Sebuah Sajak Duka Untuk Korban Kapal KRI Nanggolan Yang Tenggelam
Sering
aku mendengar berita musibah..
Tapi
entah kenapa kali ini begitu menyayat dada. Kuikuti setiap berita, perkembangan
tentang keselamatan kalian, tapi semakin hari semakin tipis harapan..
Dan
akhirnya musnah. Kepingan2 badan kapal yang ditemukan menunjukkan bukti bahwa
kapal kalian pecah. Tekanan dalamnya laut membuat sekuat apapun baja, akan
remuk seperti kaleng minuman yang diremas. Dinding itu pasti terkoyak..
Setiap
hari aku membayangkan betapa kosongnya situasi yang kalian hadapi. Kalian pasti
ketakutan luar biasa. Gelap. Panas. Pengap. Kurangnya oksigen. Teman disamping
pingsan kehabisan udara..
Ditambah
suara mengerikan dinding kapal yang berdentam seperti dipalu oleh godam
raksasa. Sekuat2nya mental, itulah saat yang menyiutkan nyali seorang manusia.
Pada
situasi kritis itu, kalian pasti membayangkan orang rumah. Kerinduan yang amat
sangat pada seruan anak kecil yang tersenyum menyambut di pintu rumah.
"Papa pulang.." dan itu saja sudah membuat bahagia.
"Papa
gak bisa pulang, nak.. Maafkan papa gak bisa menemani kamu sampai besar.."
begitu pasti hatimu teriris. Dan sesudah semua kerinduan itu, pasrahpun
memenuhi dada. "Tuhan, aku berserah.." Aku membayangkan airmata
dimata kalian mengalir deras.
Ah,
kalian tidak pergi. Tidak. Kalian hanya menyelam lebih dalam lagi. Ke alam yang
lebih kekal. Dimana karpet merah dibentangkan, dengan tepukan gemuruh menyambut
kalian, "Selamat datang, para syuhada. Nikmatnya surga sudah
tersedia.."
Selamat
jalan, pelautku..
Iri
hatiku padamu. Indahnya akhir hidupmu. Semoga kelak akhir hidupku seindah itu.
Selamat
jalan, pelautku..
Siapkan
secangkir kopi untukku, jika kelak kita bertemu..
Beristirahatlah
dalam kedamaian..