Presiden Rusia, Vladimir Putin (kiri) saat menerima kunjungan Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, di Sochi pada 2021. (AFP/YEVGENY BIYATOV) |
Pembahasan itu
dilakukan saat kedua pemimpin tersebut melakukan sambungan telepon pada Senin
(18/4).
Rusia sebelum
melontarkan sindiran tajam kepada Israel yang dinilai mulai ikut campur tangan
terkait aksi agresi Kremlin di Ukraina.
"[Mereka juga
membicarakan] masalah pembangunan permukiman di Timur Tengah terkait
peningkatan ketegangan di Tepi Barat dan Yerusalem Timur," demikian
pernyataan Kremlin yang dikutip Reuters.
Putin dan Abbas
membahas masalah di Yerusalem dan Tepi Barat ketika ketegangan di kawasan itu
meningkat, terutama sepanjang akhir pekan lalu.
Situasi memanas pada
Jumat (15/4), ketika polisi Israel memasuki Masjid Al-Aqsa sekitar pukul 06.30
waktu setempat. Bentrokan dengan warga Palestina pun tak terhindarkan.
Polisi Israel
mengklaim, puluhan anak muda sudah berkumpul sejak pukul 04.00 waktu setempat.
Para pemuda itu disebut membawa bendera Organisasi Pembebasan Palestina dan
Hamas.
Menurut polisi Israel,
para pemuda itu melempar batu dan kembang api ke arah aparat. Pemuda itu juga
disebut sudah menyiapkan tumpukan batu untuk serangan lanjutan.
Bentrokan tersebut
mengakibatkan 150 orang terluka. Situasi bertambah panas. Bentrokan lanjutan
pun pecah pada Minggu (19/4).
Di tengah ketegangan
ini, Kementerian Luar Negeri Rusia merilis pernyataan yang menyindir kelakuan
Israel. Pernyataan ini dirilis setelah Menteri Luar Negeri Israel, Yair Lapid,
mengecam invasi Rusia di Ukraina.
Menurut Rusia, Israel
sengaja membesar-besarkan masalah invasi Ukraina untuk menutupi kekerasan yang
dilakukan negaranya terhadap warga Palestina.
***
Source: cnnindonesia.com