Foto: Wendi/Gunung Lakaan Dilihat dari Haekesak |
GUNUNG LAKAAN
ASAL-USUL MANUSIA PERTAMA DI BELU
Foto: Dok.Foto/ P. Emanuel Lelo Talo, CMF |
Beberapa tahun kemudian putri LAKA LORAK KMESAK
berturut-turut melahirkan dua orang putra dan dua orang putri. Kedua putra
diberi nama masing-masing, ATOK LAKAAN dan TAEK LAKAAN. Sedangkan kedua
putrinya masing-masing diberi nama ELAK LOA LORAK dan BALAK LOA LORAK.
Setelah keempat putra-putri ini dewasa maka
dikawinkan oleh ibunya karena di puncak gunung tidak ada keluarga lain. ATOK
LAKAAN kawin dengan ELAK LOA LORAK dan TAEK LAKAAN kawin dengan BALAK LOA
LORAK. Sementara itu air laut mulai surut dan pulau Timor sudah berbentuk
menjadi daratan yang luas. ATOK LAKAAN dan istrinya ELAK LOA LORAK kemudian
pindah dari Lakaan ke bukit Nanaet Dubesi, lalu mendirikan kerajaan yang
bernama Naetenu. Dikisahkan pula bahwa salah seorang anak dari ATOK LAKAAN ini
kemudian hari terus merantau ke Timor-Timur dan mendirikan sebuah kerajaan
disana yang diberi nama Mau Katar. Nama Mau Katar ini masih ada hingga
sekarang. Turunan ATOK LAKAAN yang lain terus menetap di Belu dan mendirikan
kerajaan sendiri dengan nama kerajaan Fehalaran. Sedangkan TAEK LAKAAN dan
istrinya BALAK LOA LORAK memperanakkan 10 orang anak laki-laki. Semuanya
kemudian menjadi pemuda yang gagah berani dan mereka merantau kemana-mana.
Seorang anak yang bernama Dasi Tuka Mauk berlayar ke
pulau Flores lalu kawin dan menetap. Sedangkan 4 orang anak lainnya merantau ke
daerah Timor Tengah Utara sekarang. Mereka yang merantau dan menetap di Timor
Tengah Utara ialah masing-masing: Dasi Boki Mauk menetap di desa Biboki, Dasi
Sana Mauk menetap di Insana, Dasi Lida Mauk menetap di Lidak dan Dasi Leku Mauk
menetap di Lekuhun.
Kelima putri lain dari TAEK LAKAAN tetap tinggal di
Belu dengan keturunannya hingga sekarang.
Dari kisah putri LAKA LORAK KMESAK inilah timbul
adat kebiasaan di Belu hingga sekarang. Dimana anak-anak selalu mengikuti
keluarga ibu. Juga dari kisah inilah orang Belu, orang Timor-Timur, orang Timor
Tengah Utara maupun Flores sampai hari ini tetap merasa bersaudara.
***
Sumber: http://tohe.desa.id