“Gereja tidak menentang
vaksin. Iman dan sains selalu berjalan bersama,” kata Pastor Eugene D’Silva,
rektor seminari Redemptoris di Varca, dalam sebuah wawancara dengan Matters India.
“Saya mendapat vaksin
begitu diumumkan bahwa vaksin itu tersedia untuk kelompok usia di bawah 60
tahun,” kata imam itu.
Pastor Simon D’Meelo,
seorang kepala sekolah, mengatakan “Tuhan sendiri telah memberi kita vaksin
untuk perlindungan, dan Dia harus melakukan ini melalui manusia.”
“Jika manusia menunggu
Tuhan, Dia sudah memberi tahu mereka bahwa vaksinnya ada di sini, untuk
melindungi mereka,” kata imam itu.
Hingga akhir Mei,
setidaknya 400 imam dan suster telah meninggal di India karena COVID-19. Jumlahnya
bisa lebih tinggi karena beberapa korban tidak dilaporkan.
Di antara mereka yang meninggal akibat virus conona adalah Uskup Agung Pondicherry-Cuddalore Mgr Antony Anandarayar, Uskup Jhabua Mgr Basil Bhuriya dan pensiunan Uskup Joseph Pastor Neelankavil dari Sagar dari ritus Siro-Malabar.
Mereka yang ttewas tersebar di 98 keuskupan dan 106 kongregasi religius di
seluruh India.
Sebagian besar dari
mereka yang meninggal terkena penyakit karena pekerjaan mereka di komunitas
yang paling terkena dampak pandemi.
India telah melaporkan
lebih dari 30 juta kasus COVID-19 sejak awal pandemi tahun lalu.
Menurut data
pemerintah, terdapat 50.848 infeksi yang tercatat dalam periode 24 jam pada 23
Juni, sehingga total kasus yang dilaporkan menjadi 30,02 juta. Sedangan jumlah
kematian harian yang dilaporkan adalah 1.358.
Amerika Serikat adalah
negara di dunia yang melaporkan lebih banyak kasus daripada India.
India mengalami
gelombang pandemi kedua yang lebih menghancurkan dengan catatan kasus virus
corona yang melonjak antara Februari dan awal Mei. Hal itu membuat rumah
sakit kewalahan dan kebutuhan medis seperti oksigen dan obat-obatan terbatas. –
Laporan tambahan dari Matters India