FILOSOFI SENI MENUNGGU
(Oleh: Mzq Frederick)
Seperti dedaunan yang mulai menguning kemudian jatuh pelan-pelan
dari dahannya dan tangkai-tangkai pohon yang mulai rapuh; mereka tidak pernah
jenuh menunggu datangnya musim semi.
Seperti meja, kursi,
dan vas bunga yang berserakan di ruang tamu; kepingan pecahan piring dan gelas
memenuhi lantai dapur; pakaian dan buku yang berhamburan keluar dari lemari kamar
tidur; debu yang mengendap dengan tebal di jendela halaman belakang; dan sarang
laba-laba yang menempati tiap-tiap sudut plafon di seluruh ruangan: rumah masih
menunggu tuannya untuk pulang.
Seperti kursi-kursi di
kedai kopi yang tidak terisi dan pelayan kafe yang sibuk mondar-mandir
merapikan meja; mereka masih menunggu pengunjung yang akan datang untuk sekadar
memesan segelas kopi atau teh sambil menulis beberapa baris puisi—atau mungkin
hanya sekadar berbincang dengan kesunyian.
Seperti ayah yang pulang
kantor di malam hari dan ibu yang setiap pagi menyapu halaman rumah; mereka
tidak pernah berhenti mengirim doa di sepertiga malamnya untuk anak-anak yang
berada di tanah rantau dan tetap setia menunggu kabar via telephone seluler
atau melalui media sosial semisal facebook, whatsapp, imo dll....
Orang berkata, bahwa
malam tergelap hadir tepat sebelum fajar menyingsing. Sebelum matahari terbit,
malam mencapai puncak kegelapannya.
Tepat hal yang sama
kurang lebih terjadi di dalam hidup. Sebelum orang memperoleh sesuatu yang
baik, ia biasanya harus ditempa dalam kesulitan dan tantangan hidup yang
berlipat.
Tantangan hidup itu
bisa bermacam-macam. Akan tetapi, tantangan hidup yang terbesar adalah
tantangan yang menghalangi kita menggapi mimpi-mimpi kita, tantangan yang
menjauhkan kita dari apa yang menjadi cita-cita utama hidup kita.
Sebelum mimpi yang
manis bisa terwujud di dalam realitas, kita harus berjalan melewati api
tantangan dan kesusahan. Justru api tantangan dan kesusahan itulah yang membuat
semuanya menjadi begitu berarti, ketika kita berhasil mendapatkan apa yang kita
inginkan.
Tantangan dan
kesusahan juga bisa menghalangi kita dari sumber kebahagiaan yang sepantasnya
kita miliki. Akan tetapi, tantangan dan kesusahan itulah yang juga nantinya
akan membuatkan kebahagiaan kita semakin besar, ketika kita berhasil
mendapatkannya.
Seni Menunggu
Yang diperlukan adalah
sedikit kesabaran. Kesabaran yang diperoleh, ketika orang menguasai seni
menunggu.
Ingatlah, hal-hal baik
datang kepada mereka yang mau menunggu. Tanpa penantian yang panjang,
kebahagiaan yang otentik tidak akan pernah tercapai.
Kemampuan orang untuk
menunggu ditantang, ketika ia berada di dalam kesulitan. Kesulitan adalah batu
ujian dari kemampuan kita untuk menunggu, untuk bersabar.
Di dalam buku berjudul
Come be My Light, Mother Teresa diminta menunggu, sebelum ia menjalankan
misinya untuk berkarya di antara orang miskin dan papa. Momen menunggu disini
dianggap sebagai momen untuk mempertimbangkan, berdoa, berpuasa, supaya
keputusan yang diambil sungguh-sungguh didasarkan pada niat yang benar, dan
pikiran yang jernih.
Momen menunggu juga
bisa dipandang sebagai proses pemurnian motivasi. Di dalam penantian, motivasi
orang diuji di dalam waktu. Hanya motivasi yang tulus dan benarlah yang bisa lulus
ujian tersebut.
Tidak heran, banyak
tradisi budaya kuno meminta orang untuk bersemedi, berpuasa, dan berdoa sebelum
ia menjalankan suatu misi yang dianggap mulia. Hal-hal besar hanya terjadi pada
mereka yang siap untuk dengan sabar dan tabah menunggu.
Tuhan selalu Ada
“Janganlah takut. Aku
selalu bersamamu. Percayalah padaKu dengan penuh cinta. Percayalah padaKu
secara buta.” Begitulah kata Tuhan kepada Mother Teresa, ketika ia mengalami
kegundahan.
Tuhan mendampingi
orang, ketika ia sedang menempuh masa penantian yang berat dan lama. Yang
diperlukan oleh orang itu adalah kepasrahan total kepada Tuhan. Ia harus yakin,
bahwa semua akan baik pada akhirnya.
Di dalam masa
penantian, orang tidak hanya diuji motivasinya, tetapi juga keseluruhan
dirinya. Segala sesuatu yang ada padanya dipertaruhkan, dibenturkan, dan diolah
di dalam kesulitan serta kepedihan.
Untuk melewati masa
penantian ini, orang perlu untuk percaya. Kekuatan intelektual tidaklah cukup.
Diperlukan kematangan emosi, intelektual, dan spiritual, supaya orang bisa
melewati masa penantian yang berat ini dengan selamat.
Orang perlu percaya,
bahwa semua ini dilakukan dengan niat baik dan pemikiran yang jernih. Terlebih,
orang juga perlu percaya, bahwa ia akan selamat di dalam perjuangan sampai
akhirnya nanti.
Tanpa kepercayaan
semacam itu, hidup akan terasa hampa. Kepercayaan membuat orang bertahan di
dalam kemalangan, karena ia yakin, bahwa ia tidak sendirian. Tuhan selalu
berada di sampingnya.
Hidup Tidak Absurd
Memang, kesulitan
hidup seringkali datang bertubi-tubi. Ibaratnya, sudah jatuh kemudian tertimpa
tangga. Banyak orang mengalami hal semacam ini.
Hal-hal negatif ini
direfleksikan oleh seorang filsuf Perancis abad kedua puluh, Albert Camus. Ia
sampai pada kesimpulan, bahwa hidup manusia ini absurd.
Hidup ini tidak
memiliki alasan. Hidup juga tidak memiliki arah. Akan tetapi, manusia tidak
boleh lari dari hidup yang absurd ini. Manusia harus menatap dan menghadapinya
dengan jiwa besar. Manusia harus menghadapinya dengan kebahagiaan.
Apa yang dikatakan
Camus memang memiliki kebenaran sendiri. Namun begitu, refleksi itu keluar dari
mulut seseorang yang tidak memiliki kepercayaan, bahwa hidup ini bermakna.
Kesulitan hidup adalah
tahap awal sebelum kita sampai pada kebahagiaan. Yang kita perlukan adalah rasa
percaya, bahwa kesulitan ini bukanlah akhir, melainkan awal dari sesuatu yang
lebih besar.
Jika dilihat seperti
ini, yakni dengan kaca mata kepercayaan, maka hidup tidaklah absurd. Hidup
memiliki makna yang dalam. Hidup adalah penantian; penantian yang memerlukan
perjuangan untuk menjalaninya.
Kita perlu yakin,
bahwa di akhir penantian dan perjuangan ini, kita akan memperoleh kebahagiaan.
Kebahagiaan yang justru semakin besar, ketika kita memperolehnya dengan
kesusahan.
Hidup
yang sempurna bukanlah hidup yang tanpa cacat, melainkan hidup yang justru
sempurna di dalam segala cacatnya. Hidup yang tetap indah dan bermakna,
walaupun darah dan keringat adalah taruhannya.***
Sumberi Inspirasi