Jumpaku dengan Bapak/Opa si Penjual Daun Sirih dan Pinang di Jalan Sunyi, Desa Taaba |
1/
Jejak-jejak sunyi berwarta merdu dalam perjalanan
senja dari Desa Taaba Menuju Betun, Kota Kabupaten Malaka-NTT
tentang kisah perjumpaan dengan lelaki paruh baya
pada paruh sebuah waktu
meski angin tiba-tiba menderu
darah dalam nadi kembali mencair
Tatapku penuh iba pada duduk bersilanya menjual daun
sirih dan buah pinang yang beralaskan karung
Seketika cinta menggelorakan jiwa untuk meluruhkan
kabut sepi memberikan sedekah bukan untuk pencitraan
2/
siapakah yang rela berkisah
ketika ombak berkejaran dengan senyap
siapakah yang menggambari langit
dengan kuas sehalus awan senja ketika Matahari
kembali ke peraduanya,
ketika rindu hanya membekas pada jejak-jejak sunyi
yang mengukir udara dengan piawai
dengan pahat selentur jemari
3/
pada jejak-jejak sunyi
rahasia cinta pada sesama jelas terurai
kenangan sekejap dan tatapan mata di usia senjanya
merembes ke dalam syair-syair syahdu
tentang jiwa yang merindu kebahagiaan
dengan lika-liku hidup bahwa tekad perjuangan
mengais rejeki adalah tanggalkan gengsi,
4/
ketika sepi menyeberangi gunung, pulau, laut dan
selat
angin mengirimkan isyarat
untuk kembali kepada jejak-jejak sunyi
yang telah mendekatkan jarak ruang dan waktu
yang ketika senja mematangkan cahaya
Rona keriput di wajahnya tenggelam dalam palung perjuangan
5/
jejak-jejak sunyi yang ditinggalkan berupa pertemuan
dan cerita panjang lenyap menjadi nostalgia dan inspirasi hidup
benarkah di sebelah selat tersimpan rindu dalam
derunya ombak perjuangan hidup
Ia berusaha menguatkan diri dalam jarak yang masih
terjengkal di usia senja
hari demi hari dilewati
sukma-lah destinasi paling akhir dari semua
persinggahan di dunia, demikian keyakinannya
jejak-jejak sunyi yang telah menuliskan syair di
atas pasir adalah ibarat artefak keringat tak pernah berdusta
Si lelaki paruh baya
menjadi hikayat yang menghembus ke udara yang tak
akan dihapus cuaca
perjumpaan mungkin tidak harus sekarang
sebagaimana pertemuan langit dan bumi yang selalu
tertunda
6/
Wajah renta itu sembunyi dari sengatan mentari
Duduk bersila menyusuri garis tangan Tuhan
Kemana dia pergi dibawanya serta
Sirih Pinang yang dijualnya seharga tidak
kurang lima ribu rupiah
Ia mengais rejeki di tempat sunyi
Usia diujung senja
Tak melemahkan kaki-kakinya yang kuat bagai besi
Menapaki panasnya jalan aspal dan Wabah Covid 19
Demi deru asa dan asap dapur yang harus tetap ada
Kala senja menguning diujung barat
Pak tua melangkah pulang
Dengan senyum ramah
Ia membagi berkah Tuhan di hari itu kepada anak-anak
tetangganya
Menuntun dalam gelap dunia
Batas kemampuan tak dihiraukan baginya
Sehat selalu Bapak,
Darimu, aku belajar bahwa hidup adalah perjuangan dan jangan lupa bersyukur
Inspirasi Taaba, Kecamatan Weliman
Kabupaten Malaka
Rabu, 07 Juli 2021