Enggan bercerita.
Seperih apapun dia lebih suka menyimpan luka.
Pura-pura tersenyum meski hatinya hancur berantakan.
Jika terpaksa bercerita, dia memilah mana yang layak
diceritakan agar tak dikasihani.
Tampak tenang meskipun sakitnya luar biasa.
Orang dekat sekalipun kadang tak paham bahwa dia
sedang terluka.
Dalam sendiri dia menangis sejadi-jadinya.
Di hadapan orang lain dia memilih menahan air mata
dan pura-pura bahagia.
Menyibukkan diri biar cepat lupa.
Anak pertama tak suka tenggelam dalam kepedihan terlalu
lama.
Ia paham banyak orang yang bergantung padanya.
Pantang baginya menunjukkan kepedihan. Membuat diri
sibuk rasanya lebih baik.
Berjanji untuk tidak mengulang kesalahan yang sama.
Ia sadar bahwa manusia tempatnya salah dan lupa.
Ketika keputusannya kurang tepat, berikutnya ia akan lebih berhati-hati jika
berada dalam kondisi yang sama.
Tak mudah memaafkan yang menyakiti.
Jika pun memaafkan, lebih baik dia menunggu yang
lain. Kembali kepada seseorang yang pernah terbukti membuat hatinya patah, hanya
akan membuatnya kembali merasakan luka yang lebih parah.
Anak pertama itu gengsi menampakkan kepedihan.
Sepahit dan sesakit apapun akan ia telan. Ia tak suka dikasihani. Pantang
baginya mengemis belas kasihan.
Ia ingin selalu terlihat kuat agar siapapun yang
berharap padanya merasa tenang. Ia tak suka membuat orang lain risau. Atau ikut
memikirkan kehidupannya.
Jika terjatuh, akan segera bangkit kembali. Jika
seseorang menancapkan luka dihatinya, ia akan segera mencari cara untuk
mengobatinya.
Ia rapuh, ia hanya terus menguatkan dirinya.
_FF_