Bayangan bahwa sebagai
orang Kristiani tidak boleh marah, sehingga menjadikan kita menyangkalinya, atau
menekannya didalam sehingga itu memakan bagian tubuh, membuat sakit secara
fisik atau membuat kita tertekan.
Jika kita tidak
membiarkan kemarahan kita meledak, kita bisa membiarkannya mengalir dengan cara
yang tidak disadari, seperti sering terlambat, menghindari orang, atau
mencibir, dan menjadi sarkastik.
Ada cara yang lebih
baik untuk mengatur kemarahan kita. Paulus menyuruh untuk membuangnya. Tapi
bagaimana caranya?
1. Hal pertama yang bisa kita lakukan adalah
mengakui kemarahan kita dengan jujur dan menerima tanggung jawabnya.
Belajar bertanya pada
diri sendiri “Apa yang saya rasakan saat ini? Apakah saya marah pada orang itu
atas perlakuannya? Kemudian akui itu. Bukannya “kamu membuat saya marah.” Itu
merupakan percobaan menyalahkan orang lain, dan itu tidak adil bagi mereka.
Tidak ada yang bisa membuat kita seperti itu! Mereka bertanggung jawab atas
tindakan mereka sendiri, tapi kita bertanggung jawab atas perasaan kita.
Kita memilih untuk
marah. Kita memilih untuk mengampuni, bertindak baik, bicara halus atau
berkelakar. Tapi jika kita memilih untuk marah, kita harus mau mengatakannya:
“Saya merasa marah karena kamu bicara seperti itu pada saya.” Kita tidak
memberi sarkasme, merendahkan, tuduhan, hanya pernyataan yang jujur.
Yakobus berkata kita
harus mengakui kesalahan kita kepada sesama (Yakobus 5:16). Cobalah. Dan
saat anda melakukannya, baik untuk menyatakan keinginan anda juga untuk
mengatasi kemarahan. Katakan seperti ini, “Saya tidak ingin marah dengan anda.
Saya tidak suka diri saya saat marah seperti ini. Saya ingin merasa dekat
dengan anda dan mengasihi anda.” Ini bisa memperlancar proses penyembuhan.
2. Untuk menghilangkan kemarahan itu adalah dengan
melihat sebabnya.
Tuhan ingin kita
berpikir dengan baik dan seksama sebelum kita bicara.
Hal terbaik yang bisa
terpikir mungkin alasan dari kemarahan kita. Sebagian besar kemarahan bisa
dilihat dari kebutuhan dan keinginan kita. Dua orang psikiatris Kristen
mengusulkan beberapa sebab umum:
(1) Keegoisan:
tuntutan egois kita tidak terpenuhi;
(2) perfectionism:
harapan kita yang perfecsionis tidak terpenuhi yang membuat kita marah pada
diri sendiri dan orang lain;
(3) Kecurigaan:
kita salah mengartikan motivasi atau maksud orang lain. Kita pikir mereka
mengabaikan kita, merendahkan atau melawan kita. Kita ingin orang memperlakukan
kita dengan tepat dan kita marah saat mereka tidak melakukannya, jadi langkah
penting untuk mengatasi kemarahan kita adalah mengidentifikasi apa yang kita
inginkan darinya.
Apakah perhatian, rasa
hormat, pengakuan, penghargaan, pertimbangan atau kasih yang ingin aku
dapatkan? Apakah saya ingin didengar, pendapat saya dihargai, permintaan saya
dianggap penting? Apakah saya ingin dilihat sebagai orang yang bertanggung
jawab? Apakah saya ingin milik saya ditangani dengan baik? Apakah saya ingin
orang lebih memperhatikan perasaan saya, atau kenyamanan saya? Kita semua
menjadi marah karena kita mengharapkan seseorang memenuhi keinginan kita, dan
mereka gagal. Jadi identifikasi keinginan itu.
3. Ampuni kesalahan mereka dalam memenuhi harapan
kita.
Kita harus mengampuni
mereka saat kita menyadari betapa Tuhan telah mengampuni kita. Dan pengampunan
bisa menghapuskan kemarahan keluar dari hidup kita. Kemarahan sering membalas
kesalahan orang lain terhadap kita. Tapi jika kita mengampuni, kita membayarnya
sendiri. Dan karena mereka dibayar, maka tidak ada alasan untuk marah lagi.
Sebagian dari orang
Kristen bergumul dengan kemarahan karena kita memiliki pengertian yang lemah
akan anugrah Tuhan. Kita hidup dalam dunia hukum, dan kita pikir kita harus
melakukan sesuatu untuk bisa mendapat kelayakan oleh Tuhan. Jadi kita
mengharapkan yang lain untuk melakukan tuntutan perfeksionis kita sebelum
mereka mendapat penerimaan kita. Jika mereka gagal, kita pikir kita punya hak
menghukum mereka dengan kemarahan. Tuhan telah menerima dan mengampuni kita,
bukan atas dasar performance kita tapi atas dasar anugrahNya.
Saat kita mengerti
betapa besar dosa kita, dan betapa hebat kasih karuniaNya, kita akan berhenti
meminta bayaran dari orang lain saat mereka gagal memenuhi harapan kita. Kita
akan mampu mengampuni, dan kemarahan kita akan terselesaikan.
4. Menyatakan keinginan kita secara terbuka.
Jika kita ingin sesuatu
dari mereka yang dekat dengan kita, atau merasa kita membutuhkan sesuatu dari
mereka, kita seharusnya mengatakannya. Jangan memainkan main petak umpet: “Jika
kamu mengasihi aku, kamu pasti tahu keinginanku.” Katakan dengan jelas, apapun
itu. “Sayang, saya ingin pergi makan malam ...” “Sangat penting bagi saya jika
kamu meletakan baju kotor di keranjang.” “Saya suka jika kamu menyambut saya
dengan gembira saat pulang rumah. Itu membuat hidup satu hari saya ...” “Saya
ingin kamu mengatakan “Aku cinta kamu,” atau “Aku minta maaf, aku salah,” atau
“terima kasih.”
Kadang orang gagal
memenuhi keinginan kita karena mereka benar-benar tidak tahu apa itu. Beberapa
protes karena saya memberikan usulan ini pada mereka: “Tapi saya sudah
memberitahu padanya ribuan kali. Itu tidak berarti apa-apa.” Kita mungkin telah
merengek, mengeluh, dan menuduh ratusan kali. Tapi itu hanya membangkitkan
permusuhan dan penolakan. Kita perlu menjelaskan secara langsung, tenang, baik
dan kasih apa yang kita inginkan. Dan itulah perbedaannya! Coba bicarakan itu,
bagikan apa yang anda inginkan dan kenapa itu penting bagi anda.
Dan baik bagi kita jika
menjalani keseluruhan proses ini sebelum tidur—akui kemarahanmu, lihat
alasannya, ampuni kesalahan orang lain dan nyatakan keinginanmu. Lihatlah
kembali. “Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah
matahari terbenam, sebelum padam amarahmu” (Ephesians 4:26). Jangan membangun
permusuhan. Bicarakan hal yang membuat anda marah, dan lakukan itu sebelum hari
berakhir jika mungkin. Saat kita membiarkan itu terus ada, itu akan tertimbun
tanggung jawab sehari-hari dan menjadi cacing yang membusukan hubungan.
Mungkin kita harus
mengingatkan anda sekali lagi bahwa saat anda mengatakan keinginan anda, anda
harus memberikan orang lain kebebasan untuk memenuhinya atau tidak. Anda ingin
kebebasan dari mereka kan? Jadi berlakukan kebebasan yang sama kepada mereka.
Tolak untuk mengurung mereka dalam harapan dan tuntutan anda, memanipulasi
mereka untuk sesuai dengan kehendak anda, atau membuat mereka merasa bersalah
jika mereka gagal. Serahkan semua harapan anda kepada Tuhan dan biarkan Dia
memberikan itu melalui mereka hal yang Dia ingin anda dapatkan. Roh Tuhan akan
menggunakan sikap itu untuk menghilangkan kemarahan dari kehidupan anda.
5. Mencari pertolongan Tuhan dan orang lain.
Ini mungkin langkah
terpenting dari semuanya. Bicarakan pada Tuhan tentang kemarahan anda. Minta
Dia memberikan anda kejelasan pengertian tentang alasannya, keinginan untuk
mengatasinya, kemauan untuk mengampuni orang lain dan menyerahkan harapan anda
kepadaNya. Kemudian undang orang lain untuk mengatasinya dengan meminta mereka
memberitahu anda kalau mereka merasa anda marah.
Kemarahan adalah karya
daging, nature dosa (lihat Galatians 5:19-20). Itu datang secara alami.
Tapi Tuhan ingin kita untuk berubah, dan Dia bisa menolong kita. “hiduplah oleh
Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging” (Galatians 5:16). Hidup
dihadapan Tuhan, bergantung pada kuasaNya. Minta Dia membuat anda peka terhadap
kemarahan dan menolong anda mengatasinya. Minta pasangan anda, anak anda dan
teman anda saat mereka merasakan kemarahan ada dalam anda, kemudian berbalik
pada Tuhan untuk kuasa kemenanganNya agar kemarahan dihilangkan dari anda,
seperti perintah Tuhan.