Ilustrasi berburu babi hutan |
Banyak
sekali cerita rakyat yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Timur ( NTT
).
Antara
Lain, Cerita Rakyat NTT berjudul
Mane Ikun Si Putra Bungsu dari Kabupaten Belu.
Bagaimana
kisahnya?
Adalah
Tujuh orang bersaudara. Yang bungsu bernama Mane Ikun.
Mereka
bertugas menjaga kebun ayahnya yang selalu dirusak oleh seekor babi besar yang
bernama Brutu Ratak.
Ilustrasi Babi Hutan |
Keenam
kakak Mane Ikun tidak pernah berhasil membunuh babi itu.
Pada
suatu saat Mane Ikun berhasil membunuh babi itu.
Karena
dilukai, babi itu berlari bersama kedua anaknya.
Seekor
anaknya berlalu menuju barat dan seekor lagi bersama induknya ke arah timur.
Dalam
perlarian itu, Brutu
Ratak melwati banyak tempat yang jauh dan berhutan yang bernama
Matemauk.
Di
hutan inilah Brutu Ratak tertangkap.
Ketujuh saudara itu kemudian membagi dagingnya. Lalu pulanglah mereka bersama-sama. Namun keenam kakak Mane Ikun mempunyai hati yang jahat. Mereka hendak menyusahkan Mane Ikun.
Ia
disuruh kembali ke Faki untuk mengambil batu asah milik ayahnya. Padahal batu
asah itu telah dibawa oleh kakak-kakaknya.
Di
dalam perjalanannya, Mane
Ikun ditangkap oleh segerombolan raksasa yang kemudian membanya ke
suatu tempat bernama Kmesak Leobele.
Ia
dimasukkan ke dalam tetu aineruk bersama kedua ekor elang yang ditangkapnya
di Faki.
Mane
Ikun bersahabat karib dengan kedua elangnya.
Para
raksasa memelihara Mane
Ikun dengan maksud untuk membunuhnya setelah ia menjadi gemuk.
NIat
raksasa itu tidak dapat terpenuhi karena kedua elang itu menolong
menyelamatkan Mane Ikun.
Kedua
elang itu menerbangkan Mane Ikun ke puncak Bukit Kailaku, sebuah bukit batu yang
tidak dapat dirobohkan walaupun oleh raja sekalipun.
Tinggalah Mane
Ikun bersama kedua elang sahabatnya di puncak Kailaku.
Mereka
memelihara berbagai macam ternak. Ada ayam, babi, kambing dan anjing.
Pada
suatu hari, kedua saudaranya datang berburu di leun laran knakun laran,
tempat Mane Ikun tinggal.
Lalu
mereka saling memperkanalkan diri sebagai kawan dan membuat rencana untuk
mengadakan suatu pertandingan adu ayam.
Pada
waktu ditentukan, datanglah keenam kakaknya dengan ayam-ayam mereka yang siap
diadu.
Mereka
memasang taji pada ayamnya.
"biarlah ayamku bertanding tanpa taji," kata Mane Ikun.
Ayam
Mane Ikun sebenarnya adalah seekor elang.
Begitu
ayam kakanya dilepaskan, elang itu langsung menyambar leher ayam lawannya
sampai putus.
Ayam
itu mati dan dengan demikian Mane
Ikun memenangkan pertandingan itu.
Begitulah
terjadi sampai tujuh kali pertandingan.
Kakaknya
sudah mempertaruhkan segalanya sampai pada akhirnya mereka mempertaruhkan
orangtuanya.
Akhirnya
Mane IKun dapat berjumpa kembali dengan orang tuanya. Kepada orang tuanya ia
lalu memperkenalkan diri dan menyatakan bahwa ia adalah anak bungsu yang
dibuang oleh keenam saudaranya.
Orang
tuanya membawa pulang Mane Ikun ke rumah mereka yang terletak di antara
kaki Bukit Berebaba dan kaki Bukit
Kailaku.
Disana
ia berkebun dan menetap.
Cerita
ini mungkin suatu dongeng saja. Tetapi dengki dan iri hati terhadap orang yang
jujur dan berhasil seperti Mane
Ikun seringkali terjadi.
Namun
ketaatan dan kesetiaan dalam persahabatan mempermudah datangnya pertolongan
tepat pada waktunya.
Dan
akhirnya keberuntungan selalu menyerati orang yang tidak bersalah. (*)
Artikel
ini telah tayang di Tribunposkupangwiki.com dengan
judul Cerita Rakyat NTT : Mane Ikun Si Putera Bungsu dari Kabupaten Belu,