SAJAK SANTET MUSIM POLITIK YANG PANAS
Menikam diam karang-karang
Seekor rajawali mengerang
Menahan perih yang meyesatakan rongga dada
Rusuh
Resah
Rusak
Bencana menerjang
Adakah serpihan yang tersisa
Laut menggelora
Bumi terbelah
Menelan jasad penghuni semesta
Adakah serpihan tersisa
Republik menguras air mata
Putra-putrinya ditelan dalam pusara abadi
Dalam bongkahan bumi menganga lebar
Tak pandang hitam atau putih, berdasi dengan style sematan jas kumal diterjang masa
Pertiwi kecewa
Pertiwi berkeluh
Bidikkan Tanya pada sang Khalik yang bertahta di singgsana
Sedang terlelapkah Dia dalam mimpi itu?
Gendut siluman hamilkan dana rakyat dengan penuh nafsu membara
Tak pikir alam dan penghuni republik ini
Mengapa arwah tak menayangkan dirinya dalam suasana misitis
Siluman Gendut tertawa dengan hedonis yang ia rancang
Rusuh lagi
Rakyat semesta dalam gelisah balutan siluman gendut
Rakyat berteriak dalam demonstrasi
Pesta Siluman gendut bertaburkan panen dana Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
Akankah tangisan derita akan abadi sepanjang sejarah pengembaraan republik ini?
Pada secangkir kopi mereka mengagungkan figur politik mereka masing-masing
Gubuk Bambu di Pematang Sawah
Medio Harekakae, 7 Agustus 2020
Frederick Mzq