“Selamat
tinggal Generasi Milenial dan selamat datang Generasi Z” ujar pemuda generasi
Z, tampaknya relevan untuk mempresentasikan fenomena sosial di era saat ini.
Namun sebelum lebih jauh membahas mengenai perubahan sosial ini, apakah kamu
tahu apa itu Generasi Z? Siapakah Generasi Z? Dan sejago apa Generasi Z?
Generasi Z adalah generasi yang lahir setelah
Generasi Y atau yang biasa disebut Generasi Milenial. Tahun 1996-2010 merupakan
tahun kelahiran dari Generasi Z ini. Generasi Z juga sering disebut sebagai
Generasi Net karena mereka ini selalu berhubungan dengan teknologi canggih dan
juga dunia maya yang berhubungan dengan internet.
Generasi Z dengan usia sekitar 14-16 tahun sudah
sangat produktif dan terobsesi dengan produktivitas pekerjaan. Mereka bisa
digolongkan ke dalam istilah "Toxic Productivity", di mana seseorang
terobsesi dalam melakukan aktivitasnya. Mereka ini yang berusia 14-16 tahun
bahkan sudah membuat CV dan magang yang seharusnya fase mereka belum sampai sini
tetapi mereka sudah melakukan berbagai aktivitas yang produktif terhadap dunia
kerja.
Sudah banyak sekali Generasi Z yang sekarang berumur
25 tahun ketika berumur 16 tahun mereka sudah melakukan produktivitas seperti
ini. Dan kebanyakan dari mereka sangat mendukung adanya produktivitas yang
dilakukan sejak dini karena mereka merasa sangat termotivasi dan juga senang
dalam suasana yang sangat produktif. Sebenarnya walaupun istilahnya “Toxic”
Productivity" namun, mempunyai banyak sekali keuntungan dan juga manfaat
di masa mendatang. Begitu juga perlu dipahami apabila dunia kita sudah berbeda
dengan zaman dahulu yang mana zaman sekarang sudah banyak mengubah cara pandang
kita sebagai manusia yang hidup di zaman digital yang penuh dengan kompetisi.
Sebuah rasa keingintahuan anak zaman sekarang bahkan lebih kuat dan berani,
maka dari itu mereka bisa dengan nyaman dan menikmati saat melakukan sebuah
produktivitas yang banyak menyita waktu bercanda dan sekadar bermain dengan
teman mereka.
Bisa dibilang istilah “Toxic Productivity” ini
mempunyai beberapa keuntungan yaitu dalam hal bersosialisasi dalam membangun
jaringan, mereka juga lebih banyak mendapat ilmu pengetahuan dan juga wawasan
tentang dunia kerja, serta mental mereka bisa dikatakan akan lebih siap di masa
mendatang jika menghadapi dunia kerja yang keras. Mereka akan sangat bagus
dalam bekerja dengan tim atau mereka juga bisa lebih memahami tentang tujuan
utama yang akan mereka jalani di masa mendatang. Pikiran mereka akan lebih
terbuka dan juga akan lebih baik dalam penyelesaian masalah karena mereka sudah
terlatih untuk itu semua sedari awal.
Orang yang termasuk ke dalam istilah "Toxic
Productivity" ini juga bisa dilihat dari bagaimana latar belakang mereka.
Tentunya berbeda-beda, bisa dari bagaimana cara orang tua mereka mendidik,
bagaimana lingkungan mereka, dan tentunya apa yang mereka lihat dari perubahan
di zaman sekarang ini. Dilihat dari era ini di mana teknologi dan digital
menguasai seluruh dunia dan membuat semuanya terasa seolah-olah mati jika tidak
mengikuti zaman ini. Saking berpengaruhnya teknologi dan digital para Generasi
Z ini memiliki kemudahan dalam mendaftarkan diri untuk bekerja.
Ketika mereka masuk ke dalam sebuah organisasi atau
perusahaan mereka melihat itu sebagai jenjang karier mereka selanjutnya.
Generasi Z jelas mempunyai otak pintar, mereka selalu update tentang hal-hal
baru, dan mereka juga mudah beradaptasi dengan hal baru. Namun, di sisi lain
orang-orang lama yang sudah dulu terjun di dunia kerja atau organisasi
seakan-akan tergeser oleh Generasi Z ini. Jika dilihat secara kasat mata trafik
Generasi Z itu langsung naik ke atas padahal mereka tergolong orang baru di
dunia kerja.
Tidak ada kesalahan untuk mereka, tetapi dilihat
secara etika Generasi Z ini sangatlah tipis. Benar bahwa mereka tidak menyalahi
aturan, tetapi mereka hanya berpatokan dengan aturan bukan pada etika dan
budaya padahal sebuah aturan itu merupakan kesepakatan sebuah etika. Contohnya
seperti ini, Generasi Z ini ikut berbisnis di sebuah pasar yang berisi
orang-orang lama, tetapi di sana mereka memberi harga yang termurah di antara
yang lain dan mereka hanya memikirkan keuntungan mereka sendiri, di situ pun mereka
tidak merasa menyalahi siapa pun padahal sudah jelas dia merusak pasar di
bisnis itu. Ketika membicarakan hal seperti ini rasanya rawan salah tangkap
pengertiannya, mereka bisa berpikir bahwa mereka para Generasi Z ini tidak
boleh bekerja, padahal boleh saja bahkan sangat boleh tetapi ini urusannya
dengan mental mereka.
Secara sosial budaya, batas-batas etika semakin
menurun sehingga kualitas budaya ketimuran semakin tergerus. Para Generasi Z
ini sangat terobsesi dengan produktivitas yang mereka anggap sangat berguna
bagi masa depan. Tetapi boleh saya bilang itu merupakan hal yang tidak pasti.
Mereka mengira bahwa jika mereka melakukan pekerjaan ini dari umur mereka yang
masih sangat belia, mereka akan sukses di masa mendatang. Padahal tanpa mereka
sadari, mereka sedang menjajah diri mereka.