Tarian Bidu, Tarian mencari jodoh yang berasal dari Provinsi Nusa Tenggara Timur khususnya Kabupaten Belu dan Malaka |
Salah satunya adalah tari tradisional yang mana
setiap daerah pasti memiliki tari tradisional, namun perbedaan tersebut tidak
menimbulkan perpecahan antar daerah justru malah saling melengkapi satu sama
lain dan tetap satu tujuan yakni melestarikan tari tradisional Indonesia.
Seperti bunyi sila ke-3 pancasila “Persatuan
Indonesia” bermakna bahwa seluruh warga Indonesia harus bersatu dalam kondisi
apa pun, juga tertuang dalam semboyan negara yakni “Bhinneka Tunggal Ika” yang
berarti berbeda-beda tetapi tetap satu jua yang kemudian bermakna bahwa
Indonesia memiliki keberagaman agama, suku, budaya, termasuk tari-tarian dan
kesenian lainnya yang masing-masing memiliki misi dan tujuannya sendiri tetapi
tetap satu yakni Indonesia.
Pada zaman dahulu, tari tradisional kian menyebar di
seluruh Indonesia dan diminati oleh banyak kalangan, tidak hanya anak muda
namun para orang tua pun ikut mempelajari tari tradisional Indonesia.
Pada saat itu, tari tradisional biasanya dipakai
untuk upacara adat, penghormatan, dan tradisi lainnya. Namun kiranya tari
tradisional saat ini tertutupi oleh tari modern yang berasal dari luar
Indonesia, dampaknya kini tari tradisional tidak banyak diminati oleh para kaum
tua, bahkan kalangan remaja sebagai generasi penerus bangsa pun hampir hilang
ketertarikan, padahal sebetulnya, jika para generasi muda memiliki banyak
minat, bahkan mempelajari dan melestarikan, maka tidak mungkin asing tari
tradisional tersebut yang sangat beragam itu di mata masyarakat.
Kegiatan-kegiatan tradisional pun sepertinya mulai
hilang di telan zaman meskipun masih ada yang melestarikan nya seperti pada
acara lamaran, pernikahan, dan perlombaan juga banyak sanggar-sanggar yang
berdiri di Indonesia guna melestarikan budaya Indonesia dalam ranah tari. Hal
tersebut tentu sangat berguna, dan para pendiri sanggar pasti lah orang-orang
hebat yang mampu mempertahankan tari tradisional di tengah zaman modern ini.
Akan tetapi, kita perlu waspada akan kepunahan tari
tradisional ini, sebab sangat sedikit sekali minat masyarakat terhadap tari
tradisional bahkan malu untuk mempelajari nya, budaya barat yang masuk ke NKRI
pun semakin merajalela. Untuk itu, para generasi muda, terutama mahasiswa ada
baiknya jika mempelajari tari tradisional Indonesia dengan memanfaatkan
berbagai platform digital untuk melestarikan dan membumikan kembali tari
tradisional tidak hanya di kancah nasional namun hingga internasional. Dengan
begitu tentu tari tradisional tidak akan pernah redup di telan zaman.
Saya sendiri merupakan perempuan yang gemar menari,
terutama tari tradisional. Mengapa saya gemar menari? Beberapa waktu yang lalu,
saya berkunjung ke salah satu sanggar yang berbau minang di Tangerang Selatan.
Saat itu saya bertemu dengan pendirinya dan kemudian beliau berbicara,
"Tidak mudah untuk mendirikan sanggar tari tradisional pada masa ini,
karena generasi saat ini hanya tertarik dengan tari modern, mereka bilang itu
keren," mendengarnya saya terenyuh, mudah sekali mereka melupakan tari
tradisional yang merupakan jati diri bangsa ini. Sejak itu akhirnya saya mulai
mempelajari berbagai tari tradisional seperti tari saman, tari bajidor kahot,
tari piring, dll.