Beberapa diantaranya ternyata muncul dari lingkungan
BUMN. Perusahaan plat merah yang dalam sekian lama dicap sebagai institusi
bisnis dengan karakter kolot dan kurang kompetitif.
Seperti Muhammad Fajrin Rasyid dan Maya Watono.
Keduanya baru saja masuk dalam daftar Fortune Top 40 Indonesia.
Selain dikenal sebagai Co-Founder Bukalapak,
Muhammad Fajrin merupakan Direktur Bisnis Digital PT Telkom. Usianya baru 34
tahun ketika masuk perusahaan telekomunikasi terbedar di Indonesia ini. Meski
begitu, anak muda kelahiran Jakarta ini sukses menyulap Bukalapak menjadi
perusahaan rintisan berstatus unicorn di tahun 2017.
Lulus dari Harvard, Fajrin sempat menjadi konsultan
di Boston Consulting Group (BSC). Tapi ia keluar tahun 2011 untuk membantu
rekan kuliahnya di ITB, Ahmad Zaky mengelola bisnis Bukalapak.
Selama 7 tahun, Fajrin berpeluh keringat merombak
sistem pembayaran Bukalapak. Saat itu, banyak e-Comerce suka bermasalah dengan
sistem pembayaran. Alih-alih banyak penipuan.
Fajrin, Zaky, dan seorang temannya di ITB akhirnya
menemukan ide membuat sistem pembayaran yang bisa menjamin keamanan
bertransaksi. Tak lama setelah itu, Bukalapak maju pesat. Lalu sukses jadi
perusahaan rintisan berstatus unicorn. Fajrin lantas didapuk jadi Presiden
Bukalapak.
Mengabdi pada
Negara
Setelah berhasil membawa Bukalapak ke puncak
kesuksesan, Fajrin ditawari bergabung dengan PT Telkom. Fajrin pun menerima
tawaran itu, karena merasa punya kesempatan mengabdi kepada negara.
Fajrin bertekad mengubah wajah bisnis PT Telkom
Indonesia. Ia ingin berkontribusi mewujudkan terciptanya transformasi digital
pada segala aspek kehidupan masyarakat Indonesia.
Lewat tangan dinginnya, kini PT Telkom memiliki
sebuah brand baru bernama Leap-Telkom Digital. Leap merupakan wajah baru
sekaligus tenda besar beragam produk dan layanan digital Telkom. Tujuannya
satu, mengakselerasi digitalisasi masyarakat Indonesia.
Leap juga merupakan inovator digital yang
menghadirkan berbagai solusi dan produk transformatif. Ada banyak produk
digital unggulan yang sudah siap diluncurkan. Seperti PaDi UMKM, BigBox,
MySooltan, Agree, Logee, Pijar dan produk digital lainnya.
Seperti Fajrin, Maya Watono juga muda usia namun
punya segudang pengalaman dan seabreg prestasi. Maya merupakan anak dari
pemilik perusahaan biro iklan ternama di Indoneisa, Dwi Sapta Group. Seorang
juru foto yang sukses jadi raja iklan selama 35 tahun. Dialah Adji Watono.
Pada 2006, Adji Watono merintis MainAd dan
menyerahkan kepemimpinanya kepada anaknya Maya. Inilah karir pertama Maya,
setelah lulus dari Universitas of Western Australia. Tak dinyana, wanita
kelahiran 12 Mei 1982 ini berhasil membuat MainAd tumbuh pesat.
Tiga tahun kemudian, karena dianggap sukses
menangani MainAd, Maya diminta memimpin perusahaan lainnya, DSP Media. Di bawah
kepemimpinannya, DSP media tumbuh 5 kali lipat.
Karena selalu moncer ketika dipercaya memegang perusahaan,
Maya pun didaulat menduduki jabatan puncak di Dwi Sapta Group. Momen itu
berbarengan dengan merger Dwi Sapta dan Dentsu Aegis Network. Inilah merger
terbesar sepanjang sejarah periklanan dalam negeri.
Situasi ini membuat Maya dengan mudah membuat Dentsu
Indonesia dikenal di kancah periklanan internasional. Maya berhasil membuat
perusahaan tersebut tumbuh belipat lipat. Berkat prestasinya, Maya mendapat
banyak penghargaan.
Setelah sukses memimpin perusahaan biro iklan
ternama, tiba-tiba datang tawaran untuk bergabung dengan perusahaan BUMN. Maya
diminta menempati posisi Direktur Marketing PT Aviasi Pariwisata Indonesia atau
InJourney.
Karena merasa sudah mencapai segalanya, Maya
menerima tawaran itu. Pikirnya, itu saat tepat untuk mengabdi pada negara.
Penunjukan Maya Watono sebagai bagian dari direksi
InJourney ternyata memberi dampak positif. Tak butuh lama bagi Maya untuk
melakukan penyesuaian. Di 100 hari pertamanya, Maya langsung tancap gas dan
ikut melakukan perubahan besar. Rebranding TMII adalah salah satu dari sekian
karyanya.
Masih segar dalam ingatan, heboh dan viralnya even
test Pramusim MotoGP 2022 kemarin di Mandalika. Ternyata, Maya Watono menjadi
bagian dari event itu. Keindahan Sirkuit Mandalika yang bakal menjadi lokasi penyelenggaraan
MotoGP 2022 ini sukses membuat para pebalap dan penggemarnya di seluruh dunia
takjub.
Banyak orang percaya, termasuk saya, Maya Watono
bakal membuat banyak terobosan. Memajukan pariwisata Indonesia.
Flynn Effect
Ada banyak alasan kenapa Menteri BUMN Erick Thohir
berani mendapuk banyak talenta muda untuk menempati posisi puncak di sejumlah
perusahaan di bawahnya. Namun yang paling penting bagi ET, anak muda bisa
menjadi penggerak transformasi yang dibuatnya.
Erick Thohir sangat yakin, jika anak muda bisa jadi
motor penggerak bagi transformasi yang tengah digulirkannnya. Baik secara
historis maupun saintis, hampir tidak ada yang menolak hipotesa ini.
Secara historis, kemerdekaan Indonesia adalah buah
karya dari anak-anam muda di negeri ini. Meski kita juga tak boleh melupakan
peran penting generasi di atasnya.
Sementara dari saintis, ada banyak hasil penelitian
yang membuktikan peran penting anak muda bagi kemajuan. Salah satunya yang
ditemukan James Flynn, seorang profesor emeretus bidang politik asal Selandia
Baru.
Menurut Flynn, IQ manusia rata-rata bertambah 3 poin
setiap satu dekade. Penyebabnya, bisa beragam. Mulai dari berkurangnya tingkat
penyakit, hingga sistem belajar yang lebih baik. Itulah mengapa anak muda selalu
lebih pintar dari para pendahulunya. Inilah Flynn Effect.
Tak heran jika Bung Karno menyebut, “1000 orangtua
bisa bermimpi, namun satu orang pemuda bisa mengubah dunia.” Itu karena anak
muda bisa melakukan sesuatu lebih baik dari orangtua.
Berkat Flynn Effect tersebut, transformasi SDM yang
dilakukan Erick Thohir dalam BUMN dengan menghadirkan talenta muda di pucuk
pimpinan mendapat respon positif dari banyak pihak. Meski saat ini baru 5
persen tercapai dari target 10 persen di tahun 2023.
Apakah semua anak muda punya jaminan mutu.
Jawabannya, tentu tidak! Karena seperti kata Erick Thohir sendiri, tantangannya
tidak satu. Selain Harta, ada tahta, bahkan wanita. Untuk dua terakhir, jelas
anak muda belum selesai. Karena itu kita butuh keseimbangan tua-muda dalam
transformasi.
Milenial saja tidak cukup untuk membuat sebuah
transformasi. Tetap perlu ada sosok-sosok berpengalaman yang bisa memberi
contoh positif. Mengarahkan dan menempatkan anak muda sesuai potensi
terbaiknya.
Keberlangsungan dan kemajuan Indonesia hari ini dan
masa depan ditentukan oleh anak-anak muda. Karena itu dari sekarang, mereka
harus diberi kesempatan. Jangan sampai bonus demografi berubah jadi bencana
gara-gara kita tidak memberi kesempatan kepada mereka untuk menempati
jabatan-jabatan publik.
Ketika meresmikan BUMN Muda pada Juni 2021 silam,
Erick Thohir bilang, bahwa untuk mendorong generasi muda Indonesia terus
berkarya maka kita harus memberinya akses.
Menurutnya, potensi generasi muda begitu besar. BUMN
bisa jadi wadah buat mereka.
BUMN memang seumpama Klub Rakrasa asal Catalunya, FC
Barcelona. Sempat terpuruk gegara mis manajemen. Namun kembali menemukan
permainannya.
Sepeninggal Messi, Xavi dan Iniesta, Barcelona
terlalu bertumpu pada pemain lama, dan terlambat menyiapkan talenta muda.
Hingga akhirnya, Xavi Hernandes pulang dan mengubah segalanya.
Xavi berhasil memadukan talenta lama dan talenta
muda Barcelona. Xavi memanggil anak-anak muda jebolan La Masia, sekaligus
mempertahankan pemain lama seperti Sergio Bosquet, Jordi Alba, Gerard Pique,
dan Dani Alves.
Bersama mereka, Xavi ingin melatih sekaligus
mengajarkan bagaimana bermain dan memenangkan permainan. Tak sekadar berlari
lebih cepat, melompat lebih tinggi, atau sesekali menjatuhkan lawan. Tapi
bagaimana bermain cantik dan menguasai bola lebih lama untuk menciptakan banyak
peluang dan kemenangan. [ ]
Komisaris independen PT Jamkrindo