Ageisme Terjadi
dalam Kehidupan Sehari-Hari?!
Yup, bagi kamu yang masih suka melihat seseorang
hanya dari segi umur sebagai tolak ukur maka bisa dikatakan kamu sedang menjadi
pelaku ageisme. Loh kok bisa? Apa aja contohnya? Contoh kecilnya saja, ada
salah seorang teman kamu sudah memiliki penghasilan dan membiayai dirinya
sendiri, namun kamu berkata "Masih umur 16 tahun udah punya banyak uang
ya, keren," sekilas kalimat itu memang sangat lumrah diucapkan bahkan bisa
menjadi sebuah motivasi teman-teman lainnya untuk mencapai suatu hal.
Tapi apakah kamu merasa janggal terhadap anak
berumur 16 tahun sudah bisa menghasilkan banyak uang? apakah anak umur 16 tahun
harus sama seperti bayangan orang lain yang masih bergantung pada keuangan
orangtuanya? tentu tidak. Tolak ukur umur orang yang bisa menghasilkan uang
dalam masyarakat adalah para orang dewasa atau produktif yang berusia sekitar
20 tahun hingga 6o tahun, begitu pula sebaliknya jika orang dewasa belum
menemukan pekerjaan pada usia matang.
Dewasa ini ada seorang aktris yang membintangi salah
satu film meninggal dunia dikarenakan serangan jantung di usia muda. Tidak
sedikit media menyayangkan usia yang masih muda meninggal dikarenakan penyakit
jantung. Sebenarnya hal tersebut bisa dikatakan wajar karena semua orang bisa
memiliki penyakit jantung dan bisa dicegah dengan pola hidup yang sehat. Apakah
tutup usia saat muda adalah keanehan? Apakah yang boleh tutup usia hanya orang
yang sudah berumur? Tidak.
Saat melamar pekerjaan pun terdapat maksimal usia
untuk bekerja. Jadi kalau ada orang lanjut usia membuka usaha dan sukses, maka
akan dipandang sebagai sebuah hal yang tidak wajar. Adanya stereotip masyarakat
bahwa orang yang berusia lanjut hanya memiliki fisik lemah, kolot, dan sering
dikatakan sudah habis masanya, kini saatnya yang muda yang berkarya. Tidak
hanya pemberian nilai kepada orang lain, ageisme juga bisa terjadi pada diri
sendiri misalnya kamu mau mulai kuliah S1 pada usia 25 tahun tapi terhalang
oleh penilaianmu "Kayanya udah ketuaan deh buat mulai kuliah S1".
Pada kenyataannya sebenarnya sah-sah saja jika memang niatan baik tersebut bisa
dijalankan.
Di media massa atau media sosial seperti televisi,
artikel, dan Tiktok juga kerap terjadi ageisme loh ternyata! Ada media yang
mengundang bintang tamu seorang kakek berumur, program ini diliput karena
dipandang adanya keanehan dan menyedihkan di mana kakek tersebut yang
sebelumnya seorang doktor bekerja sebagai pemulung yang sensasional atau sedang
viral. Sempat viral juga di dunia hiburan yang menjadikan umur sebagai sebuah
candaan pada komedian yang sudah memasuki lanjut usia yang mengarah pada
kematian. Pada kasus pertama, kakek tersebut mungkin merasa dihargai dan tidak
menyadari adanya kesenjangan ageisme di sana. Berbeda dengan kasus kedua,
kejadian ini segera disadari oleh korban rasisme dan menghentikan proses
syuting dikarenakan merasa tersinggung oleh ucapan pelaku.
Bagaimana Cara
Melawan Ageisme?
Seperti yang dicantumkan pada UU no 39 di atas,
jangan biarkan diri kamu atau orang terdekatmu mengalami diskriminasi usia.
Berikut cara melawan ageisme:
1. Speak up
Berani mengutarakan rasa ketidaknyamanan jika ada
yang dirasa mendekati diskriminasi usia seperti banyaknya pekerjaan kantor yang
harus dikerjakan oleh anak baru dan pengurangan pekerjaan pada anggota yang
sudah terlihat tua.
2. Up to Date
atau aktif
Selalu mengikuti trend atau berita terkini dalam
semua aspek dan jangan malu untuk bergaul dengan rentan usia yang berbeda.
Dengan bergaul pada usia beragam juga bisa memberikan pelajaran hidup yang
lebih bermakna bagi satu sama lain. Jangan ragu juga untuk membuat akun media
sosial supaya masih bisa mengikuti perkembangan zaman.
3. Berpikiran
terbuka
Tidak berpikir secara monoton atau hanya mengikuti
struktur dalam pola pikir masyarakat. Menerapkan pemikiran dalam berbagai sisi
dengan memikirkan kondisi orang lain dan sebagainya.
4. Mandiri
Bersikap mandiri dalam melakukan suatu hal, seperti
belanja atau hanya sekadar berjalan-jalan. Menyiapkan keperluan secara mandiri.
Ageisme ini bisa dialami oleh kalangan remaja hingga
lanjut usia. pada usia dewasa kita pun sudah melakukan konstruksi masyarakat
supaya bisa membimbing anak-anak dan harus merawat orang tua sebagai balas
budi. Ageisme bisa berpengaruh terhadap kesehatan mental seseorang, bahkan bisa
berdampak buruk bagi kesehatan fisik seseorang. Selain itu ageisme juga dapat
mengakibatkan stres kardiovaskuler, turunnya produktivitas, dan tingkat
kepercayaan diri untuk melakukan suatu hal. Apakah di antara kalian pernah ada
yang menjadi pelaku ageisme? Stop ya, dan mulai sekarang mari bersama melawan
ageisme!