Perang yang Tanpa Pemenang, Merebut Kehancuran

Perang yang Tanpa Pemenang, Merebut Kehancuran




Setapak Rai Numbei (Dalan Inuk Numbei)Dalam kisah perang yang pernah kita baca, tonton, dan dengarkan pasti kita mendengar tentang berbagai perang yang terjadi di daerah masing-masing, perang dalam tataran nasional, dan juga perang yang sangat menentukan tingkat global. Pastinya, kita pun mendengar bahwa perang tersebut selalu membawa kekalahan pada pihak satu dan kemenangan di pihak lainnya. Kemenangan yang terjadi tidak selalu ditentukan oleh kekuatan dan jumlah angkatan perang, tetapi oleh pemilihan strategi menghadapi kekuatan lawan. Selain itu, tentu pembacaan terhadap kelemahan lawan juga merupakan langkah awal pihak yang menang dalam memulai langkah.

Dalam kisah-kisah dunia, kita mengetahui berbagai perang yang terkenal di seantero jagad. Sebut saja Perang Salib dan Perang Dunia (PD), yang bahkan memiliki episode. Perang yang paling membekas dalam kenangan semua orang di dunia adalah PD I dan PD II, yang merupakan perang terbesar dan terhebat dalam sejarah kemiliteran serta berdampak hampir bagi seluruh negara di dunia. Sekarang pun kita dibayang-bayangi Perang Dunia III.


PD I: 50 Juta Jiwa Meninggal



Perang Dunia I menjadi salah satu bencana kemanusiaan terbesar [ertama dalam sejarah dunia. Perang ini dimulai pada 28 Juli 1914 – 11 November 1918. Negara-negara di dunia terbagi menjadi dua sekutu yang saling memusuhi dan mau menghancurkan satu sama lain.

Ada faktor umum dan faktor khusus yang menyebabkan terjadinya PD I. Faktor umum berupa persaingan dan konflik antarnegara di Eropa dan Kerajaan Rusia. Pada tahun 1910-1914, Jerman meningkatkan kinerja pertahanan dengan cara menaikkah anggaran pertahanan sebesar 73%. Jerman pada saat itu dibayang-bayangi Inggris, yang menguasai seperempat wilayah dunia waktu itu. Berbagai senjata dan perlengkapan militer dan pertahanan Jerman ditingkatkan secara drastis.

Kebutuhan atas senjata dan peralatan militer Jerman yang meningkat ini mendorong industri peralatan militer meningkat. Selain itu, negara-negara lain di Eropa juga tertular untuk menambah belanja senjata dan peralatan militer mereka. Negara-negara di Eropa pun bersiap-siap jika sewaktu-waktu perang pecah.

Atas situasi yang sudah dirasakan berpotensi ke arah perang, negara-negara Eropa kemudian  membuat aliansi-aliansi yang menjadi kubu bila perang terjadi. Saat itu, ada dua kubu yang saling berhadapan Triple Alliance atau Aliansi Tiga dan Triple Entente atau Entente Tiga.

Triple Alliance atau Aliansi Tiga dan Triple Entente atau Entente Tiga ini saling belawanan dalam PD I. Triple Alliance terdiri dari: Jerman, Austria-Hongaria, Turki, Usmani, dan Bulgaria. Lawannya adalah Triple Entente, yang mencakup Inggris, Prancis, Serbia, Rusia, Itali (setelah keluar dari Triple Alliance), Yunani, Portugal, Rumania, dan Amerika Serikat.

Sebenarnya, Triple Alliance merupakan persekutuan antara Kekaisaran Jerman, Austria-Hongaria, dan Italia sudah dibentuk sejak tahun 1882. Sedangkan Triple Entente terdiri dari Kekaisaran Rusia, Republik Ketiga Prancis, serta Kerajaan Inggris Raya dan Irlandia yang sudah terjalin sedari tahun 1894. Pada masa saat PD I, Italia ternyata memilih menyeberang ke Triple Entente. Posisi Italia di Triple Alliance kemudian digantikan oleh Kekaisaran Turki Usmani.

PD I akhirnya mulai meledak ketika faktor khusus penyebab perang terjadi. faktor khusus, terjadi karena terbunuhnya Putra Mahkota Austria-Hongaria yaitu Franz Ferdinand di Sarajevo, Bosnia oleh Gavrilo Princip dari Serbia pada 28 Juni 1914. Peristiwa ini semakin memanas apalagi ultimatum yang dikirim oleh Austria-Hongaria mengirim tidak dijawab dengan baik oleh Serbia.

Peristiwa ini mengakibatkan terjadi manuver diplomatik antara Austria-Hongaria, Jerman, Rusia, Perancis dan Britania Raya yang dikenal sebagai krisis Juli. Karena itu, Austria-Hongaria mendeklarasikan perang melawan Serbia pada 28 Juli 1914. Austria-Hongaria bersama Triple Alliance melaksanakan serangan ke Belgia yang terikat perjanjian dengan Prancis serta Inggris.

Hal ini memicu Prancis dan Inggris akhirnya harus mau ikut serta dalam perang. Tahun 1915, Italia membelot ke Triple Entente dan meninggalkan Triple Alliance karena dijanjikan mendapat wilayah Dalmatia yang kala itu diduduki Austria-Hongaria. Setelah itu, Turki Usmani memutuskan untuk bergabung bersama Triple Alliance karena merasa punya musuh yang sama, yakni Rusia.

Tidak hanya negara Eropa yang terlibat dalam PD I, tetapi juga Amerika Serikat. Amerika terlibat sebagai kecaman terhadap tragedi tenggelamnya Kapal Lusitania pada 1915 yang di dalamnya terdapat warga negaranya. Kapal tersebut ternyata tenggelam akibat ulah serangan Jerman.

Amerika Serikat kemudian bergabung dengan Triple Entente. Pada tahun 1917, Rusia menarik diri dari perang. Padahal, perang masih berlangsung.

Tahun 1918, Rusia Rusia lepas tangan dari PD I sebagaimana perjanjian Brest-Litovsk. Pada 1918, terjadi “Serangan Seratus Hari” yang diluncurkan kubu Triple Entente. Garis pertahanan Jerman di Front Barat mendapatkan serangan hebat. Jerman pun akhirnya Jerman menyerah. Pernyataan mengakui kekalahan ini akhirnya diikuti oleh negara-negara lain yang tergabung di Triple Alliance. Berturut-turut, Bulgaria, Turki Usmani, dan Austria-Hongaria mengibarkan bendera putih. Perang Dunia I pun resmi berhenti tanggal 11 November 1918. PD I ini telah menyebabkan sebanya 50 juta jiwa meninggal dunia.

Selain banyaknya korban jiwa, PD I ini menyebabkan 4 dinasti kekaisaran besar di Jerman, Rusia, Austria-Hongaria, dan Turki runtuh. Jerman, Austria dan Turki menjadi negara republik dan kekuasaan wilayahnya semakin menyempit. Selain itu, juga mengakibatkan Revolusi Bolshevik di Rusia dan ketidakstabilan masyarakat Eropa. Maka, negara-negara baru pun muncul, seperti Polandia, Cekoslovakia, Yugoslavia, Hongaria, Irak, Iran, Yordania, Mesir, Arab Saudi dan Suriah.

Pesatnya industri dan persaingan antarnegara pada waktu itu menyebabkan kedudukan buruh dan wanita semakin penting. Di Eropa pada waktu itu gerakan emansipasi wanita bermunculan.

Dari segi ekonomi, PD I menyebabkan kemiskinan akibat rusaknya perindustrian dan banyaknya orang yang meninggal. Padahal, negara-negara memiliki hutang yang meunumpuk akibat biaya perang. Pengaruh PD I ini secara ekonomi berlanjut dan mengakibatkan terjadinya krisis ekonomi Malaise pada 1929 yang melanda dunia.

Atas berbagai ketidakstabilan dan khaos yang terjadi membuat negara-negara memikirkan ulang ideologi yang mereka anut. Setelah PD I ini, ideologi baru muncul di berbagai negara. Ideologi Fasisme dianut Italia, komunisme oleh Rusia, militerisme oleh Jepang, nazisme oleh Jerman serta nasionalisme di Turki. PD I juga menjadi serta menjadi dasar Perang Dunia II yang terjadi beberapa tahun setelahnya.

Karena kehancuran dan penderitaan yang dialami oleh umat manusia akibat PD I ini, maka kemudian dibentuklah sebuah wadah yang memungkinkan kepentingan negara-negara dipertemukan dan perdamaian dunia ditegakkan. Pada tahun 1919, kemudian dibentuk Liga Bangsa-Bangsa, untuk mewujudkan perdamaian antarbangsa dan negara, yang menjadi cikal bakal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).


PD II: Sekutu vs Poros yang Uji Jago



PD II berlangsung mulai tahun 1939-1945. Sejarah konflik ini melibatkan sejumlah belasan negara. Pertempuran dua blok, Sekutu dan Poros, Sebanyak 55 juta orang yang menjadi korban PD II ini. PD II mempertemukan dua aliansi negara, yaitu aliansi Sekutu melawan Poros. Aliansi Sekutu meliputi Amerika Serikat, Uni Soviet, Inggris, China, Prancis, Belanda, Polandia dan Australia. Sedangkan aliansi Poros meliputi Jerman, Jepang, Italia, Hongaria, Rumania dan Bulgaria, secara garis besar ada dua front dalam Perang Dunia II.

Jumlah total orang yang bertugas di pasukan bersenjata selama perang diperkirakan 92 juta orang. Angka-angka dari beberapa negara yaitu Uni Soviet 22 juta orang, Jerman 17 juta orang, Amerika Serikat 14 juta, dan Inggris 12 juta orang. Pada tahun 1943, puncak pekerjaan perang di Amerika Serikat bertambah 12.601.000 orang bekerja di industri perang dasar. Di negara lain sebagian besar pekerja bekerja untuk perang.

Ada beberapa penyebab yang menjadi faktor yang mengawali PD II.  LBB yang dibangun setelah PD I, gagal menciptakan perdamaian dunia, karena organisasi ini dijadikan alat politik negara-negara besar dalam mencari keuntungan. LBB pun menjadi tidak berdaya ketika negara-negara besar berbuat semaunya. LBB tidak bisa berbuat banyak ketika negara maju saling berkompetisi untuk menguatkan pangkalan militer dan senjata.

Ketakutan akan terjadinya perang ternyata masih menghinggapi negara-negara di dunia. Karena itu, negara-negara bergabung dalam aliansi yang menghasilkan dua blok besa, Sekutu dan Poros.

PD II pun segera dimulai ketika Jerman di bawah pimpinan Adolf Hitler ke Kota Dansig, Polandia, pada 1 September 1939. Hitler ingin merebut Dansig karena Hitler mengklaim penduduk Dansig merupakan bangsa Jerman. Tetapi, Polandia membantah klaim tersebut.

Dua hari kemudian, tepatnya pada tanggal 3 September 1939 negara-negara pendukung LBB terutama Inggris dan Prancis mengumumkan perang pada Jerman. Pasukan Jerman menginvasi Eropa barat pada musim semi tahun 1940. Uni Soviet dan Italia kemudian bergabung dengan Jerman membentuk aliansi Poros untuk menginvansi negara-negara di Eropa.

Sekutu, yang meliputi Inggris Raya, Perancis, dan Polandia memiliki kekuatan yang sangat besar dalam hal industri pertahanan, penduduk, dan kekuatan militer. Meski demikian, tantara Jerman (Wehrmacht) merupakan pasukan yang paling efisien dan efektif di dunia karena militansi, doktrin, kedisiplinen, dan semangat tempur yang sangat tinggi

Dari tanggal 10 Juli-31 Oktober 1940, Nazi Jerman terlibat dalam perang udara di langit Inggris dan akhirnya kalah. Perang ini disebut Pertempuran Britania.

Setelah mengamankan wilayah Balkan dengan menginvasi Yugoslavia dan Yunani pada tanggal 6 April 1941, pasukan Jerman dan para sekutunya menginvasi Uni Soviet pada tanggal 22 Juni 1941, dan ini berarti melanggar secara langsung Pakta Jerman-Soviet. Pada bulan Juni dan Juli 1941, Jerman juga menduduki negara -negara Baltik. Pemimpin Soviet Joseph Stalin kemudian menjadi pemimpin utama Sekutu pada masa perang untuk melawan Jerman Nazi dan sekutu blok Porosnya.

Selama musim panas dan musim gugur tahun 1941, pasukan Jerman semakin merangsek masuk ke Uni Soviet. Pada tanggal 6 Desember 1941, pasukan Soviet melancarkan serangan balasan hebat. Keesokan harinya, pada tanggal 7 Desember 1941, Jepang (salah satu kekuatan blok Poros) mengebom Pearl Harbor, Hawaii, sehingga menyebabkan Amerika Serikat terjun ke dalam kancah peperangan dan bersekutu dengan Inggris Raya dan Uni Soviet.

Pada bulan Mei 1942, Angkatan Udara Kerajaan Inggris menyerang kota Cologne di Jerman dengan ribuan pesawat pengebom, dan untuk pertama kalinya membuat penduduk Jerman ikut merasakan perang ini. Selama tiga tahun berikutnya, angkatan udara Sekutu secara sistematis mengebom pabrik industri dan kota-kota di seluruh Reich, sehingga pada tahun 1945 kota-kota di Jerman hanya tinggal reruntuhan.

Di front timur, selama musim panas tahun 1942, Jerman dan blok Porosnya kembali menyerang Uni Soviet, dengan tujuan merebut Stalingrad di Sungai Volga, serta kota Baku dan ladang minyak Kaukasia. Serangan Jerman terhenti di kedua medan perang tersebut pada akhir musim panas 1942. Pada bulan November, pasukan Soviet melancarkan serangan balasan di Stalingrad dan pada tanggal 2 Februari 1943, Angkatan Darat Keenam Jerman menyerah kepada tentara Soviet. Pasukan Jerman melancarkan satu serangan lagi di Kursk pada bulan Juli 1943, yang merupakan pertempuran tank terbesar dalam sejarah, tetapi pasukan Soviet menundukkan serangan itu dan memegang dominasi militer yang terus dipertahankan selama masa peperangan.

Pada bulan Juli 1943, pasukan Sekutu mendarat di Sisilia dan pada bulan September merapat di pantai daratan utama Italia. Setelah Dewan Agung Partai Fasis Italia melepaskan jabatan perdana menteri Italia Benito Mussolini (sekutu Hitler), militer Italia mengambil alih dan melakukan negosiasi untuk menyerah kepada pasukan Anglo-Amerika pada tanggal 8 September. Pasukan Jerman yang ditugaskan di Italia merebut kendali atas separuh dari wilayah peninsula bagian utara, dan terus melanjutkan perlawanan. Mussolini, yang telah ditangkap oleh pihak militer Italia, diselamatkan oleh komando SS Jerman pada bulan September dan mendirikan rezim boneka neo-Fasis (di bawah pengawasan Jerman) di Italia utara. Pasukan Jerman terus menguasai Italia utara hingga menyerah pada tanggal 2 Mei 1945.

Pada tanggal 6 Juni 1944 (Hari-H), sebagai bagian dari operasi militer besar-besaran, lebih dari 150.000 tentara Sekutu mendarat di Prancis, dan Prancis dibebaskan pada akhir Agustus. Pada tanggal 11 September 1944, pasukan A.S. pertama menyeberang masuk ke Jerman, sebulan setelah pasukan Soviet melintasi perbatasan timur. Pada pertengahan Desember, Jerman melancarkan serangan balasan di Belgia dan Prancis utara yang dikenal sebagai Pertempuran Bulge, namun gagal. Angkatan udara Sekutu menyerang pabrik-pabrik industri Nazi, seperti pabrik yang berada di kamp Auschwitz (meskipun begitu, kamar gas tak pernah dijadikan sasaran).

Pasukan Soviet memulai serangan pada tanggal 12 Januari 1945 dan membebaskan Polandia barat sehingga memaksa Hungaria (sekutu blok Poros) menyerah. Pada pertengahan Februari 1945, Sekutu mengebom kota Dresden di Jerman, membunuh sekitar 35.000 orang warga sipil. Pasukan Amerika menyeberangi Sungai Rhine pada tanggal 7 Maret 1945. Serangan terakhir Soviet pada tanggal 16 April 1945, memungkinkan pasukan Soviet mengepung ibu kota Jerman, Berlin. Di saat pasukan Soviet bertempur untuk merangsek masuk ke Kekanseliran Reich, Hitler bunuh diri pada tanggal 30 April 1945. Pada tanggal 7 Mei 1945, Jerman menyerah tanpa syarat kepada pasukan Sekutu Barat di Reims dan pada tanggal 9 Mei kepada Soviet di Berlin. Pada bulan Agustus, perang di Pasifik berakhir setelah A.S. menjatuhkan bom atom di dua kota Jepang, Hiroshima dan Nagasaki, membunuh 120.000 orang warga sipil. Jepang menyerah secara resmi pada tanggal 2 September 1945.

Negeri-negeri dengan jumlah kehilangan penduduk sipil terbesar, ialah: Uni soviet sebanyak 7 juta jiwa; Polandia 5,7 juta jiwa; China 2,2 juta jiwa; Yugoslavia 1,2 juta jiwa; Jerman 780.000 jiwa; Jepang 672.000 jiwa. Lebih dari 12 juta orang tidak memiliki rumah. Bagi berjuta-juta orang, penderitaan dan kesulitan akibat Perang Dunia II terus berlanjut. Kerugian militer sekuruhnya lebih dari 1 trilliun dollar. Kerugian harta benda diperkirakan nyaris sebanyak 800 miliar dollar. Perang di laut menelan korban 4.770 kapal niaga. Hal ini sama dengan 27 persen dari seluruh kapal digunakan untuk perang Bidang. Pengeluaran perang tidak berhenti, meski perang sudah berhenti. Biaya perawatan terhadap orang cacat, pensiun, dan pengeluaran lain terus berjalan. Di Amerika Serikat uang dihabiskan untuk pemulihan Perserikatan Bangsa-Bangsa, penduduk negeri-negeri asing, dan tunjangan veteran menaikkan biaya roral 30 miliar dollar.

Potensi PD III: Adidaya Rusia yang Tanpa Takut

Sebagai dunia yang tidak bisa dilepaskan dari media sosial, keyword yang viral bisa menjadi tanda sesuatu hal sedang terjadi. Seperti ketika invasi Rusia atas Ukraina pada hari Kamis, 24 Februari 2022, cuitan PD Twitter. Keyword World War 3 terdapat 80,8 ribu cuitan dan WWIII menjadi 77,3 ribu cuitan.

Persaingan antara Uni Eropa dan NATO (North Atlantic Treaty Organization) atau Pakta Pertahanan Atlantik Utara dan Rusia berusaha untuk merebut Ukraina. Presiden Rusia Vladimir Putin secara resmi mengumumkan operasi militer di wilayah Donbas, Ukraina bagian timur pada Kamis (24/2/2022). Itu dilakukannya dalam rangka merebut pengaruh Rusia ke Ukraina yang cenderung ke NATO.

Putin telah berulang kali mengklaim bahwa Rusia dan Ukraina adalah “satu”, bagian dari “peradaban Rusia” yang juga mencakup negara tetangga Belarusia. Sebab, sebelum tahun 1990, Rusia dan Ukraina bersatu dalam negara federasi bernama Uni Soviet. Tetapi, Ukraina menolak klaim Putin tersebut. Ukraina mengalami dua revolusi pada 2005 dan 2014. Ukraina dan Belarusia menolak supremasi Rusia dan mencari jalan untuk bergabung dengan NATO.

Putin pun sangat marah dengan kemungkinan adanya pangkalan NATO di perbatasannya jika Ukraina bergabung dengan aliansi tersebut. Sebab, NATO adalah aliansi militer yang didirikan lantaran persaingan blok Barat dengan Uni Soviet dan sekutunya pasca-Perang Dunia II. 

Selain itu, penyebab Rusia dan Ukraina perang juga terjadi sejak 2014 silam. Saat itu, Ukraina menggulingkan presidennya yang pro-Rusia, Viktor Yanukovych. Campur tangan Rusia atas permasalahan Ukraina didasarkan pada kepentingan politik dan ekonomi. Letak geopolitik Krimea yang strategis ingin dimanfaatkan Rusia untuk memperkuat pengaruh di kawasan Eropa Timur dan Timur Tengah.

Inggris, Jerman, Perancis, dan Amerika Serikat memberikan hukuman kepada Rusia. embekuan aset pada banyak bank dan pengusaha Rusia, penghentian penggalangan dana di luar negeri, pembekuan proyek pipa gas senilai 11 miliar dollar AS ke Jerman dan membatasi akses ke barang-barang berteknologi tinggi. Sanksi tersebut dapat melumpuhkan kehidupan di Rusia.

Namun,Rusia mengklaim bahwa negara tersebut tidak membutuhkan hubungan diplomatic dengan Barat. Artinya, Rusia akan tetap berusaha invasi ke Ukraina. Ekonomi Ukraina dari minyak dan gas juga merupakan kekayaan yang sangat besar dan mendorong Rusia melakukan invasi ke sana.

Dengan kekuatan besar yang dimiliki Rusia dapat menyebabkan dia sangat unggul dalam perang ini, bahkan bisa siap untuk berperang dengan pihak NATO. Rusia memiliki 900.000 tentara aktif dan 2 juta tentara cadangan, 74 kapal perang, 51 kapal selam, 13.367 tank, dan 1.511 pesawat tempur. Kekuatan Rusia tersebut sangat jauh dari yang dimiliki Ukraina. Meski demikian, Ukraina akan mendapatkan bantuan militer dan persenjataan dari NATO.

Rusia sangat berusaha agar Ukraina tidak masuk ke NATO. Maka NATO juga tidak segera bertindak dengan mengirim tantara dan senjata ke Ukraina untuk melawan Rusia, karena khawatir PD III akan mulai. Bersama NATO, sudah ada lebih dari 80 negara yang mendukung draf resolusi PBB untuk mengakhiri agresi Rusia terhadap Ukraina, di antaranya Australia, Belgia, Belanda, Kanada, Amerika Serikat, Turki, dan Singapura. Usaha tersebut sekaligus untuk mencegah PD III.

Sanksi yang diberikan kepada Rusia bisa berefek global. Seperti, adanya pengungsian, kelaparan, dan naiknya harga komoditi. Produksi minyak Rusia mencapai 10 juta barel per hari. Jika minyak Rusia tidak ada di pasaran, maka lonjakan harga tidak dapat dihindari. Indonesia sebagai salah satu negara pengimpor minyak terbesar di dunia diperkirakan akan mengalami dampak yang berat jika sanksi dunia kepada Rusia sangat keras.

Sampai hari ke-4 invansi Rusia ke Ukraina sudah ada 64 warga sipil tewas, 160.000 mengungsi ke wilayah lain di dalam negeri, dan lebih dari 116.000 orang mengungsi ke negara-negara tetangga. Tentu saja, kerusakan dan korban masih akan bertambah selama operasi militer Rusia di Ukraina berlanjut. Akibat yang buruk itu akan semakin buruk jika perang ini menjadi PD III.


Hanya Ada Kalah dalam Perang

Semua perang yang terjadi di dunia menyimpan cerita kekalahan di dalam dirinya. Perang tersebut telah menjadi cara paling cepat memusnahkan nyawa banyak orang, memusnahkan berbagai harapan dan cita-cita juta orang dan anak-anak yang ditinggal oleh para tantara yang meninggal, penderitaan bagi dunia, dan sederet efek buruk lainnya.

Apalagi di saat seperti sekarang ini di mana negara-negara di dunia sedang berusaha untuk pulih dari pandemi Covid-19. Tentu, jika perang dunia ketiga terjadi, maka dunia akan semakin lapar, menderita, dan kehilangan harapan. Kita semua tidak mau hal itu terjadi.

Perang seperti merebut kehancuran. Tidak ada pemenang di dalamnya karena semua pihak pasti alami kehancuran. Banyak orang dan harta benda yang hancur akibat peperangan. Perang menjadi cara manusia untuk memperlihatkan kebinatangannya yang liar dan tak kenal belas kasihan.

Padahal dunia sekarang sedang merangkak setelah pandemi. Jika PD III terjadi, maka negara-negara di dunia hanya akan jatuh dan tak akan pernah mampu berjalan, apalagi berlari lebih jauh. Dunia akan kehilangan gerakannya dan mungkin menjadi pincang, tak tahu bagaimana berlangkah setelah jatuh ketika merangkak. Karenanya, kita semua pasti setuju, perang itu harus dihindarkan sejauh mungkin.

Sumber:

1.           https://www.kelaspintar.id/blog/tips-pintar/latar-belakang-dan-dampak-perang-dunia-i-9591/

2.           https://tirto.id/sejarah-perang-dunia-i-penyebab-dan-daftar-negara-yang-terlibat-glHp

3.           https://international.sindonews.com/read/607575/41/penyebab-perang-dunia-i-dan-runtuhnya-4-dinasti-kekaisaran-besar-1637647909

4.     https://www.kompas.com/skola/read/2020/10/26/123457769/dampak-perang-dunia-i-di-berbagai-bidang

5.           https://encyclopedia.ushmm.org/content/id/article/world-war-ii-in-europe-abridged-article

6.           https://tirto.id/sejarah-perang-dunia-ii-penyebab-dan-negara-yang-terlibat-gmHT

7.           https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5957299/flashback-perang-dunia-ii-penyebab-dan-dampak-bagi-indonesia

8.           https://www.britannica.com/event/World-War-II/Forces-and-resources-of-the-European-combatants-1939

9. https://www.kompas.com/skola/read/2020/07/14/170000969/akibat-perang-dunia-ii?page=all#page2

10. https://www.liputan6.com/tekno/read/4896095/rusia-serang-ukraina-keyword-putin-dan-world-war-3-trending-topic-di-twitter

11. https://internasional.kontan.co.id/news/apa-penyebab-rusia-serang-ukraina

12. https://www.kompas.com/global/read/2022/02/26/221500870/mantan-presiden-rusia-sebut-moskwa-tak-lagi-butuh-hubungan-diplomatik

13. https://www.beritasatu.com/dunia/895037/ue-beberkan-sanksi-yang-bakal-lumpuhkan-rusia

14. https://ekonomi.bisnis.com/read/20220227/9/1505318/ini-dampaknya-ke-ekonomi-jika-konflik-rusia-ukraina-berkepanjangan

15. https://www.kompas.com/tren/read/2022/02/27/060000565/perbandingan-kekuatan-militer-rusia-vs-ukraina–tentara-hingga-tank?page=all

16. https://www.cnbcindonesia.com/news/20220227083856-4-318746/ri-tak-masuk-daftar-negara-pbb-yang-kecam-rusia-kok-bisa

17. https://www.sinarharapan.co/ekonomi/read/58924/pbb__240_warga_sipil_di_ukraina_jadi_korban__64_tewas

18. Narasi TV.


***

Catatan: Artikel ini diambil dari https://lino.uno, dengan Judul "Perang yang Tanpa Pemenang, Merebut Kehancuran"




 

Suara Numbei

Setapak Rai Numbei adalah sebuah situs online yang berisi berita, artikel dan opini. Menciptakan perusahaan media massa yang profesional dan terpercaya untuk membangun masyarakat yang lebih cerdas dan bijaksana dalam memahami dan menyikapi segala bentuk informasi dan perkembangan teknologi.

Posting Komentar

Silahkan berkomentar hindari isu SARA

Lebih baru Lebih lama