Umat Kristen tinggal di kota Yerusalem hingga
kira-kira tahun 70M. Menjelang serangan tentara Romawi terhadap bangsa Yahudi,
mereka melarikan diri. Akibat serangan Roma, hancurlah Yerusalem serta Bait Sucinya.
Serangan kedua, yang lebih dahsyat dilancarkan oleh Roma pada tahun 135M. Di
atas puing-puing Yerusalem lama, Roma mendirikan sebuah kota baru dan beberapa
kuil untuk dewa-dewi mereka.
Ilustrasi umat katolik sedang mengikuti ibadat jalan salib |
Sesudahnya, semua orang Yahudi diusir dari Yerusalem
dan dilarang berdiam di sana lagi. Dengan sendirinya semua orang Yahudi yang
beriman Kristen terpaksa meninggalkan kota itu. Mereka mengungsi ke berbagai
negara tetangga.
Nasib semua orang Kristen menjadi lebih baik pada
awal abad IV setelah Konstantinus menjadi Kaisar Roma. Ia penguasa Romawi
pertama yang berani mendukung umat Kristen. Ia memerintahkan bawahannya untuk
mendirikan gereja yang indah di tempat Yesus pernah disalibkan dan dimakamkan.
Gereja itu dikonsekrasikan pada tahun 335M dan dipandang sebagai gereja
terindah di bumi zaman itu.
Tidak lama sesudahnya, kota Yerusalem dan
tempat-tempat yang dikuduskan oleh Yesus, Maria (Bunda Yesus), dan para rasul
mulai diziarahi oleh umat Kristen. Pada hari Kamis Putih, para peziarah dan
umat Kristen yang tinggal di Yerusalem berkumpul di Taman Zaitun. Kemudian,
mereka secara bersama-sama mengenang sengsara Yesus dengan menyusuri jalan dari
Taman Getsemani hingga Bukit Golgota. Inilah catatan pertama tentang awal
devosi yang kini dikenal sebagai Jalan Salib.
Mula-mula tidak ada perhentian-perhentian Jalan
Salib seperti sekarang. Rute yang ditempuh dalam rangka Jalan Salib berubah
dari waktu ke waktu. Malahan, masing-masing kelompok umat menawarkan sejumlah
perhentian berbeda dan menetapkannya pada lokasi yang berbeda pula.
Pada abad XI—XIII, demi merebut tempat-tempat suci
dari tangan bangsa asing yang menduduki Tanah Suci, umat Kristen melancarkan
serangkaian perang yang dikenal dengan nama Crusade atau Perang Salib. Sejak
itulah mulai ditunjuk sejumlah tempat yang berhubungan dengan Jalan Salib,
antara lain Pintu Gerbang yang dilalui Yesus pada saat Ia keluar dari Yerusalem
menuju Golgota, istana Herodes, tempat Pilatus mengadili Yesus, tempat Yesus
disalibkan, lubang tempat berdirinya salib Yesus, lokasi makam Yesus, tempat
Yesus menyapa perempuan-perempuan Yerusalem yang menangisi-Nya, tempat Yesus
berjumpa dengan bunda-Nya, tempat Veronika mengusap wajah Yesus.
Sejak tahun 1320 Ordo Fransiskan (OFM) diangkat
sebagai ordo yang secara resmi wajib melindungi semua tempat suci di Tanah
Suci. Sejak itu OFM rajin mempopulerkan devosi Jalan Salib, lebih-lebih karena
St. Fransiskus Asisi mengalami stigmata.
Para biarawan Fransiskan mulai menetapkan nama dan
tempat perhentian pada Jalan Salib. Mereka biasa memulai kebaktian Jalan Salib
di Bukit Golgota dan mengakhirinya di istana yang dulu ditempati oleh Pilatus.
Jumlah perhentiannya agak banyak. Dulu ada perhentian di tempat Yesus dicambuk,
Yesus dimahkotai duri, Yesus diperlihatkan kepada rakyat oleh Pilatus (Ecce
Homo), dan lain-lain.
Sejak abad XVI rute Jalan Salib dibalik sehingga
Gereja Makam Suci di Golgota menjadi perhentian yang terakhir. Pada abad XVIII
(tahun 1731) Paus Klemens XII baru menetapkan jumlah dan lokasi perhentian
Jalan Salib secara definitif.
Sampai sekarang devosi Jalan Salib menjadi salah
satu kebaktian utama para peziarah di Tanah Suci. Kebaktian itu diadakan di
jalan-jalan Yerusalem yang sangat ramai dari dulu hingga sekarang. Oleh karena
itu, kebanyakan peziarah memilih untuk melakukan Jalan Salib ketika masih
sangat pagi agar terhindar dari berbagai gangguan pada jam-jam ramai.
Ibadat Jalan Salib juga kini menjadi bagian tak
terpisahkan dari tempat-tempat peziarahan katolik, misalnya Gua Maria atau
Gereja. Jarak antar perhentian dimodifikasi disesuaikan dengan situasi dan
kondisi tempat peziarahan.
Tetapi yang terpenting dalam melakukan setiap ziarah
dan/atau jalan salib adalah kesadaran bahwa hidup kita di dunia inipun adalah
sebuah peziarahan, sebuah perjalanan menuju Tuhan, maka Tuhanlah seharusnya yang
menjadi tujuan dari setiap kegiatan/karya dalam peziarahan ini, dalam kesadaran
itu pula dibangun semangat untuk peduli pada sesama teman sepeziarahan di dunia
ini. (programkatakese/stenly).