Kenali Calon Kades Bukan Kaleng-kaleng, “Jangan Beli Kucing dalam Karung” (Catatan Kritis untuk Pilkades Serentak Kabupaten Malaka 2022)

Kenali Calon Kades Bukan Kaleng-kaleng, “Jangan Beli Kucing dalam Karung” (Catatan Kritis untuk Pilkades Serentak Kabupaten Malaka 2022)





Setapak rai numbeiDiskusi hangat tentang sosok calon kepala desa yang terjadi di beberapa desa di wilayah Kabupaten Malaka, Provinsi Nusa Tenggara Timur di awal Januari tahun 2022 menjadi trending topic. "Rapatkan barisan" semacam slogan stimulan bagaimana menentukan trik untuk melakukan pendekatan personal terhadap semua masyarakat di wilayah desa. Masing-masing orang mengandalkan figure tertentu untuk menang dalam ajang pemilihan kades (pilkades) yang akan disilenggarakan secara serentak di tahun 2022 di wilayah kabupaten Malaka tercinta ini. Ada upaya strategis yang ditetapkan masing-masing kubu dalam menarik simpatisan atau calon pemilih untuk menjatuhkan pilihannya kepada calon kepala desa tertentu. Sinergisitas dikumandangkan demi meraup massa yakni dari masyarkat yang tinggal di desa tersebut.

Namun, perlu diketahui, bahwa pesta demokrasi Pilkades adalah sebagai bentuk penentu arah dan langkah desa dibawa kemana, apakah dibawa ke arah kemajuan atau kemunduran, tergantung dari masyarakat desa yang menentukannya melalui pilihan calon kepala desa.

Semua arah pilihan kepada para calon kepala desa tentu memiliki kriteria masing-masing. Jangan sampai masyarakat salah melihat atau salah pilih, apalagi karena pemberian uang, sehingga seperti pepatah mengatakan “Jangan Membeli Kucing Dalam Karung”. Maksudnya, jangan memilih calon kepala desa yang tak memiliki popularitas, pengalaman, integritas, kapasitas hingga tak berakhlak baik.


Bila hal itu terjadi, maka desa akan mengalami kemunduran dan kepala desa bukan membawa desa ke arah kebaikan atau kemajuan, namun kepala desa hanya mempertontonkan kemajuan pribadi, kelompok, kolega bahkan keluarganya.


Maka dari itu, masyarakat harus jeli memilih calon kepala desa yang mau membawa ke arah perubahan desa yang lebih baik, bukan membawa perubahan pribadi, kelompok, kolega maupun keluarga sang kepala desa nantinya.


Memilih calon pemimpin desa ini jangan hanya karena pemberian uang, sembako atau bentuk lainnya, yang nantinya setelah duduk memimpin desa, maka dikhawatirkan akan terjadi penyalahgunaan anggaran yang bertujuan mengganti uang yang telah habis diberikan kepada masyarakat.


Perlu diingat, Pilkades bukan soal seberapa banyak uang yang ditabur calon kepala desa kepada masyarakat, tapi bagaimana soal masa depan membangun desanya dari semua sektor.


Yang paling penting, menuju perhelatan Pilkades serentak ini, kita yakini, bahwa pemimpin yang dipilih harus mampu menuju perubahan kondisi desa yang lebih baik dengan memilih pemimpin yang berkualitas, bukan yang kaleng-kaleng. 




 

Suara Numbei

Setapak Rai Numbei adalah sebuah situs online yang berisi berita, artikel dan opini. Menciptakan perusahaan media massa yang profesional dan terpercaya untuk membangun masyarakat yang lebih cerdas dan bijaksana dalam memahami dan menyikapi segala bentuk informasi dan perkembangan teknologi.

Posting Komentar

Silahkan berkomentar hindari isu SARA

Lebih baru Lebih lama