Pasukan Rusia di lapangan tembak Kadamovskiy di wilayah Rostov di Rusia selatan. Foto: AP Photo |
Salah satu pejabat
paling senior AS di Moskow ini meninggalkan Rusia pekan lalu. Tidak diketahui
mengapa pengumuman soal pengusiran Gorman baru dikabarkan beberapa hari
setelahnya.
Kemlu AS geram dengan
tindakan Rusia dan menyebutnya tidak beralasan.
“Tindakan Rusia
terhadap DCM (Wakil Kepala Perwakilan, Deputy
Chief of Mission) kami tidak beralasan dan kami menganggap ini sebagai
langkah eskalasi situasi dan tengah menimbang respons dari kami,” ujar juru
bicara Kemlu, sebagaimana dikutip dari Reuters.
Tidak diketahui apa
alasan pengusiran Gorman oleh Moskow. Tetapi, tindakan ini diambil di tengah
memanasnya konflik Rusia dan Ukraina yang didukung oleh AS serta Barat.
Pada Desember 2021,
Moskow mengatakan para staf Kedutaan Besar AS di Rusia yang masa tugasnya sudah
melebihi tiga tahun, harus kembali ke Tanah Airnya.
Menurut jubir Kemlu AS,
Gorman masih memiliki visa yang valid. Masa tugas Gorman pun belum mencapai
tiga tahun.
“Kami menyerukan kepada
Rusia untuk mengakhiri pengusiran diplomat dan staf AS tanpa alasan, dan
bekerja secara produktif untuk membangun kembali misi-misi kita,” tegas jubir
Kemlu AS.
“Saat ini, sangat
penting bagi kedua negara untuk memiliki personel diplomatik di lokasi untuk
bisa memfasilitasi komunikasi antara Pemerintahan kita,” imbuh dia.
Sebelum menjadi Wakil
Kepala Perwakilan AS di Moskow, Gorman pernah menjabat sebagai wakil asisten
Menlu AS dan Asisten Direktur Analisis dan Investigasi Ancaman.
Menurut biografi Gorman
di situs resmi Kemlu AS, ia pernah menjabat sebagai personel keamanan kawasan
di Badan Keamanan Diplomatik AS di Irak, Yordania, dan China.
Tensi antara Rusia dan
Ukraina terus meningkat beberapa waktu belakangan ini. Akibat pengerahan lebih
dari 150.000 pasukan Rusia ke dekat perbatasan Ukraina, AS dan Barat terus
menuding Moskow akan melakukan invasi.
Kremlin menyanggah
tuduhan akan menginvasi Ukraina. Menurut mereka, pengerahan pasukan ke wilayah
tersebut semata-mata untuk menjalankan latihan militer. Contohnya di
Krimea—wilayah Ukraina yang diduduki Rusia sejak 2014—pasukan Rusia
menyelenggarakan latihan militer berupa war games (latihan perang).
Rusia juga mengumumkan
penarikan sebagian pasukannya dari dekat perbatasan pada Selasa (15/2) lalu.
Pada Kamis (17/2), mereka juga mengumumkan pasukannya di Krimea saat ini
bergerak mundur untuk kembali ke markas tetapnya.
Tetapi, Ukraina, AS,
dan Barat menyebut tidak melihat bukti penarikan pasukan tersebut. Bahkan, AS
dan Barat memperingatkan Rusia justru mengerahkan pasukan tambahan hingga 7.000
tentara.
***
Sumber: kumparan.com