Paus Emeritus Benediktus XVI. Foto: Sven Hoppe/Pool via REUTERS |
Dalam permohonan maaf yang disampaikan pada Selasa
(8/2), Benediktus XVI merasakan malu dan kesedihan yang mendalam atas kekerasan
yang dialami para korban. Benediktus XVI menuturkan, kasus kekerasan seksual
tidak seharusnya diabaikan, tetapi diusut dengan tegas.
“Saya hanya dapat mengungkapkan pada semua korban
kekerasan seksual, rasa malu saya yang mendalam, kesedihan saya yang mendalam,
dan permintaan tulus saya yang mendalam untuk mendapat pengampunan,” tulis
Benediktus dalam sebuah surat yang diterbitkan oleh Vatikan, seperti dikutip dari Al-Jazeera.
Vatikan merilis surat permohonan maaf tersebut
bersamaan dengan adendum tiga halaman. Tanggapan Benediktus dipublikasikan
menyusul laporan kekerasan seksual yang terungkap pada bulan lalu. Laporan
tersebut berisi pengusutan kasus pelecehan seksual oleh para pastor pada
periode 1945 sampai 2019.
Meski bukan salah seorang pelaku pelecehan,
penyelidikan tersebut menuding keterlibatan Benediktus. Pasalnya, pria asal
Jerman itu diduga sengaja tidak memberhentikan empat pastor yang dituduh
melakukan pelecehan seksual terhadap anak-anak, saat dirinya menjabat sebagai
Uskup di Munich pada 1977 sampai 1982.
Untuk menanggapi laporan yang dirilis firma oleh
firma hukum Westpfahl Spilker Wastl (WSW) Benediktus XVI meminta bantuan
sejumlah pengacara. Lalu lewat surat resmi Paus emeritus itu mengakui
kelalaiannya.
“Saya memiliki tanggung jawab besar di Gereja
Katolik. Yang lebih besar lagi adalah rasa sakit saya atas kekerasan dan
kesalahan yang terjadi di tempat-tempat berbeda selama masa mandat saya,” ucap
Benedikus XVI.
Di dalam surat setebal satu setengah halaman itu,
Benediktus juga bertanya-tanya apakah ia harus berdoa untuk meminta pengampunan
atas tindak kekerasan seksual yang terjadi karena kesalahannya itu.
Ia tidak menjawab pertanyaannya sendiri, tetapi
mengatakan bahwa setidaknya ia tahu bahwa Tuhan maha pengampun. Menurutnya,
Tuhan akan menjadi pembuat keputusan terakhir dalam kesalahan apa pun yang
dibuatnya.
“Tidak lama lagi, saya akan menemukan diri saya di
hadapan hakim terakhir dalam hidup saya,” pungkas Benediktus.
***
Sumber: kumparan.com