Ilustrasi anak-anak sekolah sedang mencari jaringan untuk akses internet |
Domain pendidikan menjadi aspek penting setelah
aspek kesehatan dan ekonomi. Pendidikan merupakan kunci utama dalam menyiapkan
sumber daya manusia unggul untuk dapat bersaing. Social distancing, physical distancing, protokol kesehatan, PPKM
menjadi bagian upaya mencegah penularan COVID-19. Sekolah termasuk rentan
terdampak pandemi COVID-19. Selama ini pembelajaran yang berjalan adalah metode
kelas dengan tatap muka, namun dikarenakan pandemi semuanya harus berubah.
Adaptasi jalan baru itu kita labeli pembelajaran daring/jarak jauh. Tak kurang 1,5 miliar anak di dunia tertular
pandemi dan 60 jutanya adalah anak-anak Indonesia. Tentu kita cukup optimis,
angka itu semakin menurun sekarang ini.
Problematikanya sekarang adalah perubahan kebiasaan
pembelajaran karena pandemi COVID-19 dan keterkaitan pendidikan di masa pandemi
dengan tuntutan kualitas pendidikan. Kemudian yang menjadi pokok soal, yaitu
bagaimana upaya Pemda menjalankan proses pendidikan di masa pandemi COVID-19
dengan berbagai regulasi yang mengiringi.
Dalam manajemen belajar daring strategi dan
implementasi di Sekolah Laboratorium Percontohan UPI, Edum Journal, Maret 2021
yang digawangi Nurdin mengungkapkan, pembelajaran daring menjadi salah satu
solusi untuk mengatasi aturan social distancing.
Menurut Syibromilisi (2020), pembelajaran daring merupakan sistem pembelajaran
tanpa tatap muka secara langsung, tapi lewat online dengan jaringan internet.
Mengapa kemudian kompetensi guru itu penting? Karena
tidak saja mengajar tapi juga memiliki kompetensi TIK, Menurut Arief Rachman,
Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO, dilansir Kompas
(8/10/2020), menekankan kompetensi guru di masa pandemi COVID-19 dituntut punya
kemampuan inovasi, memanfaatkan bermacam digital tools, menyelenggarakan kelas
online, penerapan kurikulum yang memperkuat model multidisiplin dan kolaboratif
dalam belajar mengajar.
Menyusul infrastruktur yang memadai, seperti laptop,
bandwidth, jaringan internet, gadget atau handphone, dan sebagainya. Ketiadaan
salah satunya bisa berakibat buruk bagi proses pembelajaran online. Ada saja
pemerintah daerah yang menyediakan fasilitasi hotspot public. Dilansir Solopos
(3/8/2020), sejumlah pelajar SD hingga SMA sederajat di Desa Tlogoharjo,
Kecamatan Giritontro, Wonogiri, terpaksa mendaki bukit terjal demi mengikuti
pembelajaran secara online.
Selain itu, tugas dan pekerjaan rumah yang diberikan
guru tidak membebani siswa. Pembelajaran daring selayaknya tidak membebani
siswa, seharusnya justru jadi ajang bagi anak untuk mengekspresikan minat,
mengeksplorasi hobi, bakat, dan menggali keingintahuan mereka. Wakil Sekjen
Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), Satriwan Salim, mengatakan kebijakan
belajar dari rumah terjadi karena ada pandemi. Oleh karena itu, sistem
pembelajaran yang diberlakukan ke anak harus menggembirakan.
Selanjutnya, adanya pendampingan dari orang tua. Di
sini, orang tua dalam pendampingan belajar daring memainkan peran memberikan
bimbingan, arahan ketika anaknya menemui hambatan atau kesulitan dalam belajar.
Menurut Dalyono (2009), berhasil atau tidaknya seseorang belajar dipengaruhi
oleh faktor internal dan eksternal. Kementerian PPN/Bappenas mengungkap bahwa
ada sekitar 400-500 anak perempuan usia 10-17 tahun berisiko menikah dini
akibat pandemi COVID-19. Salah satu cara mencegah pernikahan usia anak adalah
dengan memberikan pendidikan kesehatan reproduksi.
Ragam kemurungan proses pendidikan masa pandemi tersebut, tidak boleh dibiarkan. Maka kemudian penting kita menempuh beberapa hal besar, yakni pertama peningkatan kompetensi guru penting dilakukan, misalkan diklat online, mengingat guru menjadi aktor penggerak dalam pembelajaran daring. Perlu juga menghadirkan para expert dan atau best practice dari Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI), sehingga menekan gap kualitas praktik dan siswa beroleh perimbangan porsi praktis yang utuh.
BLUD
Kedua, ketimpangan infrastruktur digital antara kota
besar dan daerah harus dijembatani dengan kebijakan teknologi afirmasi untuk
daerah yang kekurangan. Keterbatasan infrastruktur terkait dengan biaya. Biaya
sekolah bisa dianggarkan dari BOS ataupun bantuan pemerintah ataupun kerjasama
dengan stakeholder. Sejumlah asset
sekolah bisa didayagunakan untuk disewakan atau dikerjasamakan agar
infrastruktur sekolah lebih maju. Tidak perlu membebani orang tua siswa.
Apalagi semua terkena pandemi, apabila orang tua siswa dibebani biaya lebih
pasti akan menjerit.
Konsep lain untuk meningkatkan infrastruktur adalah
mendirikan BLUD pada sekolah. Tidak perlu menjual karya siswa sebagai komoditas
BLUD, tetapi bisa potensi yang ada di lingkungan sekolah. Pengembangan inovasi
kerja sama seperti ini bisa dikembangkan dan mendukung kebutuhan infrastruktur
siswa pula.
Ketiga, agar tugas dan atau PR dalam pembelajaran
daring tidak membebani siswa, maka menjadi tantangan bagi guru untuk melakukan
inovasi pembelajaran, dengan berbagai varian metode, sehingga anak tidak merasa
jenuh dan terbebani. Adakalanya diskusi, bersama menganalisis video film,
bermain peran bahkan mengundang best practice dalam jalur daring.
Sehingga siswa mendapatkan pengetahuan dan
pengalaman langsung dari aktor dan menjadikan belajar menggembirakan. Dan,
keempat, pembelajaran daring bukan menjadi tanggungjawab guru atau sekolah
belaka, tapi peran orang tua dalam mendampingi pembelajaran menjadi bagian
panasea (obat mujarab) pendidikan anak dengan atau tanpa pandemi COVID-19.
Itulah kemudian, berbagai ikhtiar pemerintah dalam
menjalankan proses pendidikan di masa pandemi meliputi:
1) Kompetensi guru ternyata masih sangat minim
sehingga perlu ditingkatkan dengan adanya beragam diklat literasi digital dan
menghadirkan DUDI.
2) Tugas siswa yang diberikan kepada guru terlalu
membebani siswa, sehingga perlu adanya penegasan dan komitmen gerakan
psikososial, seperti gerakan sekolah menyenangkan agar diaplikasikan.
3) Infrastruktur masih sangat terbatas sehingga
sekolah diharap kreatif memberdayakan komite, lingkungan dan alumni untuk
membantu.
4) Pendampingan orang tua masih perlu diintensifkan,
dengan atau tanpa pandemi pembelajaran harus tetap berproses untuk menggenapkan
pemenuhan hak anak bidang pendidikan.
Dengan kata lain upaya pemerintah selama ini sudah
cukup banyak untuk menaikkan aras kualitas, namun masih perlu dioptimalkan
secara masif. Point pendampingan ini penting peroleh perhatian, sekurangnya
bagi orang tua miskin yang harus mencari nafkah, anak-anak yang menjadi tulang
punggung keluarga maupun orang tua yang kedua-duanya bekerja.
Pamungkas, ada baiknya pemda membuat regulasi
terkait BLUD untuk SMA tidak hanya SMK sehingga finansial sekolah cukup untuk
membiayai kendala infrastruktur, PTM terbatas maupun model home visit. Tak
kalah penting, Dinas Pendidikan dengan Dinas Kominfo berkolaborasi
menyelenggarakan workshop digital, keroyokan pentahelix sehingga tak ada gegar
TIK, terutama di wilayah pedesaan yang notabene miskin.