REMAJA: DUNIA PENDIDIKAN VS DUNIA GAME
Saat ini perkembangan zaman semakin berkembang di antaranya dibidang Teknologi. Sehingga banyak orang bermain game sampai lupa waktu, berimbas pada anak-anak sampai remaja yang dimana pada masa itu seharusnya banyak belajar untuk masa depan mereka. Jika mereka banyak bermain game sampai meninggalkan kewajibannya untuk belajar, kasihan orang tuanya yang sudah banting tulang untuk membiayai pendidikan agar mereka bisa sukses di masa depan dan bisa membahagiakannya di masa tua nanti. Pada saat ini banyak anak-anak ketika disuruh orang tua untuk kebwarung atau untuk belajar mereka malah sibuk bermain game. ketika mereka banyak bermain game akan menyebabkan dampak negatif bagi dirinya, contohnya seperti ; malas, mudah sakit, kurang olahraga, dll.
Game yang sangat
berkembang pesat saat ini yaitu game online di handphone seperti Mobile Legend, PUBG Mobile, Free Fire,
dll. Hal tersebut membuat anak-anak hingga remaja ketagihan untuk bermain game.
Bahkan mereka rela menghabiskan uangnya untuk kepentingan di dalam gamenya
seperti membeli diamond pada game Mobile
Legend untuk membeli skin. Dari pada uang yang di kasih orang tua
untuk membeli kepentingan dalam game lebih baik digunakan untuk membeli buku
bacaan agar menambah ilmu dan wawasan. Karena buku adalah jendela Dunia dengan
membaca buku kita bisa mendapatkan banyak pengetahuan.
Pada saat Pandemi
Covid-19 ini yang mengakibatkan sekolah dan kuliah tidak boleh tatap muka atau
belajar dikelas sehingga dilakukan via daring
(dalam jaringan) yang seharusnya mereka belajar di rumah saja, malah
disalahgunakan oleh anak-anak dan remaja untuk bermain game online. Boleh saja
melakukan hal tersebut asalkan jangan berlebihan dan jangan lupa untuk belajar.
Banyak kasus pada siswa ketika Ujian mereka melakukan hal yang tidak
diperbolehkan seperti menyontek jawaban teman, membuat contekan lalu ditulis
dikertas,dll hal itu dilakukan karena mereka tidak belajar sebelum waktunya
Ujian mereka malah bermain game online.
Bermain game bisa saja
menghilangkan rasa bosan apabila tidak dilakukan dengan waktu yang lama. Karena
bermain game seperti Mobile Legends,
PUBG Mobile, Free Fire ketika kalah terus menerus (losestreak) akan membuat emosi.
Sebaiknya anak-anak dan remaja bermain game secukupnya saja hanya sekedar untuk
menghilangkan bosan agar tidak menimbulkan rasa malas yang berlebihan sehingga
malas untuk belajar, beribadah, berolahraga. Jangan sampai generasi muda
terjerumus arus globalisasi terutama para pelajar. Manfaatkanlah kemajuan
teknologi ini untuk hal yang baik dan benar
Remaja seharusnya bisa
memanfaatkan waktunya dengan baik seperti mengasah kemampuan diri atau bakat
yang dimiliki. Namun, kenyataan saat ini lebih sering kita temui remaja malah
asyik menghabiskan waktunya di depan layar komputer atau gadget (handphone)
mereka masing-masing untuk bermain game online. Remaja pun menjadi budak dari
game online. Game online menyita waktu dari remaja tersebut, semua aktivitas
yang lebih bermanfaat menjadi hal sepele dan diabaikan. Mereka bisa lupa dalam
tugas sekolah, lupa makan, serta kepentingan spiritual agama bahkan mereka rela
tidak tidur semalaman hanya demi bermain game online.
Tentu saja hal ini
sangat memprihatinkan karena pasti remaja yang bermain tersebut menempuh
pendidikan di sekolah. Jika mereka tidak tidur maka sudah pasti itu akan
menganggu proses belajar mereka di sekolah atau belajar di rumahpun tidak ada.
Bisa saja karena mereka mengantuk akibat begadang semalaman atau tubuh mereka
menjadi sakit karena kurangnya istirahat yang cukup.
Namun, dibalik dampak
negatif tersebut tentu saja pasti memiliki dampak yang postif. Salah satunya
mengasah kemampuan bahasa asing. Seperti yang kita ketahui game online yang
dibuat oleh luar negeri pasti memiliki settingan bahasa asing misalnya bahasa
inggris. Sehingga mau tidak mau bagi pemainnya harus mengerti bahasa yang
digunakan di dalam gamenya. Maka dari itu tidak ada salahnya bermain game
online untuk sekedar menghilangkan stress dan kepenatan di dalam tubuh akibat
aktivitas yang monoton.
Di luar negeri, seperti
di Australia siswa di berikan pelajaran tentang komputer dan di situ juga ada
game online namun mereka bukan untuk bermain akan tetapi mereka diajarkan untuk
membuat game mereka sendiri. Setelah mereka berhasil membuat game mereka
sendiri maka mereka boleh memainkan hasil karya mereka tersebut.
Bukankah jika di
Indonesia remajanya bisa berpikir untuk membuat game online bukan hanya
memainkannya saja maka mungkin saja indonesia menjadi negara yang banyak
memiliki remaja yang menghasilkan game online terbaik dan bisa di nikmati oleh
berbagai negara di dunia. Tapi, tentu saja game online yang di buat tersebut
dapat memiliki banyak dampak postif bagi pemainnya.
Dalam satu dekade
terakhir, perkembangan dunia teknologi informasi semakin pesat. Bahkan dalam setiap
lini dan urusan tidak bisa terlepas dengan memanfaatkan teknologi informasi.
Termasuk untuk pembelajaran di dunia pendidikan. Dampak positif dengan hadirnya
perangkat elektronik yang memanfaatkan teknologi informasi tentu sangat banyak.
Namun demikian, dampak negatif dari teknologi informasi juga patut diwaspadai
oleh orang tua, guru, maupun masyarakat luas.
Salah satu dampak yang patut diwaspadai adalah dengan maraknya permainan game
online yang sebagian besar penggunanya adalah remaja usia sekolah.
Menjamurnya warnet (warung internet) dan programa Play Store di gadget atau
Smartphone yang menyediakan
fasilitas game online, menjadi daya tarik yang luar biasa pada generasi
muda kita. Publik pun sebenarnya bisa menyaksikan ramainya anak-anak remaja
usia sekolah yang nongkrong di warnet-warnet yang hampir ada disetiap sudut
pemukiman penduduk karena di situ tersedia wifi
gratis.
Terkait dengan hal itu, ada pemberitaan di laman kompas.com pada Senin
(18/6/2018) melansir sebuah tulisan yang di keluarkan oleh Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO), yang merupakan salah satu lembaga dunia di bawah naungan
Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB). Setelah mempertimbangkan banyak hal, WHO
resmi menetapkan kecanduan game (game
disorder) sebagai penyakit gangguan mental.
Hal ini setelah WHO menambahkan kecanduan game ke dalam versi terbaru International Statistical Classification of
Diseases (ICD). ICD merupakan sistem yang berisi daftar penyakit
berikut gejala, tanda, dan penyebab yang dikeluarkan WHO. Berkaitan dengan
kecanduan game, WHO memasukkannya ke daftar “disorder due to addictive behavior” atau penyakit yang disebabkan
oleh kebiasaan atau kecanduan. Dirangkum Science Alert, Selasa (19/6/2018),
kecanduan game bisa disebut penyakit bila memenuhi tiga hal antara lain, (1)
seseorang tidak bisa mengendalikan kebiasaan bermain game, (2) seseorang mulai
memprioritaskan game di atas kegiatan lain, (3) seseorang terus bermain game
meski ada konsekuensi negatif yang jelas terlihat. WHO mengatakan, ketiga hal
itu harus terjadi atau terlihat selama satu tahun sebelum diagnosis dibuat.
Selain itu, WHO mengatakan permainan di sini mencakup berbagai jenis permainan
yang dimainkan seorang diri atau bersama-sama orang lain, baik itu online maupun offline.
Meskipun demikian, bukan berarti semua jenis permainan bersifak adiktif dan
dapat menyebabkan gangguan. “Bermain game disebut sebagai gangguan mental hanya
apabila permainan itu mengganggu atau merusak kehidupan pribadi, keluarga,
sosial, pekerjaan, dan pendidikan,” menurut WHO. “Sudah banyak cukup bukti yang
menunjukkkan kecanduan game dapat menimbulkan masalah kesehatan,” tulis WHO
dalam situs resminya (http://sains.kompas.com/read/2018/06/19/192900123/who-resmi-tetapkan-kecanduan-game-sebagai-gangguan-mental?utm
source=Whatsapp).
Hal
itu, secara faktual dikuatkan dengan kisah nyata yang dituturkan dari salah
satu kerabat kolega penulis. Dia mempunyai seorang keponakan yang boleh
dikatakan “game maniac” (kecanduan
game). Sepulang sekolah, senantiasa asyik di kamar dan jarang keluar, karena
selalu asyik dengan memainkan tuts-tuts di keyboard computer untuk
bermain game di kamarnya. Bahkan sang keponakan bisa lupa makan, lupa beribadah,
lupa tidur, dan lupa segalanya jika sedang bermain game. Singkat cerita, suatu
ketika sang keponakan melanjutkan studi ke perguruan tinggi di kota lain. Suatu
ketika dia mengalami kejang-kejang di kamar kosnya. Setelah dibawa ke rumah
sakit dan dilakukan pemerikasaan, hasilnya negatif dari semua penyakit. Namun
peristiwa kejang-kejang tersebut berulang dalam frekuensi tertentu. Akhirnya
keluarganya berkonsultasi kepada salah satu dokter spesialis. Setelah dilakukan
diagnosis yang cukup intensif, maka sang dokter memvonis bahwa sakit
kejang-kejang tersebut diakibatkan karena seringnya sang keponakan bermain game.
Dan oleh dokter disarankan untuk tidak boleh berkendaraan bermotor sendiri,
tidak boleh berjalan kaki di jalan sendirian, dan lain sebagainya. Karena hal
itu bisa menyebabkan resiko yang fatal pada dirinya yaitu kematian.
Dampak Negatif
Permainan Game
Sebagaimana dilansir pada laman loop.co.id pada 29 Juni 2015, menyebutkan ada
10 dampak negatif bagi gemer (pemain game) yang kecanduan bermain
game, antara lain:
Kurang Tidur
Biasanya ketika seseorang yang sedang asyik main game, biasanya mengabaikan
rasa kantuk. Maka jadilah gamer terlalu asyik memainkan sebuah
permaian, hingga waktu tidurnya akan berkurang.
Malas Mandi
Jika gamer sudah berada di depan laptop, dapat dipastikan pelakunya
akan malas bergerak kemana-kemana. Akibatnya, gamer tidak akan dapat
mendengar panggilan orang lain, misal dari orang tua atau temannya. Sehingga
hampir bisa dipastikan para gamer akan malas mandi.
Mengasingkan Diri
Biasanya para gamer sering berkomuniklasi dengan lawan mainnya di
dunia maya, tetapi mereka malas bersosialisasi dengan teman-teman di dunia
nyata. Hal itu, disebabkan anggapan bahwa realitas di dunia nyata kadang tidak
sesuai dengan bayangan atau impiannya. Pada kondisi yang akut, bisa menyebabkan
gangguan atau syndrome dalam bersosialisasi dengan masyarakat.
Depresi
Keadaaan ini dapat terjadi pada gamer yang sudah addicted (kecanduan)
berat pada permainan game. Jika dia tidak main game dalam sehari saja, maka dia
mengalami ketidaktenangan atau ada sesuatu yang mengganjal, yang mendorong kuat
dalam dirinya untuk melakuakan permainan game. Sehingga dia seakan-akan
menjadikan permainan game sebagai kebutuhan pokoknya. Tentu kondisi ini sangat
berbahaya bagi pelakunya.
Mengalami Stres
Seringkali game itu memberikan sebuah kompetisi atau persaingan yang membuat
pelakunya mencari segala cara untuk memenagkan game itu. Jika tidak menang
alias kalah, maka pelakunya akan terdorong mencoba lagi sampai penyesalan yang
sangat jika kalah terus-menerus. Nah, itulah penyebab stress. Anehnya,
jika gamer sudah merasa stress, cara mengatasinya adalah dengan tetap
bermain game dan melupakan waktu. Tentu saja, jika itu terjadi secara massal
dan massif maka bisa dipastikan akan menyebabkan kerusakan mental yang parah
pada generasi muda kita.
Arthritis dan Carpal
Tunnel Syndrome
Arthritis adalah kelainan sendi yang
meliputi peradangan. Sedangkan Carpal
Tunnel Syndrome adalah tekanan pada syaraf di pergelangan tangan. Nah,
terlalu sering main game dapat memperbesar kemungkinan terjangkit dua penyakin
tersebut. Hal itu disebabkan karena saat main game, jari-jari tangan gamer bergerak
aktif tanpa isyarat.
Kehilangan Nafsu Makan
Sebagaimana pada nomor satu, para gamer kehilangan nafsu makan, karena
sangat fokus bermain game. Jika waktu makan tiba, dia sering menundanya. Dan
jika hal itu terjadi secara berulang dan terus-menerus bisa menyebabkan
gangguan pencernaan dan adan menurunkan stamina tubuh. Tentu saja, ini akan
mengganggu kesehatan tubuh pelakunya.
Agresif
Akibat negatif lain, terlalu sering main game adalah karena terlalu berambisi
memenangkan suatu permainan, para gamer bisa menjadi agresif dan
ambisius yang berlebihan. Misalnya, mudah marah jika aktivitas bermain game
terganggu orang lain. Bahkan di antara mereka ada yang bersikap brutal, suka
tawuran, tak segan-segan menyakiti orang lain yang dianggap “lawan”. Semuanya
itu akibat meniru adegan yang ada di permainan game. Tentu saja, sikap ini
sangat berbahaya jika menjangkiti peserta didik yang sebagian besar masih
berada di usia muda.
Sakit Mata
Akibat dari terlalu sering menatap layar laptop, komputer, ataupun layar handphone,
maka mata para gamer sering terkena radiasi yang terpancar. Apalagi
jika terjadi dalam waktu yang relatif lama, bisa diindikasi dia kan terserang
sakit mata, dan mengalami rabun atau buram saat melihat. Penyakit ini tentu
sangat merugikan peserta didik kita.
Mudah Lelah
Terlalu sering duduk di depan laptop, computer, ataupun layar handphone bisa
menyebabkan tulang dan persendian para gamer terasa pagal-pegal. Itu
disebabkan tubuh pelakunya tidak menggerakkan anggota tubuhnya. Ketika lama
duduk, pasti terasa sakit karena badan belum siap digerakkan. Yang pada
akhirnya bisa menyebabkan sakit tulang dan persendian.
Hasil penelitian lain, yang menggunakan metode penelitian
kualitatif menunjukkan bahwa pelajar lebih suka bermain game online daripada
belajar ataupun yang lainnya. Bahkan pada 2017 menurut lembaga riset pemasaran
asal Amsterdam, Newzoo, ada 43,7 juta gamer (56% di antaranya
laki-laki) di negeri ini yang membelanjakan total US$ 880 juta. Jumlah pemain
game Indonesia terbanyak di Asia Tenggara, yang bermain game di telepon pintar,
personal computer, dan laptop, serta konsul. Dengan prakiraan prevalensi 6,1% pemain
game mengalami kecanduan, maka dapat diperkirakan bahwa saat ini terdapat 2,7
juta pemain game yang mungkin kecanduan. Kecanduan game juga memicu tindakan
kriminal. Pernah dilaporkan ada kasus tujuh remaja yang mencuri uang, rokok,
dan tabung gas di toko untuk membayar sewa alat game online dan dua remaja
merampok penjual nasi goreng untuk mendapatkan uang yang dipakai main game
online.
Badan Kesehatan Dunia (World Health Organisation/WHO) memasukkan kecanduan game
ke dalam daftar penyakit dalam laporan International Classification of Diseases
edisi 11 (ICD-11). Dengan demikian, kecanduan game resmi masuk sebagai gangguan
kesehatan jiwa (The Conversation, 4/7/2018).
Mengarahkan
Permainan Yang Positif
Permainan
(game) adalah aktivitas rekreasi dengan tujuan bersenang-senang, mengisi waktu
luang, atau berolah raga ringan. Permainan dapat dilakukan sendiri atau
bersama-sama (kelompok). Permainan banyak macamnya, misalnya: permainan
tradisional, seperti petak umpet, gobak sodor, dan dapat pula permainan modern
yang umumnya termasuk ke dalam cabang-cabang olah raga, seperti lari, senam,
tenis meja, menembak, sepeda, panahan, sepak bola, bulutangkis, dan bela diri.
Permainan yang modern kadang juga melibatkan penggunaan peralatan yang canggih,
seperti permainan (game) di computer, video, atau permainan secara on line di
internet (game on line) (http://id.wikipedia.org).
Sebenarnya masih banyak permainan yang berdampak positif bagi peserta didik.
Islam sangat menganjurkan untuk membiasakan anak-anak dilatih berenang,
berkuda, dan memanah. Nabi Muhammad SAW pernah bersabda, “Ajarilah anak-anak
kalian berkuda, berenang, dan memanah” (HR. Bukhari Muslim). Itu menunjukkan
bahwa Islam sangat memperhatikan agar anak-anak sebagai generasi penerus agar
dibekali dengan fisik yang kuat, akal yang sehat, dan kepribadian yang unggul.
Salah satu caranya adalah melatih dengan permainan yang positif di antaranya
berkuda, berenang, dan memanah. Itulah panduan dari Yang Maha Sempurna, yang
seharusnya diambil oleh pemegang kebijakan di negeri ini agar generasi penerus
dibekali hal-hal yang positif, dan menutup rapat-rapat permainan yang justeru
dapat merusak akal, fisik, dan kepribadian generasi penerus bangsa ini.
Dengan demikian, sudah saatnya semua pihak yang berwenang dalam dunia
pendidikan berpihak kepada generasi muda bangsa ini. Dengan jalan menutup semua
celah penyebab timbulnya dampak negatif dari permainan game online,
terutama untuk perkembangan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Bagaimana
jadinya jika permainan game online ini dikembangkan, maka pastilah
korban akan semakin banyak, kualitas SDM Indonesia akan semakin menurun.
Sementara dalam visi pendidikan Indonesia telah digariskan bahwa sistem
pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan
semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas
sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.
Marilah semua pihak bersungguh-sungguh menyelamatkan generasi penerus bangsa
ini dari ancaman bahaya game online.
Sumber:
http://mediasiar.com/ancaman-bahaya-game-online-bagi-peserta-didik/
https://www.kabarsumbawa.com/2018/10/31/remaja-di-perbudak-oleh-game-online/