Aksi Jalan Salib yang dipadukan dengan menanam pohon
ini merupakan rasa peduli yang beriman dan nyata terhadap bumi, yang
akhir-akhir ini sering menjadi obyek eksploitasi.
Provinsial SSpS Timor, Sr. Imelda Obe |
Setiap perhentian, setelah doa langsung menyusul
aksi menanam pohon oleh umat yang hadir. Aksi ini hadiri para Pastor, para
suster, tokoh-tokoh umat, tokoh pemerintah, Jumat, 18/03/2022.
Kapospol Mena: Emanuel Podhi |
Jalan Salib adalah devosi yang mengarahkan pandangan
spiritual kita pada peristiwa Yesus Kristus mulai dari keputusan hukuman mati
pada Yesus hingga peristiwa pemakaman-Nya. Dalam bahasa Latin, Jalan Salib
disebut Via Dolorosa artinya Jalan Penderitaan. Inilah saat-saat terakhir hidup
Yesus secara historis di dunia. Devosi ini adalah peringatan akan peristiwa
tersebut.
Tradisi Jalan Salib dirintis oleh Santo Fransiskus
Asisi, diperkenalkan oleh Ordo Fransiskan abad ke-14 lalu meluas di Gereja
Katolik Roma pada abad pertengahan. Paus Klemens XII menetapkan secara
resmi terkhusus perhentian-perhentiannya secara definitif pada abad XVII yang
berlaku sampai sekarang.
Pandangan
Spritual
Devosi ini biasa dilaksanakan di biara-biara setiap
hari Jumat. Namun umumnya dilaksanakan oleh umat beriman pada masa
Prapaska terutama Jumat Agung.
Ada 14 perhentian atau stasi Jalan Salib:
1.
Yesus dijatuhi
hukuman mati
2.
Yesus memanggul
salib
3.
Yesus jatuh
untuk pertamakali
4.
Yesus berjumpa
dengan ibu-Nya
5.
Yesus ditolong
oleh Simon dari Kirene
6.
Wajah Yesus
diusap oleh Veronika
7.
Yesus jatuh
untuk kedua kalinya
8.
Yesus menghibur
perempuan-perempuan yang menangisi-Nya
9.
Yesus jatuh
untuk ketigakalinya
10. Pakaian Yesus ditanggalkan
11. Yesus disalibkan
12. Yesus wafat di kayu salib
13. Yesus diturunkan dari salib
14. Yesus dimakamkan
Dari 14 perhentian atau stasi itu, tidak semua
tertulis secara detali atau sangat jelas dalam Kitab Suci, misalnya jumlah
berapakali Yesus jatuh. Semua itu bersandar pada tradisi suci Gereja.
Perhentian Jalan
Salib
Devosi Jalan Salib menjadi penting bagi iman
Kristiani karena melalui devosi ini, umat diingatkan akan peristiwa Yesus
menebus dosa manusia. Jalan Salib menjadi penguat iman akan inkarnasi Sabda
menjelma menjadi manusia. Kita tidak melupakan bahwa dalam diri Yesus ada dua
kodrat yaitu kodrat insani dan ilahi. Di sini juga Yesus membuktikan
ketaatanNya kepada Allah Bapa. Manusia juga diingatkan akan kejahatan manusia
akibat tipu daya iblis. Di sini juga orang belajar mempertahankan iman sampai
akhir hayat meski jalan beriman itu penuh penderitaan.
Akan tetapi, di sini juga orang beriman memiliki
harapan. Bahwa kebenaran meski membuat seseorang menanggung penderitaan, namun
jika diteruskan sampai selesai akan membawa orang pada kebangkitan, hidup baru
bersama Allah sesudah kematian. Yesus memperlihatkan bahwa Dia sendiri meski
tidak bersalah, namun dipersalahkan oleh pengadilan yang tidak adil. Ketika
pengadilan tidak membela orang benar, Tuhan tetap dapat berkarya di dalam diri
orang benar sehingga kebenaran tetap bersinar meski di awal kisah ditutup
mendung penderitaan.
Iman
Kristiani
Pada peristiwa Jalan Salib orang beriman diyakinkan
bahwa dosa manusia, tipu daya iblis, penderitaan hingga kematian tidak sanggup
mengalahkan kesetiaan kasih Allah pada ciptaan. Sebab ciptaan dicipta untuk
dicinta.
Di Jalan Salib, telah terbukti bahwa perjuangan
iblis untuk mengalahkan Yesus menjadi sia-sia. Iblis telah mengerahkan segala
daya upayanya untuk menakuti Yesus agar membelot dari visi misi kebenaran.
Namun usaha itu sia-sia, sebab Yesus menjalani sampai selesai perintah Bapa
yaitu menyelamatkan umat manusia. Dengan ketaatan itu Yesus menanggung kematian
sementara agar manusia dapat peluang bebas dari kematian kekal.
Hal ini dapat dimengerti bila kita konsisten pada
kisah Alkitab tentang Adam manusia pertama. Adam yang ditempatkan di taman Eden
telah melanggar perintah Allah dengan memakan buah terlarang. Dimana sanksinya
adalah hukuman mati. Namun hukuman mati itu dibatalkan dengan digantikan anak
domba yang terus menerus dikorbankan setiap tahun. Namun hal itu tidak sepadan
sehingga pengorbanan itu tak pernah final dan kekal.
Ciptaan Dicipta
Untuk Dicinta
Namun, Allah tetap mengasihi manusia dan tak ingin
ciptaan-Nya musnah. Telah direncanakan-Nya pengganti Adam untuk menjalani
sanksi hukuman mati yaitu Yesus Kristus, Putra Allah, yang berhasil memperbaiki
kegagalan Adam dalam ketaatan. Itulah sebabnya Yesus disebut Anak Domba Allah,
Adam Baru dan Mesias. Ia yang Terurapi, derajat-Nya paling tinggi dari semua
manusia di bumi.
Pengganti sempurna Adam lama. Dia yang layak
menggantikan Adam dan tidak gagal. Seluruh pengorbanan anak domba dalam Perjanjian
Lama tidaklah seberharga darah-Nya, Anak Domba Allah. Darah-Nya yang tertumpah
telah membasuh luka dan dosa manusia. Di situ juga terungkap bahwa penderitaan
orang benar bukanlah aib, melainkan kesaksian akan ketaatan orang pada Allah
yang suci.