Alasan Rusia ingin menyerang Ukraina. (REUTERS/SERGEY PIVOVAROV) |
Presiden Rusia Vladimir Putin juga menyebut Rusia tak ingin perang dan hanya ingin negoisasi.
Meski Rusia dilaporkan telah menarik sebagian pasukannya di dekat Ukraina,
namun sejumlah pihak termasuk Amerika Serikat tak percaya Moskow
menarik mundur personelnya di perbatasan. Washington bahkan mewanti-wanti
kemungkinan ancaman invasi Rusia ke Ukraina masih ada.
Menurut Presiden Joe Biden, AS masih belum memiliki bukti
terverifikasi jika Rusia benar-benar telah menarik mundur pasukan mereka
menjauhi Ukraina.
Jadi kenapa Rusia ingin menyerang Ukraina?
Konflik di perbatasan Ukraina belakangan ini tengah memanas usai Rusia
mengerahkan ratusan ribu personel militer ke wilayah perbatasan. Moskow
mengerahkan tentaranya lantaran takut Kiev akan bergabung dengan Pakta
Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Bergabungnya Ukraina dengan
NATO dinilai Rusia bisa mengancam eksistensi mereka. Pasalnya
Ukraina berbatasan langsung dengan Rusia.
Sementara Amerika Serikat menuding penempatan pasukan Rusia di perbatasan
ini sebagai bentuk rencana invasi. Namun, Moskow membantah. Seiring eskalasi
yang terus meningkat sejumlah negara menggelar negosiasi tapi tak menghasilkan
apa pun.
Setelah Uni Soviet Runtuh, NATO memperluas pengaruhnya ke wilayah Eropa
timur.
Mereka kemudian berhasil merekrut negara-negara Eropa yang pernah berada di
lingkungan komunis. Seperti misalnya, Lituania, Latvia dan Estonia kemudian ada
Polandia dan Rumania.
Keberhasilan itu semakin membuat NATO percaya diri untuk terus memperluas
pergerakan mendekati Rusia. Diketahui blok ini diciptakan untuk melawan Uni
Soviet.
Hingga pada 2008, mereka berencana merekrut Ukraina, meskipun beberapa pihak
menilai itu prospek yang terlalu jauh.
Putin menyebut ekspansi NATO sebagai ancaman. Selain itu prospek Ukraina
yang akan bergabung dengan blok tersebut juga dinilai mengancam eksistensi
negaranya.
Putin terus menegaskan Ukraina dan Belarus bagian dari Rusia secara budaya dan
sejarah. Dia bahkan memegang kendali besar atas Belarus dan terus melakukan
pembicaraan soal reunifikasi yang sudah berlangsung selama bertahun-tahun.
Namun konflik dengan Ukraina meletus pada awal 2014 yang memicu hubungan
Timur-Barat memburuk. Ketika itu, protes massal terjadi di Ukraina, dan
presiden yang bersekutu dengan Putin disingkirkan.
Rusia kemudian dengan cepat menginvasi dan mencaplok Crimea, wilayah perbatasan
Ukraina. Moskow juga mendukung kelompok separatis yang ada di Donbas.
Pada 2015, kedua negara sepakat gencatan senjata di Donbas, Ukraina. Namun,
kedua belah pihak saling menuduh melanggar perjanjian dan tak sepenuhnya
melaksanakan kesepakatan itu.
Selama memimpin Rusia, Putin disebut sangat menjaga dan ingin menarik Ukraina
ke orbit Rusia.
Namun, muncul spekulasi sejauh mana Rusia siap melakukannya meski biaya yang
ditanggung tinggi, dan mendapati Ukraina yang lunak tapi tetap terpisah dari
Moskow.
Rusia menuntut agar Ukraina tak bergabung dengan NATO, meminta blok ini menarik
pasukan di negara-negara Eropa Timur, dan meminta gencatan senjata 2015 di
Ukraina bisa dilaksanakan.
Barat tak bisa memenuhi tuntutan pertama, mereka menawarkan hal lain bahkan
mengancam sanksi. Khusus soal sanksi, jika Rusia menduduki Ukraina.
INFOGRAFIS: 3 Titik Rusia Berpotensi Serbu Ukraina |
Para pengamat di Rusia juga menilai Moskow tak akan melancarkan perang. Mereka hanya ingin menghukum Ukraina dan menuntut agar keinginannya dipenuhi.
***
Sumber: https://www.cnnindonesia.com