Manuel Musallam, Sosok Pastor Katolik Palestina |
Pasukan Israel menyerang
ribuan umat muslim yang sedang berkumpul di sana.
Seorang pastor
Katolik Palestina menyerukan umat Kristiani atau Kristen untuk
bergabung dengan jamaah Muslim dan melindungi kompleks Masjid Al-Aqsa, situs
tersuci ketiga Islam, dari kekejaman Israel.
"Siapa pun yang
tidak bersama rakyatnya dalam perang tidak berhak bersama mereka pada saat
damai," tulis Pastor Manuel Musallam dalam sebuah posting Facebook pada
Minggu malam.
"Ini adalah hari
... ketika umat Kristen akan menegaskan kepada Muslim bahwa kita semua memiliki
satu takdir dan satu peradaban, bahwa kita adalah satu orang di tanah suci
ini," kata imam berusia 82 tahun itu, seperti dikutip dari Al Araby,
Selasa (11/5/2021).
Komentar Pastor
Musallam muncul ketika pasukan Israel terus
mengepung Masjid Al-Aqsa dan menyerang jamaah di sana.
Puluhan ribu warga
Palestina telah berkumpul di masjid, yang merupakan situs paling suci ketiga
umat Islam, selama hari-hari terakhir bulan suci Ramadhan.
Polisi Israel dengan
kejamnya menggunakan gas air mata, granat kejut dan peluru berlapis karet pada
jamaah di masjid dalam serangkaian serangan yang dimulai pada hari Jumat itu.
Ratusan orang terluka,
bahkan terhitung lebih dari 300 pada hari Senin saja, menurut keterangan The
Palestinian Red Crescent atau Bulan Sabit Merah Palestina.
Musallam, yang merupakan anggota Komite Pertahanan untuk Situs Suci Islam dan Kristen, juga mengutuk upaya otoritas dan pemukim Israel yang mengusir warga Palestina dari rumah mereka di lingkungan Yerusalem timur, Sheikh Jarrah.
Musallam merupakan
aktivis lintas agama dan anti-pendudukan lama yang menentang penindasan
terhadap orang Palestina maupun penyitaan properti dan situs
keagamaan Palestina di Yerusalem.
"Kami tidak akan
membiarkan rumah Muslim di Sheikh Jarrah direbut, Silwan, dan Wadi Al-Joz dan
orang-orang Palestina diusir," tulis imam tersebut.
"Berdirilah wahai
para pastor (tokoh) Kristiani bersama kaum kalian - mereka yang ditindas,
mereka yang takut dan miskin--demi gereja kaum yang tertindas, takut, dan
miskin," seru Musallam.
Seperti yang ramai
diberitakan, Israel dengan kejam menduduki Yerusalem timur,
bersama dengan Tepi Barat dan Jalur Gaza, dalam Perang Enam Hari 1967.
Israel lalu
mencaplok Yerusalem Timur ketika hal tersebut melanggar hukum
internasinal dan telah mengirim ratusan ribu pemukim untuk tinggal di sana
dalam upaya mengubah karakter demografis kota. **Tribunnews.com