Mengapa Emosi Suka Meledak, 5 Hal ini Bisa Jadi Penyebabnya

Mengapa Emosi Suka Meledak, 5 Hal ini Bisa Jadi Penyebabnya



Setapak Rai Numbei (Dalan Inuk Numbei)Dalam hidup, ada saatnya seseorang merasa emosi yang bergejolak. Namun, orang itu mungkin tak mengerti apa sebabnya. Ini sebenarnya normal tetapi bisa terasa asing.

Anda bisa saja merasa marah, sedih, takut atau bahkan bahagia dan optimistis tanpa tahu mengapa. Ini bisa membingungkan dan membuat khawatir kalau itu terlalu bagus untuk menjadi kenyataan.

Julia Childs Heyl adalah pekerja sosial klinis yang berfokus pada kesenjangan kesehatan mental, penyembuhan trauma generasi, dan psikoterapi mendalam, menjelaskan kita memang tidak selalu dapat menyebutkan mengapa perasaan itu muncul dan itu tidak masalah.

"Namun, terkadang alasannya tepat di depan kita dan itu bisa menjadi kekuatan untuk mengakui keadaan saat ini dalam hidup Anda," ujar Heyl dilansir Very Well Mind.

Berikut enam alasan berbeda mengapa Anda merasakan apa yang Anda rasakan dan apa yang dapat dilakukan untuk mengatasinya.

1.Stres yang baik

Selama ini orang melihat stres itu sebagai sumber negatif, jadi bukan sesuatu yang mengejutkan ketika muncul perasaan lain.

Tak sedikit juga orang yang mengabaikan sumber stres. Padahal stres yang baik juga dapat menimbulkan frustasi, khawatir yang berlebihan, dan kesedihan. Stres yang baik ini bisa bersumber dari moment postif seperti naik pangkat, mau tunangan atau menikah.

Heyl mencontohkan, bertunangan dan merencanakan pernikahan impian Anda bisa sangat menegangkan, tidak peduli seberapa baik perasaan Anda tentang pernikahan Anda yang akan datang. Membeli rumah, indikator kesuksesan yang sangat besar dalam masyarakat kita, juga dapat menimbulkan banyak stres.

Jadi bukan hal yang aneh jika orang mengecilkan stresnya ketika itu terkait dengan sesuatu yang positif. Meskipun penting untuk mengakui bagaimana hak istimewa berperan dalam momen kehidupan yang luar biasa, sama pentingnya untuk tidak menekan perasaan Anda.

"Berbicaralah dengan orang lain yang berhubungan dengan stres, itu dapat sukses memulai proses perasaan Anda. Menjelajahi cara untuk menenangkan stres setiap hari, seperti latihan meditasi yang konsisten, dapat berkontribusi pada kesehatan mental Anda secara keseluruhan," kata Heyl.

Anda juga bisa konsultasi dengan profesional kesehatan mental berlisensi. Dalam psikoterapi, Anda dapat memproses perasaan kompleks Anda tanpa penilaian.

2. Masalah keuangan

Heyl bilang, tekanan pandemi telah menyebabkan PHK massal dan beberapa memutuskan posisi mereka tidak lagi cocok untuk mereka. Bukan rahasia lagi bahwa ketidakstabilan keuangan adalah sumber utama stres

"Sangatlah sulit untuk mengurangi tekanan ketidakstabilan keuangan karena yang paling dibutuhkan hanyalah keamanan finansial,"ujarnya.

Heyl menyarankan untuk memperhatikan cara dalam mengatasi stres dan lihat apakah Anda dapat menghindari bentuk koping negatif apa pun, seperti penggunaan narkoba, dengan sesuatu yang positif, seperti olahraga.

Terakhir, hubungi komunitas Anda. Mungkin terasa tabu untuk membicarakan kesengsaraan uang dengan orang lain, tetapi kenyataannya banyak dari kita telah melampaui batas finansial kita. Ada kekuatan dalam dukungan komunal.

3. Masalah Hubungan

Jatuh cinta dan mengakhiri suatu hubungan adalah dua bentuk masalah hubungan yang dapat menimbulkan gejolak emosi. Sementara jatuh cinta sering dikaitkan dengan momen kebahagiaan, dan ada juga ketakutan.

Bagi orang-orang yang pernah mengalami pengalaman romantis negatif di masa lalu, mungkin menakutkan untuk membuka diri kepada seseorang yang baru.

Mengakhiri suatu hubungan bisa sangat menyakitkan. Perceraian, bahkan ketika itu adalah sesuatu yang Anda inginkan dan ketahui akan berkontribusi pada kesejahteraan Anda secara keseluruhan, juga merupakan peristiwa yang sangat menegangkan. Dalam kedua situasi ini, terapi dapat sangat membantu.

Apabila Anda merasa sedang berjuang dengan masalah komunikasi, cobalah jelajahi bagaimana Anda dapat mengubah gaya komunikasi Anda sehingga dapat mengurangi keparahan perasaan negatif. Melihat ke dalam metode komunikasi tanpa kekerasan adalah tempat yang bagus untuk memulai.

4. Kelelahan alias burnout

Terkadang kita terlalu banyak urusan sehingga kelelahan. Kelelahan dan kurangnya semangat ini dapat mengakibatkan perasaan mudah tersinggung, sedih, bahkan takut.

"Sejak awal pandemi dan munculnya kerja dari rumah, burnout menjadi lebih umum dari sebelumnya," kata Heyl.

Menjadwalkan hari libur secara teratur, memastikan Anda melakukan hal-hal yang membuat Anda senang, dan menetapkan batasan dengan tanggung jawab pekerjaan Anda adalah cara untuk memerangi gejala burnout.

5. Kekacauan Keluarga

Keluarga dapat menjadi salah satu sumber paling awal dari perasaan menantang kita. Apakah itu trauma masa kecil, hubungan yang tegang dengan anggota keluarga, atau harapan yang tinggi dari orangtua Anda. Ini sangat normal jika kehidupan keluarga Anda menjadi sumber emosi yang rumit.

"Mulai memahami pemicu Anda adalah tempat yang bagus untuk memulai. Apakah Anda merasa gugup di sekitar liburan? Apakah hari ulang tahunmu selalu menjadi hari yang berat? " kata Heyl.

Mulailah merencanakan ke depan, saat-saat yang Anda tahu Anda mungkin sangat aktif secara emosional. Jika Anda pernah mengalami trauma masa kanak-kanak, terapi somatik bisa sangat membantu.

Menyesuaikan diri dengan menjadi orangtua juga dapat menjadi pemicu utama kekacauan keluarga. Benar-benar dibutuhkan sebuah dukungan sepenuhnya pada masa-masa awal menjadi orangtua.

***

Sumber : Liputan6.com

 


Suara Numbei

Setapak Rai Numbei adalah sebuah situs online yang berisi berita, artikel dan opini. Menciptakan perusahaan media massa yang profesional dan terpercaya untuk membangun masyarakat yang lebih cerdas dan bijaksana dalam memahami dan menyikapi segala bentuk informasi dan perkembangan teknologi.

Posting Komentar

Silahkan berkomentar hindari isu SARA

Lebih baru Lebih lama