BAGIKU LANGIT TETAPLAH INDAH UNTUK DICERITAKAN
Langit waktu siang
ataupun malam tetaplah sama. Memberi kesejukan dan kenyamanan. Ada awan-awan
yang damai ketika kau ingin melihatnya di waktu siang. Ada jutaan bintang yang
menari ketika kau rindu pada malam hari. Bahkan purnama akan melengkapi kebahagiaanmu
sebelum kau bertemu dengan mimpimu.
Ketika kau
menyuruhku menceritakan langit, maka aku akan duduk di sampingmu. Kita akan
berada di teras menghabiskan waktu bersama. Entah kau maunya siang ataupun
malam. Bagiku langit tetaplah indah untuk diceritakan. Tentu kau akan merasakan
senang bukan?
Tatkala matahari
mulai berkawan dengan embun-embun pagi, fajar tak ubahnya setangkai bunga mawar
yang merekah bagi langit yang dingin. Sinarnya boleh kau lukiskan sebagai nyala
api yang temaram.
Perlahan-lahan
mendaki langit, menciptakan suasana tenang penuh kerinduan. Jika kau mau, kau
boleh berdiri menantang sang fajar. Kau boleh hirup nafas sedalam-dalamnya
untuk merasakan kemegahan ciptaan Tuhan yang terselip dalam terbitnya matahari.
Seperti anak-anak
yang riang ketika mendapatkan berkah, burung-burung kecil itu mengudara
menyambut hari. Terbang kesana-kemari untuk menyanyikan lagu-lagu alam. Tentu
kau bisa mendengar nyanyiannya. Tak terlalu keras, tapi itu cukup akan
membuatmu tersenyum.
Menjelang siang,
suasana akan menghangat. Menjalari pohon-pohon dan atap-atap. Angin berhembus
untuk menandakan bahwa dingin telah lenyap dan telah tergantikan oleh
kehangatan.
Aku akan
mengikutimu duduk lagi. Dan kita masih menikmati langit. Seperti paginya orang
yang romantis, selalu ada kopi di meja untuk sekedar teman menerjemahkan
langit.
Langit selalu
mempunyai ketenangan tersendiri. Ia berdiri sendiri sebagai pelengkap jagat
untuk mempertebal keimanan. Semacam-macam apapun perbuatan di bawahnya, langit
tetaplah langit, yang hanya bisa melihat tanpa pernah menegur.
Langit menyimpan
berjuta-juta rahasia. Berjuta-juta keinginan. Berjuta-juta impian. Termasuk
impianku kala dulu ketika aku sangat-sangat ingin menemuimu, tetapi yang keluar
hanyalah barisan doa yang kutitipkan pada langit untuk Tuhan.
Langit selalu
menerima. Langit tak pernah menolak. Apa kau pernah tahu, langit menolak impian
hanya gara-gara tidak sesuai dengan si pengimpi? Apa kau pernah dengar, langit
menolak doa hanya karena baitnya terlalu buruk? Langit tak sekejam itu. Langit
adalah hamba yang penurut dan penerima.
Saat siang
menjelang, langit terlihat indah dengan warna biru yang membentang. Seperti
lautan, warna biru yang menenangkan sekaligus menyenangkan. Di sudut-sudutnya
beriringan awan-awan putih yang sedang menjelajah. Kadang tipis-tipis, kadang
juga tebal bergelembung, saling bertumpuk.
Jika seumpama kau
sabar menatap langit kau akan menemukan lebih banyak keindahan. Kau akan
menemukan burung-burung yang sangat kecil, yang sedang berkejaran menodai
birunya langit. Saking kecilnya, mungkin kau akan menganggapnya bintang yang
hitam. Padahal itu nyata, dua burung yang saling kasmaran, berkejaran menikmati
angin yang sedang berhembus.
Kau akan menemukan
bentuk-bentuk awan yang lucu, unik, mengagumkan, bahkan menjengkelkan. Di siang
yang terik, kadang-kadang langit menyajikan awan-awan seperti kumpulan kelinci
yang bebas di padang rumput. Jika kau pernah melihat domba, maka kau tak akan
sebegitu kaget jika pandangamu melihat domba-domba itu sedang merumput di hamparan
birunya kedamaian.
Setelah hari mulai
menunjukkan titik tengahnya, maka saat-saat seperti ini lebih baik kau dan aku
istirahat sejenak. Masuk ke dalam rumah dan kita akan membicarakan apa saja
termasuk hewan-hewan yang kita temui pagi tadi. Kita akan membahas hal yang
mungkin lucu dan juga malah tidak perlu. Yang pasti kita menghabiskan waktu
untuk menunggu langit bersahabat kembali untuk dinikmati.
Masuk di sepertiga
siang terakhir,yang sungguh banyak dalil yang mengatakan bahwa waktu-waktu
seperti ini langit akan bermetamorfosis menjadi lebih indah dari jam-jam
sebelumnya, maka aku akan mengajakmu pergi sebentar dari rumah.
Mencari suasana
yang kondusif dengan hatimu yang antusias. Aku akan mengajakmu di suatu tebing
yang tinggi dan langsung menghadap ke arah barat. Kita berada di atasnya dan
menggelar beberapa alas sebagai tempat duduk supaya kotornya tanah tak
mengganggu kesenanganmu.
Langit akan
menunjukkan keanggunannya. Langit akan mengeluarkan suara-suara surgawi lewat
cahaya-cahayanya. Langit akan mengabarkan padamu bahwa sebentar lagi merupakan
detik-detik perpisahan antara siang dan malam.
Langit menguning
bak ladang gandum yang siap di panen. Sesekali, kalau beruntung kau akan
menemukan beberapa Camar terbang menuju matahari tenggelam. Menari riang.
Menikmati keindahan.
Kalau aku bisa
melukis, pastilah akan aku abadikan momen indah ini dalam bentuk dua dimensi
yang menjadi pengantar tidurmu ketika kau memasangnya di dinding kamarmu.
Sayangnya aku bukanlah orang yang pandai dalam menggoreskan cat. Sayangnya aku
tak dibekali bakat melukis. Lukiskanku hanya sebentuk kata-kata yang bisa kau
gambarkan sendiri dalam langit-langit malammu.
Sudahkah kau merasa
tenang? Apa kau kini merasa senang?
warna langit
mungkin sama. Tanpa keindahan yang berarti. Sekalipun senja, itu tak akan
membuatmu terkagum. Tapi, di sini, aku yang mengagumimu, akan berusaha agar kau
mau dan mampu mengagumi senja. Duduk, hanya duduk untuk melepas lelah dan
menghapuskan gundah. Perlahan aku yakin, kau akan mengerti.
Menjelang malam,
Tuhan akan sibuk menata bintang-bintang dan mulai menyiapkan bulan. Tuhan akan
berfirman, ‘temanilah mereka, jadilah indah, jadilah pelangi di malam-malam
yang sepi’. Tuhan menyiapkan keindahan untuk kita nikmati. Tuhan Mahakasih.
Maka, dukunglah aku menyangimu dalam bentuk kasih.
Bintang itu bernama
Salsabila, kataku padamu. Entah benar atau tidak bagiku bintang itu tetap
bernama Salsabila. Aku tak tahu kau tersenyum atau tidak. Mungkin jika kau
berkenan tersenyum, pastilah senyum itu senyum mengejek. Mana ada bintang
bernama Salsabila? Perkiraanku akan batinmu.
Aku ceritakan
padamu bahwa keindahan langit di malam hari serupa keindahan laut di siang
hari. Intinya menawan. Bintang-bintang itu membentuk sketsa-sketsa ikan.
Berenang dalam diam. Dia mempunyai warna tersendiri, aku yakin. Ada juga Sketsa
bunga. Bunga Mawar yang mirip Melati. Andai aku punya sayap, pastilah sudah
kupetik satu tangkai untuk kuselipkan di telingamu. Agar keindahannya menurun
padamu.
Apalagi kalau
purnama datang. Saat menatapnya saja, kau akan dibawa ke alam yang, jika kau
menari, merasa anggun, jika kau menyanyi, maka seperti putri, jika kau
berjalan, angin akan berhembus di punggungmu dan membelai rambutmu yang wangi.
Purnama akan menerjemahkan semua mimpimu. Purnama akan menghapus sedihmu.
Purnama akan menjadi daya magis yang menenangkan batinmu.
Dan pada akhirnya
langit tetaplah langit. Yang menyimpan keindahan surga. Yang tak pernah
tergapai oleh mimpi tertinggi sekalipun. Tapi, dengan keberadaanku disampingmu,
setinggi apapun langit, seindah apapun langit, aku akan menceritakannya dengan
sederhana, tanpa berlebihan. Aku akan menceritakan padamu bahwa setinggi apapun
langit, sebanyak apapun bintang, percayalah bahwa mereka ada untuk menghibur
malammu yang gelap.