijaksana dalam memahami dan menyikapi segala bentuk informasi dan perkembangan teknologi.

Posting Komentar

Silahkan berkomentar hindari isu SARA

Lebih baru Lebih lama