Ilustrasi |
Sebagian pedagang seolah enggan mengambil resiko
untuk melawan mitos ini yang sudah melegenda dari generasi ke generasi.
Mitos larangan untuk menjual dan membeli jarum dan
garam di malam hari sering dikaitkan dengan ilmu hitam.
Beberapa orang sering terpikirkan pada kisah zaman
dahulu di mana ada orang yang menggunakan jarum dan garam untuk melakukan santet.
Sebagai perumpamaan misalnya sesama para pedagang yang
merasa pesaingnya lebih ramai maka akan timbul rasa iri dan sakit hati.
Karena tidak mampu menguasai diri dan menjaga
kebersihan hati maka dihalalkanlah segala cara untuk membalas sakit
hatinya,salah satunya dengan cara mengirim teluh atau santet dengan tujuan
usaha pesaingnya akan bangkrut.
Benarkah makna mitos yang melegenda
ini?
Dikutip dari Tribun Manado, mitos tentang
larangan menjual garam dan jarum ini memang terdengar sejak zaman dahulu.
Meski begitu, di tengah masyarakat maju seperti saat
ini, kepercayaan ini sudah mulai terkikis seiring berjalannya waktu.
Terlebih, sudah banyak orang yang beriman dan
percaya kepada Tuhan sehingga mitos tentang santet, teluh, dan ilmu hitam ini
mulai ditinggalkan.
Selain itu, penjelasan tentang larangan menjual dan
membeli jarum dan garam di malam hari karena zaman dahulu teknologi belum
secanggih sekarang.
Kala itu, teknologi lampu belum sepenuhnya bisa
digunakan oleh masyarakat luas.
Sehingga bila pedagang melakukan transaksi jual
beli, maka penerangannya hanya menggunakan lampu minyak.
Hal ini tentu cukup berbahaya jika ada pedagang dan
pembeli yang bertransaksi jual beli jarum.
Bila nekat dilakukan, bukan tidak mungkin pedagang
atau pembeli celaka karena tertusuk jarum tersebut.
Selebihnya untuk garam sendiri, dengan penerangan
yang minim menghalangi pedagang dan pembeli untuk meneliti garamnya dengan
seksama.
Apakah bocor, atau ada kekurangan, semua itu tidak
bisa diteliti dengan cermat ketika penerangan tidak maksimal.
Oleh sebab itu, orang zaman dahulu menghindari
transaksi jual beli garam dan jarum di malam hari.
Selain dipercaya karena ilmu hitam, maksud dari
mitos ini adalah karena terbatasnya akses teknologi penerangan.
Sehingga kini mitos tersebut sudah banyak
ditinggalkan oleh banyak orang.