Koperasi kita perlu membuka diri untuk berlajar dari
koperasi-koperasi di luar negeri seperti The Co-operative Group di Inggris,
Coop Norden di Skandinavia dan Fonterra di Selandia Baru.
Jika diperhatikan dengan seksama, koperasi-koperasi
dengan visi yang agresif seringkali kinerjanya buruk dalam jangka panjang
daripada koperasi-koperasi yang mencoba konsisten untuk membangun potensi
anggotanya mengejar target secara bertahap.
Nyatanya, koperasi yang benar-benar tumbuh sangat
terkait dengan anggota-anggota yang displin, fokus, dengan mencicil
kemenangan-kemenangan kecil secara konsisten.
Intinya adalah memastikan proses pertumbuhan
koperasi berjalan baik, dimana para anggota juga mengikuti prosesnya dengan
sangat baik pula. Karena yang lebih penting bagi koperasi yang hebat adalah
kemampuan lembaga memandu potensi-potensi para anggota.
Pilih Anggota
Yang baik, Pilah Anggota Yang Buruk
Koperasi-koperasi besar di Indonesia, tentunya
memiliki anggota yang baik dan yang buruk. Namun koperasi yang buruk, terlalu tersita
perhatiannya untuk mengurus anggota yang buruk, ketimbang mengembangkan anggota
yang baik.
Dengan terlalu mengurus anggota-anggota yang buruk,
koperasi kita sangat menyia-nyiakan anggota-anggota yang memiliki kinerja baik.
Akhirnya, kita banyak kehilangan peluang, kesempatan dan potensi yang dimiliki
oleh koperasi kita.
Koperasi yang hebat, memilih jalan untuk
mengoptimalkan anggota yang baik untuk mencapai target, dan menghindari
menyalahkan anggota yang buruk setiap hari.
Satu-satunya cara mewujudkan langkah ini dengan
memastikan pengurus koperasi berinventasi pengetahuan kepada para anggota yang
potensial dan mau mengembangkan diri.
Kegagalan besar dalam koperasi adalah ketidakmampuan
untuk membuat perencanaan pengembangan anggota koperasi agar tetap relevan di
masa depan.
Tanggung jawab ini berada di manajemen puncak,
koperasi yang sekarat tidak semata-mata karena kalah dalam persaingan usaha,
penyebabnya bisa jadi akibat manajemen sumber daya manusia yang buruk.
Bagaimanapun juga anggota adalah bagian terpenting
bagi koperasi. Kemajuan sebuah koperasi sangat tergantung dari kinerja
anggotanya.
Kualitas anggota yang meningkat berujung pada
produktivitas koperasi yang semakin progresif, yang artinya kesalahan,
pemborosan dan kegagalan dapat diminimalisir. Karena sebuah koperasi tidak bisa
mencapai kualitas terbaiknya hanya dengan mengeluarkan “gaji” untuk anggota.
Jika ini terus terjadi, mindset ya tertanam pada
seluruh anggota, mereka akan “bekerja untuk dirinya sendiri”. Kehidupan
berkoperasi hanya menjadi sarana mencari nafkah, menjilat atasan, dan
persaingan antar anggota untuk berebut jabatan.
Iklim koperasi semacam itu, membuat para anggota tidak
pernah sekalipun memikirkan masa depan bersama.
Pengurus koperasi perlu melatih para anggota
terbaiknya untuk memiliki rasa memegang kendali atas apa yang mereka kerjakan
untuk kemajuan bersama.
Sehingga para anggota terbaik ini mulai memikirkan
masa depan koperasi mereka sendiri, tidak hanya mengejar kepentingan pribadi
semata.
Masalahnya berada pada sistem, bukan para
anggotanya. Pengurus koperasi seharusnya juga memikirkan untuk memperbaiki tata
kelola SDM, tidak hanya fokus untuk mengembangkan produk dan layanan saja.
Merujuk pada pakar manajemen, W Edwards Deming,
untuk meningkatkan kualitas organisasi, sebaiknya kita menghapuskan rasa takut
antara manajemen dengan pekerja, mendobrak penghalang antar divisi,
mengorientasikan ulang ekspetasi anggota pada tujuan besar organisasi, dan
melakukan seleksi yang ketat untuk memastikan orang-orang terbaik bergabung.
Membangun potensi anggota koperasi tidak akan pernah
berhasil jika para pengurus koperasi hanya bekerja untuk mengejar laba jangka
pendek.