Disaat
mulai merekah kekuningan
kau
selalu dinanti
rimbun
rambutmu menyibak tabir
pemuas
buah bibir
asam...manis...
menyelimuti
dirimu
persis
gambaran manusia
terbungkus,
tertutup rapi
Buka
dirimu agar tersibak makna
telan
rasanya supaya nyata
bahwa
semua rasa pasti berbeda
Siapa yang tidak tau
dengan buah rambutan. Iya, buah rambutan. Buah asli Asia Tenggara ini banyak
ditemukan di negara tropis. Rambutan punya varian-nya. Sesuai dengan jenis
rambutan juga tergantung induknya. Rambutan, pada umumnya jika sudah matang
berwarna merah.
Ada juga rambutan
seperti masih muda tapi dalamnya manis, enak, bisa langsung disantap. Rambutan
mempunyai tangkai, hidup di dataran rendah. Pada umumnya, pohon rambutan jika
di kampung tinggi-tinggi.
Namun di era yang serba
instan ini, rambutan sudah bisa berbuah, hidup dalam pot berukuran besar,
berkat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang tanaman dan
pertanian. Banyak orang yang suka akan buah rambutan. Dari kelas ekonomi bawah
sampai kelas ekonomi atas. Rambutan menjadi primadona masyarakat, meskipun tak
semua suka sama buah yang berambut ini.
Pertanyaan mendasar
bagi kita adalah kenapa rambutan ini kalau sudah matang kulit luarnya berwarna
merah?. Tapi sebaliknya, kalau belum matang berwarna hijau kekuning-kuningan.
lalu kenapa juga mesti ada rambutnya, kulit dalamnya berwarna putih, daging
buahnya berwarna putih tulang, di dalam dagingnya terdapat biji, dan kenapa
hidupnya bergerombol dalam tangkai yang relatif kecil, dan lain-lain.
Rambutan dalam kehidupan Sosial
Rambutan memang
berambut. Bukan rambutan namanya kalau tidak berambut. Rambutan berambut itu
secara filosofi adalah karakter mulia yang berusaha untuk melindungi buah
rambutan yang teksturnya kenyal. Rambutnya rela mengorbankan dirinya untuk
kepentingan batinnya, yang suci dan bersih itu.
Dalam konteks sosial,
kita banyak menemukan karakter manusia seperti rambut yang terdapat dalam
rambutan. Menolong manusia bahkan memanusiakan manusia. Tidak ada niat untuk
menyusahkan manusia, yang ada justru ingin memudahkan manusia. Memang, untuk
menjadi seperti kulit rambutan dan rambutnya butuh waktu lama untuk lebih
matang.
Begitu juga karakter
manusia, butuh banyak terpaan untuk mengasah dan menggembleng. Indikasi manusia
untuk cukup mendapat terpaan seperti memerahnya kulit rambutan, yang
memperlihatkan ia sudah banyak mendapat pendidikan yang mumpuni.
Biarlah, luar merah
seperti darah, tapi dalamnya putih tulang nan bersih. Putih tulang daging
rambutan, mengindikasikan ia berhati mulia, meskipun kulit luarnya kurang
menarik. Dalam kehidupan nyata terkadang kita banyak terjebak pada tampilan
lahir. Atau sebaliknya, tampilan luarnya sungguh manis tapi justru dalamnya
merah dan hitam penuh intrik, jahat dan penuh keserakahan.
Keserakahan lahan
ekonomi yang menggiurkan, tak memandang itu dapat melahirkan musibah, yang
penting ia untung untuk dirinya, keluarga atau koleganya. Kejadian banjir dan
longsor yang terjadi di Jabodetabek juga Banten pada akhir tahun 2019, dalam
konteks lingkungan, ada ekosistem yang terganggu.
Peruntukkan lahan yang
semestinya untuk penghijauan, menyerap air hujan, dan untuk oksigen, justru
dibabat habis untuk kepentingan ekonomi yang menguntungkan kelompoknya.Lihat
saja, di lingkungan perkotaan, khususnya Tangerang Raya.
Lahan lahan produktif
sudah hampir habis berubah kawasan pemukiman. Sementara penduduk setempat
terpinggirkan secara mental dan peradaban, terkena imbasnya dari pertukaran
budaya baru yang merengsek masuk ke kampung-kampung. Kawasan menjadi asing, nama-nama
bangunan sudah seperti di luar negeri.
Masyarakat tercerabut
dari akar budaya aslinya dan menjadi modern perilakunya, meskipun sebenarnya
belum siap lahir dan batin. Ini memang butuh memutihkan tujuannya, seperti
putihnya daging rambutan yang menyimpan biji di dalamnya.
Biji rambutan, bukan
semata-mata ada di dalamnya. Tapi justru sebagai penawar bagi daging rambutan.
Biji rambutan pada umumnya tidak banyak dilirik, karena memang tidak tau atau
tidak mau tau dan juga tidak berusaha mencari tau. Akhirnya, hanya
menjustifikasi kalau biji rambutan "tidak berguna".
Padahal, yang Maha
Pencipta tidak semata-mata menciptakan biji rambutan, jika tidak ada
manfaatnya. Menurut para ahli kesehatan, biji rambutan sangat bermanfaat untuk
penderita diabetes melitus meskipun daging rambutan dapat menaikkan kadar gula
darah.
Tapi, Tuhan sengaja
menyembunyikan biji rambutan di dalamnya, supaya manusia banyak mencari tau
lewat jalan meneliti secara sains, yang berguna untuk pengobatan, dan lain
sebagainya. Namun, sayang sebagian manusia kurang memperhatikan biji rambutan
itu.
Dalam konteks sosial,
terkadang ada manusia terpinggirkan. Baik terpinggirkan dari sisi peran, tugas,
hak-haknya atau sengaja dipinggirkan karena belum memahami apa arti peran dan
tugas dari pihak-pihak yang tersembunyi, yang terdapat di belakang layar.
Ini penting diungkap
agar manusia yang disimpan di dalam, seperti biji rambutan terberdayakan atau
dibudidayakan akan fungsi, peran, dan segala hak-haknya. Untuk
memberdayakannya, perlu bergerombol mencari tau seperti bergerombolnya rambutan
dalam tangkai yang relatif kecil, tapi menyimpan kekuatan dan ikatan sosial
yang tinggi.
Itulah rambutan yang
bergerombol sebagai role model untuk pelajaran bagi manusia yang berpikir.
Rambutan-pun punya naluri berinterkasi sosial, walaupun ia kadang lekang
dimakan musim penghujan, juga panas.
Di antara kedua musim
itu, rambutan ada yang cepat matang dan juga ada yang terlambat matang.
Tergantung respons dan paradigma rambutan terhadap sentuhan musim dan juga
sentuhan modernisasi manusia untuk mempercepat tingkat kematangan.
Untuk bergerombol,
dalam konteks sosial memerlukan kesamaan visi-misi. Kesamaan karakter,
ideologi, mungkin juga suku, bangsa dan juga bahasa. Kalo tidak, ia tidak akan
berinterksi karena tidak terikat dalam kesamaan institusi seperti yang sudah
dicontohkan oleh rambutan, yang bergerombol dalam satu ikatan yang kuat.
Akhirnya, kita hanya
memohon kepada Tuhan yang Maha Kuasa, agar kita selalu mendapat bimbingan-Nya,
seperti rahmat dan rahim-Nya yang sudah diberikan kepada buah rambutan.