Kejadian tragis ini
berawal dari persoalan yang terkesan sepele, yakni soal sembilan buah kursi
plastik milik kantor desa. Namun, konflik yang memanas berujung pada tindakan
kekerasan yang merenggut nyawa sang kepala desa.
"Kami telah
mengamankan pelaku sesaat setelah kejadian. Saat ini ia sedang dalam proses
pemeriksaan oleh penyidik untuk dimintai keterangan lebih lanjut," ujar
Kasat Humas Polres Ngada, Ipda Benediktus R. Pissort.
Dijelaskannya,
peristiwa bermula saat NR datang ke kantor desa sekitar pukul 07.30 WITA untuk
mempertanyakan honor kerja (HOK) proyek penggalian saluran air di RT 05.
Namun, karena bendahara
desa, Yohanes F. Obaria, menjelaskan bahwa pencairan dana belum bisa dilakukan
akibat kendala jaringan dan masalah teknis administrasi, pelaku menjadi kesal
dan meninggalkan ruangan.
Saksi mata, Maria
Kornelia Uma (29), staf desa yang berada di lokasi kejadian, mengungkapkan
bahwa setelah menerima penjelasan tersebut, pelaku sempat turun ke lantai satu
dan secara sepihak mengambil sembilan kursi plastik dari ruang penyimpanan
kantor desa.
"Dia ambil semua
kursi itu tanpa izin dan membawanya ke lapangan bola, lalu mengikatnya di tiang
gawang. Kami semua terkejut," ujar Maria saat dimintai keterangan.
Kepala Dusun Pawadama,
Ricardus Loda, yang melihat kursi-kursi tersebut di lapangan, kemudian naik ke
kantor desa untuk menanyakan kejelasan kepada staf.
"Saat saya sedang
menanyakan hal itu, tiba-tiba NR kembali lagi ke kantor desa. Di situlah dia
langsung beradu argumen dengan Pak Kades. Adu mulut semakin panas, lalu dia
mencabut benda tajam dan menikam Pak Kades. Korban langsung terjatuh dan
meninggal di tempat," jelas Ricardus.
Menurut Ipda
Benediktus, pihak kepolisian saat ini masih menyelidiki lebih lanjut motif di
balik aksi nekat pelaku, termasuk kemungkinan adanya akumulasi kekecewaan dan
kemarahan terhadap pihak pemerintah desa.
"Kami mendalami
apakah ada tekanan emosional lain yang memicu tindakan pelaku. Namun yang jelas,
ini adalah tindakan kriminal berat dan kami akan memastikan pelaku diproses
sesuai hukum yang berlaku," tegas Ipda Benediktus.
Kematian mendadak
Kepala Desa Bonifasius Ghae menyisakan duka mendalam bagi masyarakat Warupele
1. Banyak warga berdatangan
ke kantor desa setelah mendengar kabar mengenaskan tersebut.
"Pak Kades itu
orangnya tegas, disiplin, dan sangat bijak dalam mengambil keputusan. Ia tidak
pernah marah-marah. Kami sangat kehilangan. Ini benar-benar tragis dan tidak
masuk akal hanya karena masalah kursi," ungkap seorang warga yang menolak
disebutkan namanya.
Pihak keluarga korban
belum memberikan keterangan resmi, namun rencananya jenazah akan disemayamkan
di rumah duka di Dusun Pawadama sebelum dimakamkan pada Sabtu (24/5).*** korantimor.com