Uskup Mandagi Dua Kali Lolos dari Rencana Serangan Bom Bunuh Diri, ini Wawancara Langsung dengan Uskup Mandagi

Uskup Mandagi Dua Kali Lolos dari Rencana Serangan Bom Bunuh Diri, ini Wawancara Langsung dengan Uskup Mandagi

Uskup Mandagi dan wartawan tempusdei.id, beberapa tahun lalu di Keuskupan Amboina.

Setapak rai numbei - - Sebuah pesan dari Mgr. PC Mandagi beredar luas di berbagai grup watshap (WA). Dikatakan dalam WA itu bahwa pesan tersebut berasal dari Mgr. Mandagi, ditujukan kepada Kardinal Suharyo. WA memuat pemberitahuan atau laporan Mgr. Mandagi kepada Kardinal tentang dua kali rencana pembunuhan atas dirinya melalui rencana bom bunuh diri. Tulis Mandagi, “Ada dua kali pencobaan pembunuhan”.

Yang pertama, tanggal 1 Januari 2021 ketika dia baru tiba di Merauke sebagai Uskup Agung. Seorang teroris tulisanya, sudah menunggu dirinya di rumah Uskup. Orang yang kemudian diketahui sebagai teroris, saat itu ditemui oleh Pastor John Kandam Pr, sekretaris Uskup. Teroris dengan ransel bom itu berpura-pura mencari tempat kost. “Padahal dia menunggu kedatangan Uskup di rumah keuskupan. Syukurlah saya tidak langsung datang ke rumah keuskupan, tetapi masih dibawa oleh umat yang menjemput ke Buti, tempat misionaris pertama mendarat dan tempat penguburan para pastor dan biarawan/ti,” kata Mandagi.


Rencana percobaan pembunuhan yang kedua pada Minggu, 30 Mei 2021, saat Misa di Katedral. “Teroris itu  akan meledakkan diri bersama dengan Uskup. Tetapi, teroris urungkan niatnya karena Uskup tidak ada,” jelas Mandagi.  Saat itu Uskup Mandagi di Kepi, Kabupaten Mappi untuk melayani Sakramen Krisma.


Untuk mengonfirmasi kabar tersebut dan mengetahu perkembangan teerkini di Keuskupan Merauke, pada 2 Juni 2021 siang, wartawan tempusdei.id  mewawancarai Uskup Mandagi melalui sambungan telepon. Berikut hasil wawancara selengkapnya dengan  Uskup Agung Merauke itu:


Apakah beritatentang  rencana serangan bom bunuh diri terhadap Monsinyur itu benar?

Benar. Seperti yang saya tulis kepada Kardinal.

Jadi WA yang beredar itu, langsung dari Monsinyur, ya…

Itu langsung dari saya, karena saya kasih berita pertama kepada Kardinal.

 

Ketika mengetahui ada rencana bom bunuh diri itu, apa respons spontan Monsinyur?

Bersyukur bahwa Tuhan masih melindungi saya. Jadi saya gembira, Tuhan lebih kuat daripada setan yang merasuki para teroris to? Saya bersykur, bukan takut. Malah bersyukur, tapi tetap harus hati-hati, waspada to? Jangan takabur juga, tapi bersyukur. Ini ujian iman kita, siapa yang lebih kuat? Setan atau Roh Kudus? hahaha….


Apakah ada upaya menambah kewaspadaan dalam bentuk pengamanan atau bagaimana?

Tentu saja, sudah kejadian begini, ini mengajak kita untuk tetap waspada to? Jaga diri, jaga keuskupan. Tentu aparat keamanan akan menjaga saya to? Itu tugas mereka menjaga saya to, dan gereja. Jadi boleh dikatakan, peristiwa ini menguntungkan juga buat kita di Merauke untuk hati-hati, waspada, jangan keenakan, padahal sudah ada orang-orang jahat di sekitar kita. Kita harus waspada. Untung belum terjadi ledakan to? Tuhan masih sangat mencintai kita di Merauke. Karena kalau terjadi ledakan, bisa terjadi kerusuhan di sini to? Apalagi ini terjadi dengan Uskup to? Umat Katolik banyak di sini. Bisa terjadi benturan, tapi saya sendiri sudah serukan kepada umat Muslim melalui Papua TV dan koran-koran bahwa umat Muslim di Merauke jangan takut. Kami akan melindungi Anda sebagai umat Muslim karena tidak ada agama yang mengajarkan kekerasan. Mereka yang teroris itu hanya namanya saja Muslim, tapi sebenarnya mereka bertentangan dengan ajaran Muslim. Jadi saya katakan, jangan takut. Hanya saya bilang, kalau ada orang-orang Muslim yang tidak jelas dan bisa membawa kecelakaan di Merauke, usir mereka dari Merauke. Tidak boleh tinggal di sini. Itu saja yang saya bilang. Saya tegas juga. Jangan kita menampung orang-orang yang membawa kekerasan di Merauke, padahal kita di sini tanah damai, tanah sukacita dan seterusnya.

 

Terus respons mereka bagaimana?

Belum kelihatan, tapi mereka akan senang karena yang melindungi Uskup sendiri to? Suara Uskup sendiri to? Saya benar-benar memperjuangkan kedamaian, bukan kekatolikan atau kekristenan. Saya memperjuangkan kedamaian manusia, sama dengan yang saya lakukan di Maluku. Mungkin para teroris sudah tahu saya sehingga mereka kejar terus sampai ke Merauke. Dorang tidak tahu, Roh Kudus so jaga…


Apakah ada pengamanan khusus dari aparat keamanan di Keuskupan?

Sebenarnya tidak ada. Biasa saja. Teroris sudah coba mau bunuh saya sejak Januari to? Tapi gagal 1 Januari to? Memang ada pengamanan  di sekitar Keuskupan. Kalau ada pengamanan khusus, juga bisa menimbulkan ketakutan pada masyarakat, seperti masa perang. Biasa saja tapi awas-awas.


Yang terakhir Monsinyur sedang layani umat di tempat lain ketika ada teroris. Ada semacam bisikan nurani saat itu?

Pada jam yang sama saya di Kepi, Kabupaten Mapi saya melayani Krisma di sana. Pada jam 9, di Katedral Merauke teroris mau bunuh diri, tapi dia urungkan karena Uskup tidak ada. Hari Minggu saya khotbah cukup tegas kepada umat Katolik bahwa kita tidak boleh takut. Roh Kudus lebih kuat daripada setan. Ini tidak berarti tidak waspada, harus waspada juga. Karena kalau kita takut, cita-cita dari teroris berhasil. Menimbulkan teror. Teror itu artinya ketakutan to? Jawablah dengan senyum, sukacita dan gembira tapi ada dasar, hanya karena kita percaya pada Tuhan. Itu saja poinnya. Saya harus memberi pengharapan to? Mungkin dari Ambon saya harus pindah di sini untuk membawa pengharapan…. Hahaha.


Jadi dari Ambon membawa cinta, ya….

Ya, dari Ambon membawa cinta, dan keberanian juga. hahaha….

 

Sumber: https://www.tempusdei.id/

 

Suara Numbei

Setapak Rai Numbei adalah sebuah situs online yang berisi berita, artikel dan opini. Menciptakan perusahaan media massa yang profesional dan terpercaya untuk membangun masyarakat yang lebih cerdas dan bijaksana dalam memahami dan menyikapi segala bentuk informasi dan perkembangan teknologi.

Posting Komentar

Silahkan berkomentar hindari isu SARA

Lebih baru Lebih lama