Beberapa hari sebelumnya publik juga dikejutkan oleh
peristiwa penganiayaan oleh seorang ayah kepada anak perempuannya yang baru
berusia lima tahun di kawasan Serpong, Tangerang Selatan. Peristiwa
penganiayaan ini direkam oleh pelaku dan dikirim ke mantan istrinya yang
bekerja sebagai TKW hanya karena rasa cemburu (Detikcom, 21/05/2021).
Tentu saja, kedua peristiwa penganiayaan anak
tersebut bukanlah pertama kali terjadi. Sudah begitu banyak kasus penganiayaan
anak dijumpai di negeri ini. Bahkan di tahun 1984, kasus penganiayaan hingga
meninggal seorang anak yang bernama Arie Hanggara oleh ayah dan ibu tirinya
sangat luar biasa menjadi atensi publik.
Pertanyaannya sekarang adalah mengapa kasus ini
begitu sering berulang? Di mana salahnya dan apa yang harus diperbaiki sehingga
hal ini tidak perlu terjadi lagi.
Keluarga Sehat,
Negara Kuat
Setiap orang tua biasanya mendambakan kehadiran
seorang anak di dalam rumah tangga mereka. Seorang anak bisa memberikan
kebahagiaan khusus di tengah keluarga dan juga bagi sebagian orang belum
lengkap rasanya sebuah keluarga apabila belum dikaruniai seorang anak.
Kita juga punya pandangan bahwa anak adalah titipan
Tuhan untuk dijaga, diberikan kehidupan dan pendidikan yang layak sehingga
kelak sang anak bisa menjadi kebanggaan orang tuanya dan memberikan dampak
positif buat kehidupan bangsa dan negara.
Memang, idealnya adalah seperti di atas namun
ternyata ada banyak ketidakidealan yang terjadi dalam kehidupan ini.
Setiap orang tua adalah juga produk sebuah keluarga.
Dan jikalau bersentuhan dengan keluarga tentunya tidak lepas dari nilai-nilai,
kondisi sosial dan ekonomi di dalam keluarga tersebut yang nanti kelak akan
membentuk kepribadian si orang tua.
Banyak sekali peristiwa masa lalu yang membekas dan bisa menghasilkan trauma bagi si orang tua kelak. Trauma-trauma seperti ini jika tidak segera dibereskan akan berdampak negatif pada generasi berikutnya.
Ada orang tua yang gemar memukul anak karena dulunya
memang sering dipukul oleh orang tuanya. Ada juga orang tua yang gemar berkata
kasar karena di keluarganya dulu sering mendengar bahkan dikasari secara verbal
oleh orang tuanya.
Setiap orang tua seharusnya sadar bahwa ketika
mereka memutuskan untuk menikah dan memiliki anak, ada tanggung jawab besar
yang mengikutinya. Menikah bukan untuk bersenang-senang supaya halal atau
memiliki anak hanya sebagai status sosial belaka.
Oleh sebab itu, sebelum memutuskan menikah, ada
baiknya pasangan mengikuti sesi konseling atau pembinaan terlebih dahulu supaya
bisa mengerti dan memahami tanggung jawab serta konsekuensinya ketika menikah
kelak.
Begitu juga mengenai bimbingan ketika nanti
dikaruniai anak, idealnya memang harus juga diberikan ketika konseling atau
pembinaan sebelum menikah.
Keterbukaan tentunya sangat penting supaya dapat
segera diberikan solusi terbaik sebagai jalan keluarnya.
Orang tua (atau calon orang tua) yang memiliki luka
dan trauma masa lalu yang bisa mempengaruhi tindakan dan pikirannya saat ini
apabila memang dibutuhkan bantuan tenaga professional untuk mengatasinya bisa
segera mengunjungi ahli kejiwaan supaya dapat segera ditindak lanjuti.
Ingat, mengunjungi ahli kejiwaan bukan berarti harus
ada indikasi kegilaan terlebih dahulu.
Memiliki keluarga ideal dengan anak-anak yang sehat,
pintar dan kuat adalah dambaan setiap orang tua tapi itu semua hanyalah angan
belaka jika tidak ada kemauan yang keras dari pihak orang tua untuk
mengusahakannya.
Mendidik anak berarti menanamkan benih yang baik
untuk masa depan dan generasi berikutnya kelak.
Kalau kita menanam benih yang buruk tentu nanti
kelak tuaian di depan pun akan buruk tapi kalau kita menanam benih yang baik,
kebaikan jugalah nanti yang akan kita terima.
Saat ini memang sudah ada KPAI (Komisi Perlindungan
Anak Indonesia) dan payung hukum untuk melindungi kesejahteraan dan keselamatan
anak-anak Indonesia tapi memang dari dalam keluarga inti seharusnya
kesejahteraan dan keselamatan anak-anak diusahakan sebaik-baiknya.
Marilah kita semua membentuk keluarga yang sehat
karena itu merupakan cerminan negara yang kuat. *** kumparan.com