Ketika Orang Menghina Anda (Catatan Afirmasi Diri)

Ketika Orang Menghina Anda (Catatan Afirmasi Diri)

Ilustrasi


Setapak rai numbeiSering kali saya “melihat” (melalui status sosmed dan mendengar curhatan secara langsung) bahkan secara langsung mendengar dan melihat bahwa seseorang yang dihina, diejek, dibully, dicela dan sejenisnya oleh orang lain, rata-rata mereka tampak down, marah, kesal, sedih, emosi dst, menghadapi celaan dan hinaan dari orang lain tersebut. padahal tentu saja respon yang mereka berikan ketika menghadapi hinaan dan celaan dari orang lain ini merupakan hal yang salah, hanya buang-buang waktu dan energi, alias sia-sia.

Apakah sia sia?


Setiap sesuatu yang bergerak pasti akan mencuri perhatian, setiap yang mencuri perhatian pasti akan mendapat komentar atau pendapat dari yang melihatnya. Manusia demikian, ia makhluk yang bergerak, sudah pasti ia akan mencuri perhatian manusia lainya. jika sudah mencuri perhatian, maka siap-siaplah akan terkomentari oleh orang lain. ini wajar dan pasti terjadi.


Komentar dan pendapat dari orang lain ada yang baik ada yang buruk. Yang baik kita ambil, yang buruk kita saring. Namun banyak dari kita (sebagai manusia) tidak siap dengan komentar dari orang lain. komentar baik membuat terlena, komentar buruk membuat terpuruk. Padahal ya komentar dari orang lain pasti terjadi.


Khusus untuk komentar buruk ini, banyak pula manusia yang sangat-sangat tidak siap menghadapinya, seperti sudah dituliskan diawal tulisan ini, rata-rata orang ketika mendapat komentar buruk dari orang lain (seperti dihina, dicela, dicerca, dibully, dst) mereka down, sedih, kesal, marah, dan lainnya. Ini merupakan respon yang tidak baik.



Hinaan dan celaan, merupakan hal yang negatif, betul? Nah hal yang negatif jika kita respon dengan sesuatu yang negatif, semisal marah, sedih, kesal, down, dan lainnya, apa yang terjadi? Kita cek filosofi di pelajaran matematika, negatif ditambah negatif maka akan menghasilkan negatif yang lebih banyak, betul? Maka jika itu terjadi pada diri kita, mendapat sesuatu negatif dari orang lain, kemudian kita respon dengan negatif pula, makin hancurlah diri kita. Negatif tambah negatif, Negatifnya makin banyak. Semisal contoh, diri kita dihina orang (kita mendapat hal negatif), kemudian kita respon dengan marah-marah (hal negatif), maka siap-siaplah kita mendapat negatif yang lebih banyak,  karena marah-marah berpotensi menyebabkan beberapa penyakit seperti stroke, serangan jantung, masalah pernafasan dll. Belum lagi masalah dosa yang didapat karena marah. Waduh, sudah dihina, dapat dosa plus penyakit, sudah jatuh ketiban tangga. Rugi toh


Lalu bagaimana respon yang baik menghadapi celaan dan hinaan orang lain?


Kita kembali ke pelajaran matematika. Negatif akan menjadi netral, jika ditambahkan dengan positif berjumlah yang sama dengan negatif tersebut, betul? Nah, jika diri kita mendapat hinaan, dan celaan yang merupakan sesuatu negatif, maka tindakan yang tepat yang harus kita lakukan adalah merespon dengan POSITIF. Maka hinaan itu akan ternetralkan, alias TIDAK berefek atau berpengaruh terhadap diri kita.


Apa saja respon positif jika menghadapi hinaan?


Tentu saja yang termasuk respon positif adalah segala respon yang berkebalikan dari respon negatif. Semisal tersenyum, senang, bahagia, enjoy, dan sejenisnya. Loh kok dihina malah tersenyum? Dicela malah senang? Di bully malah bahagia? Begini penjelasannya



Salah satu penyebab seseorang menghina orang lain adalah karena seseorang itu iri dengan orang lain. iri dengan apa yang dipunya dan dimiliki oleh orang lain tersebut. tentu saja apa yang dimilki dan dipunyai oleh orang lain tersebut tidak dimiliki oleh orang yang menghina. Entah masalah jabatan, harta, atau bahkan kebahagiaan. Dari sinilah kita pahami bahwa kehidupan orang yang dihina lebih dari apa yang dipunya oleh si penghina. Kehidupan yang dihina lebih baik atau “diatas” dari si penghina.

Kalaulah seperti ini harusnya kita senang dong kalau dihina, senang kenapa? Senang karena ternyata  kehidupan kita berada diatas kehidupan orang lain. kita harus bersyukur. Justru kalau tidak ada yang menghina, kita harus sedih. Sedih karena bisa jadi itu pertanda hidup kita masih dibawah orang lain, tidak ada istimewa – istimewanya hidup kita. jadi kalau dihina orang, ya harus senang. Heheh

 

Orang yang dihina, dibully, dicela dan lain-lain, termasuk orang yang terdzolimi, bukankah doa orang yang terdzolimi doanya mujarab? Lihatlah sisi lain dari penghinaan itu. kita punya kesempatan doa yang mujarab. Manfaatkan kesempatan ini. kita pun harus senang dan bersyukur bila kita mempunyai kesempatan doa yang mustajab, kapan lagi kan doa kita berkesempatan langsung dikabulkan. Jadi kalau ada yang menghina, ya harus bersyukur. manfaatkanlah.


Orang yang menghina atau membenci diri kita, pasti akan mencari – cari kesalahan diri kita, memikirkan dan membicarakan kita. kalau seperti ini harusnya kita berterimakasih kepada orang yang mencela kita, karena ia sudah repot – repot  meluangkan waktunya untuk mencari – cari kesalahan, dan kelemahan kita. sudah repot – repot memikirkan dan membicarakan kita. maka benar adanya, jika ada ungkapan bahwa si pencela merupakan pacar semu untuk yang dicela.


Dan terakhir ketahuilah bahwa penghinaan adalah jalur kesuksesan atau bahasa kerennya “DNA” kesuksesan. Banyak sekali orang – orang yang sukses, dalam sejarahnya ia pernah dihina, dicela dan di bully. Sebagai contoh ada Jamil Azzaini (trainer), Jack Ma (orang terkaya di cina), Thomas Alfa Edison (ilmuwan), dan lain-lain. mereka pernah dihina oleh orang lain, namun mereka menolak untuk membuktikan kalau mereka layak untuk dihina. Hinaan itu dijadikan motivasi, jadilah mereka sukses. Jika kamu dihina orang, ya siapa tahu kamu sedang berada dijalur kesuksesan, tinggal bagaimana kamu merespon hinaan tersebut.  jadikanlah hinaan itu sebagai motivasi, dan buktikan kepada yang menghina bahwa mereka salah telah merendahkan diri kita.

Jadi dihina,dicela, atau di bully tidak baik jika di respon dengan marah – marah, emosi, atau malah membalas hinaan tersebut. Tidak baik, merugikan diri sendiri. Ada cara yang lebih baik menghadapi hinaan atau celaan, yaitu tersenyum, bahagia, dan senang. Jadi kalau ada yang menghina :

  • *     Balaslah dengan senyum
  • *     Balas lah dengan berdoa, doakan pula orang yang menghina
  • *     Balaslah dengan berbahagia

 

Tentu saja cara ini lebih elegant, apalagi jika kita balas hinaan dengan perbuatan baik kepada si penghina. Alangkah indanya dunia ini. tentu Berbeda cerita jika orang lain itu memfitnah atau memukul diri kita, itu tidak bisa hanya disenyumin saja, bahaya heheh, lain pembahasan.


Dan Ketahuilah lah bahwa tidak ada satupun manusia didunia ini yang bisa terhindar dari hinaan atau celaan orang lain. Yesus dalam kehidupan nyatanya sebagai manusia masih saja di hina apa lagi kita sebagai manusia yang tidak sempurna, juga tidak luput dari hinaan orang lain, apalagi cuma kita,.  Jadi tidak perlu sedih, tidak perlu marah, kita hanya perlu mengubah respon terhadap itu semua, agar hinaan dan celaan tidak melemahkan diri kita sendiri. Sepakat?



Ilusi Pagi Catatan buat Si Tukang Fitnah

Sabtu, 15 Januari 2022

 

Suara Numbei

Setapak Rai Numbei adalah sebuah situs online yang berisi berita, artikel dan opini. Menciptakan perusahaan media massa yang profesional dan terpercaya untuk membangun masyarakat yang lebih cerdas dan bijaksana dalam memahami dan menyikapi segala bentuk informasi dan perkembangan teknologi.

Posting Komentar

Silahkan berkomentar hindari isu SARA

Lebih baru Lebih lama