Ilustrasi pemanfaatan media sosial. Sumber: onaplatterofgold.com |
Dengan media sosial, perusahaan mencoba berinteraksi
dengan pelanggannya. Agar tercipta keintiman: saling berbagi pengalaman dan
keluh kesah.
Media sosial membuat perusahaan, karyawan dan
pelanggan menjadi lebih dekat. Dengan aneka strategi, media sosial mampu
menunjukan kepedulian perusahaan dalam merespon “kritik dan saran” dengan
tanggap.
Koperasi sudah mulai berjalan menuju tujuan yang
sama, walaupun masih terlunta-lunta. Membuat media sosial itu mudah,
mengoptimalisasinya yang susah.
Kenyataannya memang, membangun media sosial untuk koperasi
membutuhkan ketekunan, kreativitas , sumber daya dan rencana yang matang.
Kerja-kerja membangun media sosial yang digemari
memerlukan waktu dan kekompakan yang solid.
Kita perlu belajar dari Ford, Starbuks, Gojek,
Tokopedia, dan Kopi Kenangan yang telah berhasil meintegrasikan media sosial
dalam bisnis mereka. Kita seringkali mengabaikan, kerennya media sosial
perusahaan-perusahaan ini merupakan hasil jerih payah banyak orang.
Intinya, akun media sosial yang di gemari tidak
terjadi begitu saja, ia jelas-jelas diperjuangkan, butuh deretan riset dan
patungan ide untuk menciptakannya.
Untuk memahami pentingnya media sosial untuk
koperasi. Kita perlu sedikit berefleksi, bahwa sifat alami manusia adalah
mahluk sosial. Sebagai manusia kita butuh berinteraksi dengan manusia lainnya.
Kita senang berbagi cerita, mendengarkan pengalaman,
dan bergosip. Coba bayangkan pada zaman Pangeran Diponegoro saat masih muda,
untuk mengumpulkan masyarakat di waktu dan tempat yang sama adalah pekerjaan
berat. Sekarang, melalui media sosial, zona waktu dan batas teritorial negara
bukanlah hambatan besar.
Teknologi mungkin lebih maju sekarang jika
dibandingkan dulu. Tapi, sebagai manusia kebutuhan berinteraksi tidak surut
sepersen pun, media sosial hanya memberikan cara baru untuk melakukannya.
Platform Youtube, Facebook, Twitter, Instagram, Tik
Tok bahkan Zoom sangat vital bagi masa depan koperasi.
Koperasi yang cerdas mengerti bahwa kebutuhan
interaksi ini adalah fondasi dalam membangun ikatan dengan anggota dan
pelanggannya.
Sejak perdagangan menjadi penggerak peradaban,
semakin sebuah pedagang memperlakukan pelanggan mereka sebagai teman, makan
pelanggan akan selalu berbelanja disana.
Begitupun juga untuk koperasi, semakin interaktif
dan proaktif membangun komunikasi dengan para anggota, mereka juga dengan
senang hati merekomendasikan koperasi kita kepada kerabat dan sahabatnya.
Media sosial adalah arena permainannya. Karena media
sosial mudah diakses kapan pun dan dimana pun oleh siapa pun.
Pada ekosistem bisnis, media sosial mampu menantang
logika B2B (Business to Business) atau B2C (Business to customer), di era ini
tanpa perlu menimbang kita beroperasi di sektor bisnis apa, pada intinya model
bisnis sekarang adalah “P2P” (People to People).
Berangkat posisi ini, koperasi sangat penting untuk
memahami bahwa media sosial tidak hanya sekadar menjadi alat promosi
produk/layanan tetapi menjadi sebuah proses membangun hubungan antara manusia
yang diantaranya hidup sebagai pemerintah, masyarakat, pelanggan, konsumen,
distributor, manajer, karyawan dan lain-lain.
Hubungan ini pun perlu dibangun dengan kepercayaan,
keyakinan, harapan dan impian bersama tentang kehidupan yang lebih baik yang
direpresentasikan oleh media sosial koperasi kita.
Dapat dikatakan, koperasi yang mampu beradaptasi
dengan evolusi sosio-teknis ini, lebih berpotensi tumbuh pesat dan lebih
berguna untuk bangsa, dibanding koperasi-koperasi yang memilih untuk
mengabaikan kekuatan media sosial.
Cuma soal waktu, media sosial akan mengubah koperasi
hingga keakar-akarnya. Karena, media sosial nyatanya telah terbukti berhasil
mengubah struktur, kultur, strategi, prosedur dan gaya pemasaran perusahaan
juga industri Indonesia kontemporer.
Sudah cukup koperasi kita menganggap media sosial
hanya sekedar “simpanan sukarela” dan “simpanan pokok”, media sosial sejatinya
adalah “simpanan wajib” bagi koperasi yang eksis hari ini.