Ilustrasi virus Hepatitis B. Foto: vitstudio/Shutterstock |
Apa saja fakta-fakta
yang harus diketahui terkait Hepatitis akut ini?
Berikut yang telah Setapak Rai Numbei rangkum:
Gejala Hepatitis Akut
Dr. Hanifah Oswari, dokter spesialis penyakit anak RSCM. Foto: Dok. Youtube Kemenkes
Dokter spesialis
penyakit anak, Dr.dr Hanifah
Oswari, menjelaskan gejala penyakit Hepatitis akut ini hampir mirip dengan
gangguan pencernaan pada anak.
“Dari kasus yang sudah
ada, mulainya gejala gastrointestinal terlebih dahulu seperti misalnya diare,
mual, muntah, sakit perut, yang kadang-kadang disertai dengan demam ringan,”
jelas Hanifah dalam press conference daring update perkembangan kasus Hepatitis
Akut di Indonesia, Kamis (4/5).
Hanifah menjelaskan ini
adalah tahapan gejala awal dari penyakit tersebut. Jika sudah stadium lanjut,
maka anak akan memunculkan gejala yang menjurus seperti Hepatitis pada umumnya.
“Yaitu, anaknya
mengeluarkan buang air kecil seperti teh, buang air besar dempul pucat dan
matanya, kulitnya kalau diperhatikan berwarna kuning,” jelasnya.
Biasanya pada tahap
ini, kadar Serum glutamic oxaloacetic transaminase (SGOT) dan serum glutamic
pyruvic transaminase (SGPT) akan meningkat di atas 500 IU/ml. Bila sudah dalam
tahap ini, maka sudah dalam stadium lanjut dan membutuhkan transplantasi hati.
“Bila pasien tidak
dilakukan transplantasi hati, bisa berlanjut lagi gejalanya. Bisa mengalami
gangguan pembekuan darah dan selanjutnya akan terjadi penurunan kesadaran yang
dapat berlanjut menjadi kematian,” lanjut Hanifah.
Pisahkan Alat Makan dan Tetap Pakai Masker untuk
Cegah Hepatitis Akut
Hepatitis akut
diketahui menular lewat saluran napas. Maka dari itu, protokol kesehatan yang
berlaku selama ini yakni memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga kebersihan
wajib terus dilakukan.
"Memastikan
makanan atau minuman yang dikonsumsi itu matang dan tidak alat-alat makan
bersama dengan orang lain serta menghindari kontak anak-anak kita dari orang
yang sakit agar anak-anak kita tetap sehat," kata Dr. Hanifah.
Selain itu, virus
hepatitis akut ini belum bisa dihubungkan atau dikaitkan dengan virus COVID-19.
Dua virus ini berbeda, meski muncul saat pandemi berangsur mereda.
"Banyak berita
bahwa kejadian ini dihubung-hubungkan dengan vaksin COVID itu tidak benar,
karena kejadian hepatitis akut saat ini tidak ada bukti bahwa itu berhubungan
dengan konsep COVID," tuturnya.
Belum Ditemukan Langsung Hubungan Hepatitis Akut
dengan COVID-19
Ilustrasi Hepatitis A. Foto: Shutter Stock
Meski belum diketahui
penyebab pasti munculnya Hepatitis akut misterius tersebut, ada dugaan dipengaruhi
peran dari sejumlah virus seperti Virus Epstein-Barr (EBV) hingga COVID-19.
"Meskipun belum
diketahui penyebabnya, tetapi ada beberapa virus yang diduga berperan, beberapa
virus itu misalnya ada virus tipe 41 Sars COVID sendiri juga diduga, juga EBV
dan lain-lain," ungkap dr. Hanifah.
Namun, ia membantah
adanya isu bahwa hepatitis ini berasal dari vaksin corona. Hanifah juga
mengatakan belum ada bukti yang bisa menunjukkan adanya hubungan langsung
antara hepatitis dengan COVID-19.
"Banyak berita
bahwa kejadian ini dihubung-hubungkan dengan vaksin COVID itu tidak benar,
karena kejadian hepatitis akut saat ini tidak ada bukti bahwa itu berhubungan
dengan konsep COVID," kata dia.
"Memang ada
berhubungan dengan virusnya, tetapi belum, belum diberikan informasi bahwa itu
berhubungan secara langsung," lanjutnya.
Hepatitis Akut Diakibatkan Vaksin COVID-19 Hoaks
Kepala BIN Jenderal Pol (Purn) Budi Gunawan saat meninjau vaksinasi anak-anak. Foto: BIN
Kemenkes ikut
menyampaikan sikap terkait munculnya hoaks bahwa Hepatitis akut misterius ini
disebabkan vaksinasi COVID-19 yang diterima anak. Jubir Kemenkes dr. Siti Nadia
mengatakan, telah melakukan investigasi terhadap tiga kasus yang ditemukan di
Indonesia.
Berdasarkan investigasi
yang dilakukan, kondisi yang dialami ketiga anak sudah dalam stadium lanjut,
sehingga hanya ada sedikit waktu bagi rumah sakit untuk melakukan tindakan
pertolongan.
"Ketiga kasus ini
usianya 2 tahun, 8 tahun, dan 11 tahun. Dan 2 tahun itu belum mendapatkan
vaksinasi, yang usia 8 tahun baru mendapatkan vaksinasi satu kali, dan yang 11
tahun sudah mendapatkan vaksinasi," kata dr. Siti.
"Ketiganya [hasil]
COVID negatif dan kita sedang melakukan bersama dengan Dinas Kesehatan Provinsi
DKI melakukan investigasi kontak mengenai faktor risiko," jelasnya.
Menko PMK Muhadjir
Effendy juga mengatakan telah berbicara dengan Menkes Budi Gunadi Sadikin
terkait isu ini. Ia meminta Menkes Budi untuk segera mengambil langkah-langkah
preventif kuratif terhadap gejala hepatitis akut misterius ini, khususnya
terhadap hoaks yang beredar di masyarakat.
"Saya rasa kita
tidak ada jeleknya kalau lebih ofensif, ya. Jadi kita tidak menunggu tapi
proaktif melakukan penyisiran besar-besaran di setiap daerah itu untuk
memastikan bahwa memang ini belum menyebar ke mana-mana. Kalau seandainya sudah
menyebar juga bisa terdeteksi sejak dini dan segera bisa diatasi," kata
Muhadjir.
Hepatitis Akut Pada Anak Kemungkinan Tak Menular ke
Orang Dewasa
Sementara dari
penelusuran awal, sepertinya Hepatitis akut tidak menular ke orang dewasa.
"Dari laporan di
banyak negara sudah diteliti bahwa kasus yang tertua saat itu 16 tahun, jadi
tidak ada yang lebih dari 16 tahun dan ternyata kebanyakan itu di bawah 10
tahun," kata Dr Hanifah.
Bahkan, kasus di
Inggris menunjukkan penyakit lebih banyak menjangkiti anak-anak di bawah 5
tahun. Jadi bisa dikatakan kasus ini hanya menyerang anak-anak saja.
"Jadi saya katakan
penyakit ini khusus mengenai anak-anak saja," pungkasnya.
***
Dirangkum dari Berbagai Sumber