Masalah terbesar yang dihadapi oleh suatu bangsa,
termasuk bangsa Indonesia adalah munculnya berbagai macam krisis, diantaranya
krisis ekonomi, politik, sosial, budaya, pertahanan, keamanan dan moral. Namun
diantara banyaknya krisis tersebut, yang menjadi masalah utama adalah krisis
moral. Dengan adanya krisis moral akan memunculkan berbagai macam krisis
lainnya.
Banyak bukti yang menjelaskan terjadinya kerusakan
moral di masyarakat. Pada tingkat elit, rusaknya moral bangsa ditandai dengan
maraknya praktik Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Sementara, pada tingkat
bawah (rakyat), ditunjukkan dengan merajalelanya berbagai tindakan kejahatan
ditengah-tengah masyarakat, seperti penipuan, pencurian, penjambretan,
permpokan, perkosaan maupun pembunuhan. Sedangkan di kalangan pelajar ditandai
dengan maraknya seks bebas, penyalahgunaan narkoba, penyebaran foto dan video
porno, serta tawuran.
Ketika zaman telah bertransformasi menjadi sebuah
era komunikasi dan informasi yang begitu bebas dan terbuka, maka diperlukan
sebuah tatanan nilai yang baik. Salah satunya dengan menerapkan pendidikan
pancasila dan pendidikan karakter yang diterapkan dalam lingkungan keluarga.
Pancasila sebagai ideologi bangsa ini seharusnya akan menjiwai setiap tingkah
laku warganya. Namun hal sebaliknya cenderung terjadi, seperti ketika kita
berselancar di media sosial, seolah terjadi ambivalensi antara gambaran
masyarakat tentang orang indonesia dan kenyataan di dunia maya. Hal ini dapat
dilihat dari begitu banyaknya ujaran kebencinya (hate speech) yang
begitu mudah ditulis oleh pengguna media sosial.
Fenomena tersebut menyadarkan kita akan pentingnya
pendidikan karakter. Pendidikan karakter akan berjalan efektif dan utuh jika
melibatkan tiga institusi, yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Pendidikan
karakter tidak akan berjalan dengan baik jika mengabaikan salah satu institusi,
terutama keluarga. Pendidikan informal dalam keluarga mempunyai peranan penting
dalam proses pembentukan karakter seseorang. Hal itu disebabkan, keluarga merupakan
lingkungan tumbuh dan berkembangnya anak sejak usia dini hingga menjadi dewasa.
Melalui pendidikan dalam keluargalah karakter seorang anak terbentuk.
Karakter juga dimaknai sebagai cara berfikir dan
berperilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam
lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara. Karakter dapat dianggap
sebagai nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha
Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam
pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma
agama, hukum, tata krama, budaya adat istiadat, dan estetika. Karakter adalah
perilaku yang tampak dalam kehidupan sehari-hari baik dalam bersikap maupun
bertindak.
Karakter yang baik menurut Lickona (2013 : 82),
terdiri dari mengetahui yang baik (moral knowing), menginginkan yang baik (moral
feeling), dan melakukan hal yang baik (moral action), yang dalam penjelasannya
disebutkan sebagai pembiasaan dalam cara berfikir, kebiasaan dalam hati, dan
kebiasaan dalam tindakan.
Orang tua masa kini menaruh perhatian yang sangat
besar kepada sekolah yag bagus dan bergengsi untuk membentuk anak-anaknya
menjadi anak yang pandai, cerdas dan berkarakter. Akan tetapi dalam
kenyataannya, harapan orang tua masih jauh dari realisasinya.
Karakter kita terdiri dari kebiasaan-kebiasaan kita.
Kebiasaan yang terbentuk semasa kanak-kanak dan remaja kerap bertahan hingga
dewasa. Orang tua dapat mempengaruhi pembentukan kebiasaan anak mereka, dalam
hal yang baik maupun yang buruk.
Untuk menanamkan karakter pada diri anak ada
beberapa metode yang bisa digunakan, antara lain:
Internalisasi
Internalisasi adalah upaya memasukkan pengetahuan (knowing)
dan keterampilan melaksanakan pengetahuan (doing) ke dalam diri seseorang
hingga pengetahuan itu menjadi kepribadiannya (being) dalam kehidupan
sehari-hari.
Keteladanan
“Anak adalah peniru yag baik.” Ungkapan tersebut
seharusnya disadari oleh orang tua, sehingga mereka bisa lebih menjaga sikap
dan tindakannya ketika berada atau bergaul dengan anak-anaknya. Berbagi
keteladanan dalam mendidik anak menjadi sesuatu yang sangat penting.
Pembiasaan
Inti dari pembiasaan adalah pengulangan. Jika orang
tua setiap masuk rumah mengucapkan salam, itu telah diartikan sebagai usaha
membiasakan. Bila anak masuk rumah tidak mengucapkan salam, maka orang tua
mengingatkan untuk mengucapkan salam.
Bermain
Masa anak-anak merupakan masa puncak kreativitasnya,
dan kreativitas mereka perlu dijaga dengan menciptakan lingkungan yang
menghargai kreativitas, yaitu melalui bermain.
Cerita
Sebuah cerita mempunyai daya tarik yang menyentuh
anak, dengan bercerita orang tua dapat menanamkan nilai pada anaknya, sehingga
dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Nasihat
Nasihat merupakan kata – kata yang mampu menyentuh
hati disertai dengan keteladanan. Nasihat memadukan antara metode ceramah dan
keteladanan, namun lebih diarahkan pada bahasa hati.
Penghargaan dan Hukuman
Memberi penghargaan kepada anak penting untuk
dilakukan, karena pada dasarnya setiap orang membutuhkan penghargaan dan ingin
dihargai. Selain penghargaan, hukuman juga bisa diterapkan untuk membentuk
karakter anak. Penghargaan harus didahulukan, dibandingkan hukuman.
Dalam mensosialisasikan pendidikan karakter, orang
tua mempunyai beberapa kendala, diantaranya :
1.
Perubahan zaman
dan gaya hidup
2.
Pengaruh
televisi pada gaya komunikasi anak
3.
Perbedaan watak
dan jenis kelamin anak
4.
Perbedaan tipe
kecerdasan anak
Dari berbagai kendala tersebut, orang tua harus
senantiasa meningkatkan pengetahuan dan usahanya, serta harus lebih mengenal
anak – anak agar penanaman karakter pada anak dapat berhasil.
Pendidikan karakter ini tidak akan berhasil dengan
baik dan tidak akan berarti apa – apa, apabila keluarga melepaskan tanggung
jawab pembentukan karakter hanya kepada sekolah. Peran keluarga dalam
pendidikan anak teramat besar, keluarga merupakan unsur terkecil dalam masyarakat,
dari keluarga pulalah anak belajar berperilaku dan bersikap sebagai anggota
masyarakat yang bermartabat. Peran keluarga memiliki peranan yang penting, agar
proses dalam setiap jenjang, jalur, dan jenis pendidikan serta berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan bertanggung jawab.
Sumber :
https://www.industry.co.id/read/10674/peran-keluarga-dalam-pendidikan-karakter,
ditulis oleh Rahmad, M.Pd.
Muchlas Samani dan Hariyanto, Pendidikan Karakter, Bandung: Remaja
Rosdakarya, cetakan ketiga, 2013, 43
Thomas Lickona, Educating for Character, Mendidik untuk Membentuk Karakter,
terjemahan Juma Abdu Wamaungo, Jakarta: Bumi Aksara, 2013, 82
Amirulloh Syarbini, Model pendidikan karakter dalam keluarga, Jakarta: gramedia, 2014,
69 – 73
Enni k. Hairuddin, Membentuk Karakter Anak dari Rumah, Jakarta: Gramedia, 2014,
33-47