Potret Jeniar Nelsus Mooy. |
Jeniar adalah relawan di Indonesia Mengglobal (IM)
sebagai Project Development Manager. Tahun ini merupakan tahun ketiga ia
menjadi relawan di IM.
Sejak duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), Jeniar
selalu memiliki impian untuk berkarier di bidang Hubungan Internasional, baik
sebagai diplomat maupun sebagai pekerja di organisasi internasional.
Jeniar memang sangat tertarik dengan isu-isu terkait
diplomasi atau kebijakan luar negeri Indonesia dan menikmati pekerjaan atau
tugas-tugas yang berkaitan dengan bidang ini.
Tentang Jeniar
Jeniar berasal dari Kupang, Nusa Tenggara Timur, dan
menamatkan sekolah hingga tingkat SMA di Kota Kupang. Dia beruntung karena semasa
sekolah dulu, ia memiliki keluarga, teman-teman dan guru-guru yang selalu
mendukungnya untuk meraih pendidikan setinggi-tingginya.
Jeniar sadar, ia hanya berasal dari kota kecil di
daerah timur Indonesia dan ada banyak hal yang harus dilakukan untuk membantu
kota dan provinsi tempat kelahirannya itu agar bisa semakin maju.
Selain Jeniar, banyak anak-anak di kotanya yang
sangat bersemangat untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi di
tengah segala keterbatasan yang mereka miliki, baik dalam hal ekonomi maupun
akses.
Setelah Jeniar lulus S1 di bidang Hubungan
Internasional (HI) dan masuk ke dunia kerja, Jeniar sadar bahwa HI sebagai
suatu ilmu bersifat cukup general.
HI membahas berbagai hal, mulai dari isu ekonomi,
keamanan, budaya, hingga isu lingkungan. Sementara di lingkungan kerjanya,
Jeniar membutuhkan pemahaman akademik dan teknis yang lebih mendalam mengenai human
development dan organisasi internasional. Hal inilah yang mendorongnya untuk
menempuh studi S2 di bidang Development Studies (Studi Pengembangan) agar
dirinya bisa belajar lebih jauh mengenai kedua bidang ini.
Ketertarikan Jeniar untuk menempuh S2 di luar negeri
dimulai pada 2017. Setelah lulus S1, ia mulai mencari informasi mengenai
kampus-kampus di dunia yang punya spesialisasi di bidang Development Studies.
Ternyata, Jeniar menemukan beberapa kampus yang memiliki pusat riset khusus
untuk isu Development Studies dan beberapa dari mereka bahkan sudah pernah
melakukan penelitian mengenai masalah-masalah pembangunan dan kemiskinan di
Indonesia. Hal inilah yang mendorongnya untuk mulai mempersiapkan aplikasi
untuk melamar beasiswa S2 ke luar negeri.
Jeniar berpose bersama para volunteer pada saat menjadi Session Manager di Conference on Indonesian Foreign Policy (CIFP) 2019.
Kampus Pilihan
Jeniar
Jeniar berencana melanjutkan S2 Development Studies
di Australia. Pilihan kampusnya yang pertama adalah University of New South
Wales dan yang kedua adalah University of Melbourne.
Jeniar memilih University of New South Wales sebagai
opsi pertama karena kampus ini memiliki dual degree master’s program (program
magister gelar ganda) di bidang Development Studies dan Hubungan Internasional.
Jeniar merasa kombinasi kedua bidang studi ini
sangat cocok dengan pekerjaannya saat ini di organisasi non-profit internasional.
Melalui program ini, Jeniar bisa belajar mengenai project management dan juga
dinamika politik-ekonomi di kawasan Asia Tenggara.
Pilihan keduanya adalah University of Melbourne.
Jeniar memilih kampus itu karena University of Melbourne memiliki specialist
training di bidang migrasi dan ketimpangan sosial antara masyarakat kota dan
desa—suatu topik yang rencananya akan Jeniar angkat di tesisnya nanti.
Tentang
Australia Awards Scholarship
Ketertarikan Jeniar untuk melamar Australia Awards
Scholarship (AAS) sebenarnya bermula dari ketertarikannya untuk belajar di
Australia. Jeniar merasa Australia merupakan salah satu negara yang sukses
mengembangkan perekonomian di area pedesaan dan menjadikan area pedesaan sumber
penghasil utama produk pertanian dan peternakan di negara itu dengan kualitas
yang sangat baik.
Jeniar ingin belajar dari para pakar di bidang Development
Studies di Australia, sekaligus belajar dari kebijakan-kebijakan yang diambil
pemerintah Australia untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang hidup di
daerah pedesaan.
Jeniar bersyukur akhirnya dapat diterima oleh
beasiswa AAS di 2021 karena beasiswa ini tidak hanya sekadar menyediakan uang
saku, tapi juga intensive training untuk mempersiapkan setiap penerima beasiswa
sebelum berangkat ke Australia.
Beasiswa AAS juga menyediakan pendampingan
profesional selama para penerima beasiswa menempuh pendidikan di Australia.
Jeniar pada saat bertugas di FPCI Public Discussion bersama pakar Hubungan Luar Negeri dan Duta Besar negara-negara asing.
Cerita Jeniar
dalam Mengejar Beasiswa AAS
Awalnya, Jeniar memulai riset mengenai program AAS
di Desember 2019. Pada saat itu, ia memutuskan untuk resign dari kantor dan
fokus untuk mempersiapkan aplikasi beasiswa. Karena Jeniar memiliki banyak
waktu luang, ia berusaha semaksimal mungkin untuk memanfaatkan waktu tersebut
untuk merangkum isi website dan booklet AAS.
Jeniar membaca dengan teliti setiap bagian dari website
AAS dan mengontak alumni-alumni AAS yang ia kenal untuk meminta saran dan
tips-tips aplikasi AAS dari mereka.
Di bulan Februari 2020, pada saat AAS mulai membuka
pendaftaran, Jeniar mulai menyiapkan setiap berkas-berkas pendaftaran yang diminta
(CV, IELTS, transkrip nilai S1, dll). Kebetulan semua dokumen ini sudah Jeniar
miliki dan siapkan sebelumnya jadi tinggal dicek kembali, di-scan, dan diunggah
ke platform pendaftaran AAS.
Setelah semua berkas sudah diunggah, Jeniar mulai
mempersiapkan esai. AAS meminta setiap pelamar membuat empat esai singkat
(sekitar 2000 karakter) mengenai alasan memilih jurusan dan kampus, rencana
karier, pengalaman pribadi kita dalam membawa/membuat perubahan di lingkungan
sekitar kita, dan hal-hal yang ingin dilakukan pada saat kembali ke Indonesia
selepas studi S2.
Belajar dari pengalaman Jeniar melamar ke beasiswa
lain sebelumnya, ia mencoba semaksimal mungkin untuk tidak mepet dalam
mempersiapkan esai AAS. Jeniar sendiri pada saat itu menghabiskan sekitar dua bulan
membuat esai AAS, mulai dari membuat draft esai, merevisi draft esai, riset,
menulis esai, revisi esai, proofread, hingga esai dikumpulkan ke portal AAS.
Tips dari Jeniar, ketika membuat esai AAS adalah
mulai dengan menentukan outline untuk setiap esai. Outline dapat berupa 2-3
poin yang ingin disampaikan melalui esai tersebut. Setelah outline, kamu bisa
mulai riset mengenai data-data yang dibutuhkan untuk mendukung poinmu. Apabila
dirasa hasil riset sudah cukup memadai, proses menulis esai bisa dimulai dan
diikuti dengan proses revisi dan riset lanjutan (apabila dirasa dibutuhkan).
Bagian paling sulit adalah pada saat membuat esai
dan mempersiapkan diri untuk sesi wawancara. Menulis esai cukup menantang
karena esai yang kita buat harus unik, menarik, tetapi juga merepresentasikan
dirimu, pengalamanmu di masa lalu, dan visi yang mau dicapai di masa depan.
Butuh revisi berkali-kali dan riset yang mendalam untuk bisa menghasilkan esai
yang ringkas, jelas, dan meyakinkan.
Untuk tahap wawancara, tantangan terbesar Jeniar
adalah menyisihkan waktu untuk mempersiapkan diri. Waktu itu Jeniar
mempersiapkan wawancara AAS sambil bekerja full-time dan menjalankan kegiatan volunteer.
Terkadang, Jeniar merasa sangat lelah dan ingin menunda persiapan wawancara ke
hari selanjutnya. Namun, Jeniar selalu mencoba menyemangati diri sendiri dan
mengingatkan diri sendiri bahwa tinggal selangkah lagi untuk mendapatkan
beasiswa yang ia impikan.
Jeniar juga membuat target harian dan berusaha untuk
disiplin dalam membagi waktu bekerja dan istirahat. Dengan memasang target
harian, Jeniar jadi tahu hal-hal apa saja yang harus dipersiapkan setiap
harinya dan mendekati hari-H, Jeniar hanya perlu mengulang materi-materi yang
sudah dirinya persiapkan sebelumnya.
Jeniar pada saat menjadi Session Manager di Congress of Indonesian Diaspora (CID) 5. Salah satu pembicara di panel yang ia tangani adalah Dr. (H.C.) H. Mochamad Ridwan Kamil, Gubernur Jawa Barat.
Dukungan dari
Program Mentorship Indonesia Mengglobal
Di bulan April 2020, Jeniar memutuskan untuk
mendaftar program mentorship Indonesia Mengglobal (IM). Hal utama yang
memicunya adalah beberapa teman pengurus IM yang juga mengikuti program mentorship
ini dan sukses diterima di beasiswa/kampus yang mereka inginkan. Sebagai bagian
dari pengurus IM, Jeniar pribadi merasa setiap program di IM dijalankan dengan
sungguh-sungguh dan profesional oleh setiap pengurusnya. Oleh karena itu, ia
percaya bahwa kualitas program mentorship IM tidak perlu diragukan dan program
ini dapat membantunya meraih beasiswa yang ia impikan.
Di bulan Juli 2020, Jeniar memulai sesi mentorship
bersama mentornya, Alvin Adityo. Setiap minggu mereka bertemu secara virtual
dan membahas modul-modul yang dipersiapkan oleh tim mentorship IM. Mereka
membahas berbagai hal mulai dari memetakan passion-nya memilih kampus dan
jurusan yang tepat, mempersiapkan surat rekomendasi, dan esai untuk aplikasi
beasiswa dan kampus di luar negeri.
Pada saat Jeniar mendapat pengumuman lolos ke tahap
wawancara di bulan November, periode mentorship Jeniar bersama IM sebenarnya
sudah selesai karena mereka sudah membahas seluruh modul yang diberikan. Namun,
IM tetap mempersilakan mentor dan mentee untuk mengatur jadwal pertemuan rutin
untuk membahas persiapan aplikasi studi/beasiswa ke luar negeri.
Mentornya pada saat itu sangat suportif dan
memberikan banyak bantuan dalam persiapan wawancara AAS. Walaupun periode mentorship
mereka sudah selesai, mereka tetap bertemu seminggu sekali untuk membahas
daftar pertanyaan wawancara AAS yang Jeniar persiapkan dan melakukan mock up
interview.
Dari pertemuan-pertemuan mereka, Jeniar belajar
banyak hal mengenai cara mempersiapkan jawaban yang singkat, lugas, namun
meyakinkan. Jeniar juga diberi banyak masukan terhadap caranya menyampaikan
suatu ide atau gagasan agar terkesan menarik dan tidak bertele-tele. Di akhir
setiap pertemuan, Jeniar merangkum saran-saran yang ia terima dari mentornya
dan mencoba menerapkan saran-saran tersebut di pertemuan mereka berikutnya.
Jeniar sangat merekomendasikan program Indonesia
Mengglobal (IM) kepada teman-teman yang berencana melamar beasiswa atau
melanjutkan studi di luar negeri. Mengapa?
Karena program ini menyediakan mentor-mentor yang
berkualitas yang diseleksi secara ketat oleh tim mentorship IM. Sebagai mentee,
kamu akan dipasangkan dengan mentor yang memiliki latar belakang yang sejalan
dengan bidangmu sehingga kamu memiliki kesempatan untuk menggali lebih jauh
mengenai motivasi dan tujuanmu melanjutkan studi S2 di luar negeri.
Program ini menyediakan modul yang relevan dan
terstruktur sesuai dengan kebutuhan pelamar beasiswa/kampus di luar negeri.
Setiap minggu akan ada modul berbeda yang harus didiskusikan antara mentor dan mentee
sehingga mentee bisa belajar berbagai hal mulai dari menyiapkan esai,
berkas-berkas lamaran beasiswa, hingga surat rekomendasi.
Program ini gratis, terbuka bagi umum dan telah
memiliki banyak alumni yang sukses meraih beasiswa/studi di kampus-kampus
ternama di dunia.
Tips untuk
Orang-orang yang Ingin Kuliah di Luar Negeri
Mulailah rencanakan studi dan beasiswa yang ingin diraih.
Jangan menunda-nunda. Tentukan waktu khusus setiap hari atau setiap minggu dan
buatlah komitmen agar di waktu tersebut, tidak diganggu oleh urusan-urusan
lain. Gunakan waktu tersebut untuk fokus merencanakan studi dan mulai mencicil
berkas pendaftaran studi.
Bangunlah koneksi dengan alumni dari beasiswa/kampus
yang ingin dituju. Jangan takut untuk memulai komunikasi dengan para alumni dan
mintalah tips dari mereka agar kamu dapat mempersiapkan berkas-berkas
pendaftaran beasiswa/studi dengan lebih baik.
Usahakan membaca website/guidebook/buku panduan
beasiswa/kampus yang ingin kamu tuju dengan saksama. Walaupun hal ini terlihat
sepele, ketidaktelitian dalam mempersiapkan berkas dapat berujung pada
diskualifikasi lamaran dari beasiswa yang ingin diraih.
Mulailah menulis esai untuk melamar beasiswa/kampus
sedini mungkin. Butuh revisi berkali-kali hingga esai tersebut benar-benar
ringkas, jelas, menarik, dan juga meyakinkan. Mintalah masukan dari para alumni
beasiswa/kampus yang dituju dan jangan menyerah apabila ternyata perlu merevisi
banyak hal dari esai tersebut. Gunakan kesempatan tersebut untuk belajar dan
memperbaiki kesalahan-kesalahan.
Percayalah bahwa semua orang punya kesempatan untuk
meraih studi dan beasiswa ke luar negeri dengan persiapan yang matang dan
semangat pantang menyerah.
Tentang
Indonesia Mengglobal (IM)
Indonesia Mengglobal (IM) merupakan organisasi yang
bertujuan untuk menginspirasi dan memberdayai masyarakat Indonesia agar mampu
belajar dan berprestasi di kancah global.
Didirikan pada 2012, IM dibentuk karena kesadaran
bahwa banyak orang Indonesia yang berpotensi belajar di kampus ternama dunia
namun kekurangan bimbingan dan akses informasi terkait proses aplikasi dan
bantuan finansial yang tersedia.
Untuk menanggapi ini, IM menyediakan berbagai
program unggulan, seperti artikel dan informasi di www.indonesiamengglobal.com
dan media sosial, acara pendidikan seperti pelatihan dan webinar, serta program
mentorship tahunan–seluruhnya tanpa dipungut biaya.
Untuk periode 2021/2022, tim pengurus IM terdiri
dari 40 mahasiswa dan profesional muda di berbagai negara yang berkontribusi
sebagai relawan.
Tahun ini, pendaftaran Program Mentorship dibuka
dari 5 April hingga 9 Mei 2021.
Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi https://bit.ly/mentorship2021bahasa.
Untuk mendaftar sebagai mentee, lengkapi formulir di https://tinyurl.com/menteeapplication21. *** kumparan.com