GENGSI, emang cuma sebuah kata. Tapi auranya cetar
membahana.
Hari ini hingga esok,
gengsi kan merasuk ke dalam aliran darah banyak manusia. Berapa banyak orang
hidup demi gengsi?
Ya gengsi. Kata banyak
orang gengsi itu kehormatan, martabat. Pantas kalo banyak orang berebut, ingin
meraih "gengsi". Kerenn banget sih si gengsi ...
Sayang, banyak orang
tidak tahu arti gengsi. GENGSI itu kemunafikan yang tertunda. Kenapa?
Karena kita "berusaha" menahan keinginan atau apapun agar orang tidak
tahu. Gengsi, sekali lagi gengsi ...
Kamu, aku dan semua
orang pasti punya gengsi. Cuma ukurannya yang beda. Ada yang gengsinya besar,
ada yang gengsinya kecil. Tapi intinya, gengsi bukan sikap yang keren. Gengsi
lebih dekat pada arogansi, sok. Ngegedein gengsi, jujur aja hasilnya cuma RUGI.
Terus, kalo kamu udah punya GENGSI, apa untungnya?
Jujur lagi nih, gak ada
untungnya punya gengsi. Karena hidup tidak diukur dari gengsi kita. Kalo umur
kita sudah tua, buat apa bilang masih muda. Kalo cinta, ngapain cuma ngeliatin
doang; kenapa gak bilang cinta. Kalo ekonominya pas-pasan, buat apa gayanya
seperti perum peruri. Punya GENGSI itu rugi. Serem gak sih, ngegedein gengsi.
Sungguh penyakit mental yang berbahaya. Gengsi ...
GENGSI. Ini cerita di
negeri lain. Gara-gara gengsi, Si Ibu A bela-belain beli smartphone yang
mahal. Pake kartu kredit, abis itu tidak mampu bayar. Uang sekolah anaknya juga
belum dibayar udah 4 bulan. Gaji suaminya tidak seberapa, tapi cukup untuk makan
sebulan. Hari ini, Si Ibu A masih tetap tersenyum dan tampil “berkelas”. Ibu
yang Bergengsi, kata banyak orang.
GENGSI, memang
menyeramkan. Bikin banyak orang tidak apa adanya. Bikin hidup penuh kamuflase
alias semu. Bikin orang tidak mampu jadi maksain diri. Bikin kita jadi doyan
berbohong. Bikin gaya hidup jadi tidak bener. Tindakan yang primer jadi kalah sama
yang tersier. Bikin anak-anak kita jadi ikut-ikutan tidak bener. Lagi-lagi,
gengsi sungguh menyeramkkan.
Ahhh, masak sih sampe
sebegitunya membelain gengsi?
Syukurlah kalo kita
eling. Tapi coba lihat aja ke Star****s. Di situ kita beli kopi apa beli
gengsi?
Kalo beli kopi, di
warung kopi pinggir jalan juga tidak masalah. Kan semua kopi diseduh pake air
panas dari dalam termos. Lha kan kita mencari tempat ngopi yang nyaman? Kalo mencari tempat yang nyaman tidak masalah. Asal jangan bilang tidak bisa ngopi di
tempat yang tidak bergengsi. Atau biar keliatan, ngopinya lebih berkelas .....
itu namanya gengsi hehe.
Gengsi kan buat harga diri kita juga?
Kata siapa. Harga diri
dengan gengsi itu beda. Harga diri itu basisnya kesadaran akan apa yang kita
miliki. Kalo gengsi, basisnya gila kehormatan atau gila martabat. Ketika harga
diri kita kokoh maka gengsi akan melekat dengan sendirinya. Tapi jangan
dibalik, menjual harga diri demi gengsi. Apalagi sampe berani mengorbankan harga
diri hanya untuk hal-hal yang sepele. Pusing kan kamu? Sama dong, aku juga
pusing.
Gengsi itu tidak enak
dimakan. Tapi banyak orang mati-matian memburu gengsi. Berani melakukan apa
saja, demi gengsi. Luar biasa ya. Wajar kalo sekarang, banyak orang bertikai
demi kekuasaan, bertengkar untuk popularitas, bertindak melawan hukum, atau
berperilaku amoral. Semuanya terjadi karena mengejar GENGSI.
Kalo kata agama, urusan
gengsi itu bukan urusan supaya dihargai orang. Bukan soal kasta sosial yang
kamuflase. Tapi gengsi adalah tidak meminta-minta kepada selain Allah. Itu baru
keren, gengsi hanya demi Allah.
Jadi kita harus bagaimana dong?
Ya tidak gimana-gimana.
Kita cuma perlu mawas diri aja terhadap penyakit gengsi. Karena gede gengsi itu
membahayakan pemiliknya. Hiduplah apa adanya, gak usah banyak gengsi. Kita
tidak hidup dari gengsi, tapi dari Allah.
Memang sih, bukannya tidak
boleh hidup punya gengsi. Sah-sah aja. Tapi jangan hidup malah bergantung pada
gengsi. Karena gengsi tidak ada positifnya. Gengsi itu kemunafikan yang tertunda.
Itu saja. Lagi pula, kasihan saja sama orang yang hidupnya mengandalkan gengsi. RUGI banget deh hidup modal gengsi karena:
1) Peluang yang ada jadi kabur
2)
Repot karena
ulah sendiri
3)
Bikin jadi
penakut
4)
Bikin nekat dan
menghalalkan segala cara
5)
Pikiran gak
tenang
6)
Suka menghibur
diri dengan cara yang salah
7)
Selalu
menyalahkan diri sendiri
8)
Cenderung
menghindari masalah
9)
Gak foksu, gak
konsentrasi
10)Gak
mau terima saran
11)Suka
mendramatisir masalah
12)Menyalahkan
keadaan
13)Suka
mengeluh
14)Emosional
15)Cuek yang cenderung negatif
Sahabat, mumpung masih
ada waktu. Sudahlah, stop gengsi. gak usah cari kehormatan lewat gengsi.
Biarkan kehormatan datang sendiri dari ikhtiar kta, dari apa yang kita perbuat.
Kalo kata orang bijak, "Look at the situation from all angles, and you
will become more open - Lihatlah situasi dari semua sudut, dan kita akan
menjadi lebih terbuka."
Oke, Tidak perlu lagi kita modal gengsi. Karena GENGSI
BUKAN HARGA DIRI.
Sahabat, Hidup kita
adalah pesawat kita. Kita yang jadi pilotnya. Istri dan anak-anak kita jadi
co-pilotnya. Orang lain di sekitar kita hanya penumpang saja. Ada yang di kelas
ekonomi, kelas bisnis, atau kelas eksekutif. Kalo kita gak suka sama hidup
kita, maka silakan turun dari pesawat .... gampang kan? Karena kita tidak makan
gengsi, tidak butuh gengsi.
#BelajarDariOrangGoblok.
Inspirasi Jalan Setapak Weleun,
Selasa, 29 Juni 2021