Yang pertama, tanggal 1 Januari 2021 ketika dia baru
tiba di Merauke sebagai Uskup Agung. Seorang teroris tulisanya, sudah menunggu
dirinya di rumah Uskup. Orang yang kemudian diketahui sebagai teroris, saat itu
ditemui oleh Pastor John Kandam Pr, sekretaris Uskup. Teroris dengan ransel bom
itu berpura-pura mencari tempat kost. “Padahal dia menunggu kedatangan Uskup di
rumah keuskupan. Syukurlah saya tidak langsung datang ke rumah keuskupan,
tetapi masih dibawa oleh umat yang menjemput ke Buti, tempat misionaris pertama
mendarat dan tempat penguburan para pastor dan biarawan/ti,” kata Mandagi.
Rencana percobaan pembunuhan yang kedua pada Minggu,
30 Mei 2021, saat Misa di Katedral. “Teroris itu akan meledakkan diri
bersama dengan Uskup. Tetapi, teroris urungkan niatnya karena Uskup tidak ada,”
jelas Mandagi. Saat itu Uskup Mandagi di Kepi, Kabupaten Mappi untuk
melayani Sakramen Krisma.
Untuk mengonfirmasi kabar tersebut dan mengetahu
perkembangan teerkini di Keuskupan Merauke, pada 2 Juni 2021 siang,
wartawan tempusdei.id mewawancarai Uskup Mandagi melalui
sambungan telepon. Berikut hasil wawancara selengkapnya dengan Uskup
Agung Merauke itu:
Apakah beritatentang rencana serangan bom
bunuh diri terhadap Monsinyur itu benar?
Benar. Seperti yang saya tulis kepada Kardinal.
Jadi WA yang beredar itu, langsung dari Monsinyur,
ya…
Itu langsung dari saya, karena saya kasih berita
pertama kepada Kardinal.
Ketika mengetahui ada rencana bom bunuh diri itu,
apa respons spontan Monsinyur?
Bersyukur bahwa Tuhan masih melindungi saya. Jadi
saya gembira, Tuhan lebih kuat daripada setan yang merasuki para teroris to? Saya
bersykur, bukan takut. Malah bersyukur, tapi tetap harus hati-hati,
waspada to? Jangan takabur juga, tapi bersyukur. Ini ujian iman kita,
siapa yang lebih kuat? Setan atau Roh Kudus? hahaha….
Apakah ada upaya menambah kewaspadaan dalam bentuk
pengamanan atau bagaimana?
Tentu saja, sudah kejadian begini, ini mengajak kita
untuk tetap waspada to? Jaga diri, jaga keuskupan. Tentu aparat
keamanan akan menjaga saya to? Itu tugas mereka menjaga saya to,
dan gereja. Jadi boleh dikatakan, peristiwa ini menguntungkan juga buat kita di
Merauke untuk hati-hati, waspada, jangan keenakan, padahal sudah ada
orang-orang jahat di sekitar kita. Kita harus waspada. Untung belum terjadi
ledakan to? Tuhan masih sangat mencintai kita di Merauke. Karena
kalau terjadi ledakan, bisa terjadi kerusuhan di sini to? Apalagi ini
terjadi dengan Uskup to? Umat Katolik banyak di sini. Bisa terjadi
benturan, tapi saya sendiri sudah serukan kepada umat Muslim melalui Papua TV
dan koran-koran bahwa umat Muslim di Merauke jangan takut. Kami akan melindungi
Anda sebagai umat Muslim karena tidak ada agama yang mengajarkan kekerasan.
Mereka yang teroris itu hanya namanya saja Muslim, tapi sebenarnya mereka
bertentangan dengan ajaran Muslim. Jadi saya katakan, jangan takut. Hanya saya
bilang, kalau ada orang-orang Muslim yang tidak jelas dan bisa membawa
kecelakaan di Merauke, usir mereka dari Merauke. Tidak boleh tinggal di sini.
Itu saja yang saya bilang. Saya tegas juga. Jangan kita menampung orang-orang
yang membawa kekerasan di Merauke, padahal kita di sini tanah damai, tanah
sukacita dan seterusnya.
Terus respons mereka bagaimana?
Belum kelihatan, tapi mereka akan senang karena yang
melindungi Uskup sendiri to? Suara Uskup sendiri to? Saya
benar-benar memperjuangkan kedamaian, bukan kekatolikan atau kekristenan. Saya
memperjuangkan kedamaian manusia, sama dengan yang saya lakukan di Maluku.
Mungkin para teroris sudah tahu saya sehingga mereka kejar terus sampai ke
Merauke. Dorang tidak tahu, Roh Kudus so jaga…
Apakah ada pengamanan khusus dari aparat keamanan di
Keuskupan?
Sebenarnya tidak ada. Biasa saja. Teroris sudah coba
mau bunuh saya sejak Januari to? Tapi gagal 1 Januari to? Memang
ada pengamanan di sekitar Keuskupan. Kalau ada pengamanan khusus, juga
bisa menimbulkan ketakutan pada masyarakat, seperti masa perang. Biasa saja
tapi awas-awas.
Yang terakhir Monsinyur sedang layani umat di tempat
lain ketika ada teroris. Ada semacam bisikan nurani saat itu?
Pada jam yang sama saya di Kepi, Kabupaten Mapi saya
melayani Krisma di sana. Pada jam 9, di Katedral Merauke teroris mau bunuh
diri, tapi dia urungkan karena Uskup tidak ada. Hari Minggu saya khotbah cukup
tegas kepada umat Katolik bahwa kita tidak boleh takut. Roh Kudus lebih kuat
daripada setan. Ini tidak berarti tidak waspada, harus waspada juga. Karena
kalau kita takut, cita-cita dari teroris berhasil. Menimbulkan teror. Teror itu
artinya ketakutan to? Jawablah dengan senyum, sukacita dan gembira
tapi ada dasar, hanya karena kita percaya pada Tuhan. Itu saja poinnya. Saya
harus memberi pengharapan to? Mungkin dari Ambon saya harus pindah di
sini untuk membawa pengharapan…. Hahaha.
Jadi dari Ambon membawa cinta, ya….
Ya, dari Ambon membawa cinta, dan keberanian juga.
hahaha….
Sumber: https://www.tempusdei.id/