Tugu peringatan di bekas sekolah Indian Kamloops, Kanada di mana kuburan massal diperkirakan 215 anak ditemukan pada Mei 2021. (Foto: Reuters) |
Dua kebakaran itu
dilaporkan pada Sabtu pagi, menghanguskan Gereja Lady of Lourdes di Chopaka dan
Gereja St. Ann di Hedley, yang berjarak sekira 60 kilometer jauhnya. St. Ann
berada di tanah milik Suku Indian Upper Similkameen, dan Chopaka berada di
wilayah Lower Similkameen.
Kedua bangunan tersebut
terbuat dari kayu, berusia lebih dari 100 tahun, dan berfungsi sebagai tempat
pertemuan dan untuk umat Katolik dari kedua suku serta masyarakat sekitarnya.
“Ini bukan keadilan
atas apa yang terjadi pada rakyat kita. Ini adalah kebodohan oleh beberapa
individu!,” Rose Holmes dari Hedley, seorang anggota suku, mengatakan kepada
outlet berita lokal Castanet.
Kepala Suku India Lower
Similkameen Keith Crow mengatakan kepada CBC bahwa dia menerima
telepon bahwa gereja Chopaka terbakar sekira jam 4 pagi pada Sabtu, dan gereja
itu benar-benar habis dilalap api pada saat dia tiba di sana, setengah jam
kemudian.
"Saya marah,"
kata Crow. “Saya tidak melihat ada hal positif yang datang dari ini dan itu
akan sulit.”
Dia berpikir kebakaran
itu “bukan hanya kebetulan,” setelah api juga merenggut gereja St. Gregorius di
Osoyoos dan Gereja Hati Kudus di wilayah Suku Indian Penticton pada Senin
(21/6/2021) lalu.
Royal Canadian Mounted
Police sedang menyelidiki kebakaran sebagai kemungkinan pembakaran, tetapi
sejauh ini tidak ada penangkapan yang dilakukan.
Para pemimpin suku
khawatir beberapa anggota komunitas mereka mungkin dilanda kemarahan atas
penemuan kuburan massal di dua lokasi di Kanada selama sebulan terakhir. Pekan
lalu, 751 kuburan tak bertanda ditemukan di lokasi bekas sekolah perumahan di
Marieval, Saskatchewan. Sementara 215 kuburan lainnya ditemukan di Kamloops,
British Columbia awal bulan ini.
Dalam sebuah pernyataan
dewan suku Lower Similkameen menyatakan bahwa meski mereka memahami kesedihan
dan kemarahan warga di wilayah Nation Indian atas penemuan kedua kuburan massal
itu, ada cara yang lebih baik untuk menghadapi isu tersebut. Para pemimpin
Osoyoos dan Penticton juga mengutuk penghancuran gereja-gereja di wilayah
mereka.
Gereja Katolik Roma
mengoperasikan sebagian besar dari sekira 140 sekolah asrama yang didirikan
oleh pemerintah Kanada pada 870-an untuk “membudayakan” dan mengasimilasi
anggota First Nations dengan memisahkan anak-anak dari keluarga mereka.
Beberapa sekolah beroperasi sampai tahun 1990-an.
Komisi Kebenaran dan
Rekonsiliasi Kanada yang dibentuk untuk menyelidiki sekolah-sekolah tersebut
menyimpulkan pada 2008 bahwa sistem dan kebijakan asimilasi itu sendiri dapat
digambarkan sebagai ‘genosida budaya’. *** https://news.okezone.com