Indahnya Hidup Bersama Di Kampung Numbei, Kabupaten Malaka-NTT

Indahnya Hidup Bersama Di Kampung Numbei, Kabupaten Malaka-NTT

INDAHNYA HIDUP BERSAMA DI KAMPUNG NUMBEI

KABUPATEN MALAKA



Kesederhanaan akan membuat kita menjadi manusia yang lebih bisa bersyukur, lebih akrab dengan alam dan Tuhan. Mandi dan mencuci di sungai, makan siang di gubuk tengah kebun, dan melewati malam hanya ditemani sebatang obor maupun lampu minyak membuat mereka lebih menghargai dan mensyukuri hidup dan kesederhanaan yang telah diberikan kepada mereka.

 

Pernah merasakan hidup dan tinggal di perkotaan memberikan kesan tersendiri bagi saya. Banyak orang beranggapan bahwa banyaknya sarana dan prasarana yang lebih memadai, tingginya tingkat pendapatan penduduk yang diiringi dengan tingkat kesejahteraan keluarga yang baik, yang terjadi di kota-kota besar dibandingkan di desa. Sehingga mendorong keinginan bagi orang - orang di desa untuk mencapai impiannya yaitu tinggal dan hidup di kota.

Namun tidak sedikit orang yang jenuh setelah tinggal dan hidup di kota setelah beberapa waktu, termasuk saya. Keadaan kehidupan sosial di kota - kota besar identik dengan sikap penduduknya yang cenderung kurang peduli dengan masyarakat, glamour ditambah dengan kondisi lingkungan yang buruk, secara tidak langsung memberikan dampak batiniah bagi orang-orang yang hidup di kota namun memiliki masa kecil di desa yang keadaannya berbanding terbalik dengan keadaan lingkungan dan sosial di perkotaan.

Dilahirkan di lingkungan pedesaan (kampung)  adalah suatu hal yang wajib kita syukuri, dengan segala kesederhanaannya namun mampu mengajarkan kepada kita bagaimana hidup sederhana, saling menghargai antarsesama, gotong royong, mandi di kali, bermain dengan permainan - permainan sederhana dll. Semua itu mungkin tidak akan pernah kita alami ketika kalian di lahirkan di kota.

Hidup di desa terutama di kampung Numbei memberikan ketenangan batin tersendiri. Ketika aktivitas keseharian kita disibukkan dengan rutinitas pekerjaan yang begitu padatnya. Ada kalanya otak kita memerlukan suatu Refreshing (Penyegaran). Me-Reset kembali apa yang menjadi Junk di otak kita. Sehingga otak tidak begitu stress. 

Hmmm... Panorama yang indah nan hijau membentang luas dengan keheningan dan udara yang begitu sejuk memberikan suatu aura tersendiri.



Namun adakalanya kita juga harus menerima dengan jalan apa yang telah berikan Tuhan kepada kita dan menjalankannya dengan penuh keikhlasan. Bahwa hidup tidak selalu sesuai dengan apa yang kita inginkan. Untuk itu kita harus pandai - pandai bersyukur.

Sebagian orang yang dapat hidup sukses di desa atau kampung dengan pekerjaan yang baik adalah orang yang beruntung.

Hidup di kampung bagi sebagian anak muda merupakan alternatif melakoni rutinitas hidup apalagi bagi mereka yang mempunyai kemampuan bertani. Untuk orang yang asalnya dari kampung tidak menjadi hambatan dan sudah paham bagaimana rasanya hidup di kampung. Saya yang terlahir dan besar di kampung alias bukan berasal dari kota bisa merasakan kehidupan kampung. Berbeda dengan orang yang lahir dan besar di perkotaan yang kemudian harus hidup di desa atau kampung akan butuh waktu untuk menyusaikan diri, bukan berarti tidak mampu tetapi butuh waktu.

Banyak kenikmatan yang di dapat bila hidup di kampung Numbei seperti bisa menanam jagung di kebun , sayur-sayuran, buah buahan atau memelihara ternak secara alami. Memelihara ayam kampung misalnya, apabila ingin makan daging ayam tinggal memotong sendiri, bila ayam berlebih bisa dijual sebagai penghasilan tambahan.


Saya merasa salut dan terkesan ketika ada orang yang terlahir dan besar di kota tapi mampu hidup di kampung. Hidup di kampung Numbei (tanah kelahiranku) sangat identik dengan kesederhanaan berbeda jauh dengan di perkotaan yang segalanya selalu dibeli dari hal yang terkecil seperti air bersih bahkan hanya untuk membuang sampahpun harus di bayar dengan uang. Bagi orang yang tidak bisa berkompetisi jangan coba-coba hidup di perkotaan, kecuali mempunyai ketrampilan khusus. Atau mungkin wiraswasta/sesuatu yang bisa menghasilkan uang. 

Kebanyakan orang di kampung Numbei mempunyai tanah walau mungkin hanya sedikit. Dengan tanah itu orang di kampung Numbei bisa memanfaatkan untuk bercocok tanam apalagi kalau tanahnya sangat subur. Seperti orang-orang tua dan anak-anak muda di kampung Numbei yang menanam pohon kelapa, pisang, singkong. dll. Sampai buah kelapa dan pisang jatuh sendiri dari pohonya karena memang terlalu banyaknya dan apabila dijual sangat murah tidak sebanding dengan besarnya biaya perawatan, kalau dijual harganya sangat murah. Tapi walau harganya murah kelapa masih bisa menambah penghasilan dan mencukupi kebutuhan. 


Hidup di Kampung Numbei itu ibaratnya uang 5 ribu rupiah sudah cukup buat makan sehari. Misalnya makan cukup dengan ikan asin (naan mer), lauk tempe/tahu atau mumgkin hanya dengan garam atau sambal itu nikmatnya sudah luar biasa. Boleh bandingkan dengan kehidupan di pekotaan. Tapi kenapa orang desa setelah selesai sekolah berbondong bondong pindah ke kota, jawabanya mungkin ingin merubah gaya hidup, ingin mencari kehidupan yang lebih baik atau memang di desa tidak mempunyai lahan garapan untuk hidup sehari hari. 

Hidup di kampung Numbei memang indah dengan alamnya yang masih terjaga guyub rukunnya dan tradisiadat istiadatnya dalam semboyang neon ida laran ida (satu hati, satu jiwa), saling menghormati masih terpelihara. Hidup gotong royong sebagai ciri khas yang sangat indah. Masyarakatnya yang sederhana dan "tidak termakan oleh pasar" semakin membuat saya tidak bosan bila saya saat berada di kampungku Numbei, Desa Kateri, Kabupaten Malaka dengan suasana ketenangan masih tetap terjaga... Tidak percaya .. boleh dicoba, pulanglah ke  kampung sekarang...

 



Suara Numbei

Setapak Rai Numbei adalah sebuah situs online yang berisi berita, artikel dan opini. Menciptakan perusahaan media massa yang profesional dan terpercaya untuk membangun masyarakat yang lebih cerdas dan bijaksana dalam memahami dan menyikapi segala bentuk informasi dan perkembangan teknologi.

Posting Komentar

Silahkan berkomentar hindari isu SARA

Lebih baru Lebih lama