Katolik Rusia: 'Situasi Saat Ini Sangat Mirip dengan Uni Soviet yang Ateis'

Katolik Rusia: 'Situasi Saat Ini Sangat Mirip dengan Uni Soviet yang Ateis'

Seorang pria ditahan oleh polisi dalam protes anti-perang di Moskow, setelah Rusia mulai menginvasi Ukraina, Kamis 24 Februari, 2022. ( (Foto CNS / Evgenia Novozhenina, Reuters)



Setapak Rai Numbei (Dalan Inuk Numbei)Seorang profesor Katolik mengatakan para pastor Katolik di Rusia takut ditangkap jika mereka mempertanyakan perang melawan Ukraina dan memperingatkan gereja sekarang menghadapi “era baru pembungkaman.”

"Doa untuk gencatan senjata segera dipanjatkan di paroki - tetapi para imam tidak bisa lagi berbicara di depan umum," kata umat Katolik yang tidak mau disebutkan namanya itu sebagaimana dirilis Catholicphilly.com, Jumat, 11 Maret 2022.

Ketakutan itu kian berkembang semenjak Parlemen Rusia mengamandemen KUHP menegaskan bahwa aksi militer ke Ukraian bukan perang atau invasi, tetapi sebuah operasi khusus. 

Amandemen KUHP, disahkan 4 Maret oleh Duma Rusia, memungkinkan denda berat dan hukuman penjara hingga 15 tahun untuk “penyebaran kebohongan publik tentang penggunaan angkatan bersenjata Rusia.” 

 “Kamikembali dalam situasi yang sangat mirip dengan Uni Soviet yang ateis, ketika seorang pendeta harus menyalakan radio atau TV agar tidak terdengar oleh layanan khusus. Mereka menjelaskan bahwa mereka tidak ingin mengatakan apa pun yang dapat membahayakan komunitas Katolik, atau melihat mereka dijebloskan ke penjara dengan gereja mereka ditutu,” katanya kepada Kepada Catholic News Service (CNS) pada 10 Maret.

Dia mengatakan bahwa umat Katolik tidak lagi berani berbicara soal perang Rusia melawan Ukraina, dan pemerintah Rusia menutup semua berita dan informasi yang tidak melalui kanal resmi pemerintah, sementara media terkemuka, termasuk  situs web religius,Credo Press, sekarang telah ditutup.

Profesor itu mengatakan banyak umat Katolik memiliki teman dan anggota keluarga di Ukraina dan tetap mendapat informasi yang baik tentang berbagai peristiwa, tetapi menambahkan bahwa para imam dapat menghadapi penjara jika mereka menggunakan kata-kata yang salah dalam homili.

 "Meskipun umat Katolik terbagi atas perang ini, dengan beberapa yang mendukungnya, sebagian besar memiliki pemahaman yang cukup baik tentang ajaran sosial gereja untuk membedakan antara perang yang adil dan agresif," kata Katolik itu kepada CNS.

 "Banyak umat Katolik pemberani yang mengkompensasi keengganan pastor mereka dengan secara bebas menyebut sesuatu tentang perang dengan nama asli mereka, sehingga mereka kemudian ditangap."

Umat ​​Katolik awam mengatakan para uskup Katolik Rusia telah melarang publikasi pesan Angelus 6 Maret oleh paus, yang menggambarkan serangan itu sebagai "bukan hanya operasi militer, tetapi perang yang menabur kematian," untuk menghindari "kemungkinan bahaya, kerusakan dan penganiayaan" di bawah pembatasan hukum yang baru.

Juru bicara konferensi lima uskup Rusia, Pastor Kirill Gorbunov, mengatakan kepada CNS pada Selasa 08 Maret bahwa para uskup akan memperdebatkan undang-undang baru tentang “penyebaran kebohongan ke publik” pada pleno 15 Maret nanti.

Profesor itu mengatakan tindakan keras informasi "dengan mudah dielakkan" oleh sumber berita terenkripsi dan jaringan pribadi virtual, tetapi kemungkinan akan tetap berlaku tanpa batas.

 "Ruang publik Rusia saat ini didominasi oleh logika kita dan mereka - dan mudah untuk mengidentifikasi umat Katolik ketika Anda mencari musuh," kata profesor Katolik itu.

 “Inilah sebabnya mengapa tidak ada yang menyalahkan para pastor karena tidak mengangkat suara mereka, seperti yang dituntut oleh ajaran Katolik. Generasi yang hidup melalui komunisme sangat memahami perlunya kehati-hatian.”

 Umat ​​Katolik awam itu mengatakan banyak anggota gereja takut akan pengangguran dan kemiskinan akibat sanksi Barat, sementara keuskupan dan ordo Katolik telah menghadapi kesulitan menerima sumbangan dari luar negeri.

Profesor itu menambahkan bahwa banyak umat Katolik meninggalkan Rusia untuk menghindari tindakan keras militer yang dikhawatirkan dan kemungkinan wajib militer, sementara para imam misionaris yang berasa dari negara-negara NATO, seperti Polandia dan Jerman, juga dapat menghadapi tekanan untuk kembali ke rumah.

 “Banyak orang mengharapkan Tirai Besi baru jatuh, menutup perbatasan kita dan memotong akses kita ke dunia. Meskipun polisi sibuk dengan tugas lain sekarang, mereka bisa segera menyerang kita. Gereja kita sekarang mungkin menghadapi era baru keheningan.” ***

 

Sumber: www.katolikku.com

Laporan: Maximus Ali Perajaka





Suara Numbei

Setapak Rai Numbei adalah sebuah situs online yang berisi berita, artikel dan opini. Menciptakan perusahaan media massa yang profesional dan terpercaya untuk membangun masyarakat yang lebih cerdas dan bijaksana dalam memahami dan menyikapi segala bentuk informasi dan perkembangan teknologi.

Posting Komentar

Silahkan berkomentar hindari isu SARA

Lebih baru Lebih lama